Thursday, January 26, 2006

Laki-Laki yang Salah


Judul : Laki-Laki yang Salah
Penulis : Lan Fang
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 224 hlm ; 18 cm

Cinta! Kisah cinta seakan tak pernah kering untuk diceritakan. Ada banyak hal yang bisa digali dari pengalaman cinta seseorang. Cinta memang manis dan indah dinikmati, ada cinta yang manis mendayu-dayu, ada cinta eros yang bergelora dengan nafsu, ada juga cinta agape yang membuat orang rela menyerahkan kebahagiaannya untuk orang yang dicintainya. Namun tak jarang cinta berbuahkan kepedihan, penyesalan, apalagi jika cinta berlabuh tidak pada tempatnya, jatuh cinta pada saat yang salah atau jatuh pada pribadi yang salah.

Kumpulan cerpen Laki-laki Yang Salah karya Lan Fang ini banyak bertutur mengenai kisah cinta yang salah, pilihan yang salah, dan harus berakhir dalam kepedihan yang dalam karena api cinta harus dipadamkan agar kesalahan tak terus berkepanjangan dan merusak cinta itu sendiri. Buku ini berisi 15 buah cerpen yang sebagian besar diantaranya pernah dipublikasikan di berbagai media cetak dalam rentang waktu antara 1997 hingga 2004. Walau tema yang disajikan dalam seluruh cerpen-cerpen dalam buku ini mengenai cinta, namun antara cerpen yang satu dengan yang lainnya menawarkan keragaman cerita dan dituturkan dalam dua gaya yang berbeda, ada yang pop, ada juga yang sastra sehingga pembaca tidak akan dibuat bosan untuk menikmati cerpen demi cerpennya.

Pada cerpen Laki-Laki yang Salah, yang dijadikan judul buku Kumpulan cerpen ini, Lan Fang menyuguhkan kisah cinta antara Pinkan, seorang penyanyi disebuah café dan Han, anak seorang pengacara terkenal. Tema cerpen ini sebenarnya sederhana dan klasik, Pinkan telah memilih laki-laki yang salah untuk melabuhkan cintanya, walaupun Han benar-benar mencintainya namun kisah cinta mereka kandas dan harus berpisah karena orang tua Han tidak merestuinya karena perbedaan status sosial antara keduanya cukup dalam. Setelah sekian lama berpisah akhirnya Pinkan dan Han bertemu, masing-masing membawa satu cerita yang harus diungkapkan malam itu juga. Walau tema cerpen ini sebenarnya sudah sangat umum namun yang membuat cerpen ini menarik adalah karena cerpen ini ditulis dengan dua sudut pandang yang berbeda dari dua tokoh tersebut. Secara bergantian dan menarik penulis menyajikan karakter dari kedua tokoh tersebut dalam bagian yang terpisah. Awalnya mungkin pembaca akan merasa jika cerpen ini memiliki dua kisah yang berbeda, namun lambat laun kedua tokoh ini akan bertemu membentuk sebuah rangkaian cerita yang menarik.

Selain kisah-kisah cinta yang realis pada buku ini, pembaca juga akan disuguhi sebuah cerita yang surealis yang menarik yang menggugat para penulis agar tidak serta merta mengekspolitasi tubuh wanita dalam tulisan-tulisannya. Pada cerpennya yang berjudul "Jangan Main-Main dengan Perempuan", Lan Fang menyuguhkan sebuah cerita seorang penulis yang tidak suka jika perempuannya hadir disisinya ketika sedang menulis karena sering melakukan intervensi akan apa yang akan ditulisnya. Karena ketidaksukaan itulah, perempuan itu dipasung selama lima tahun oleh si penulis. Namun entah bagaimana tiba-tiba perempuan itu hadir kembali di sisi si penulis dan bertanya "Apa kau menulis tentang perempuan lagi?". Kali ini perempuan tersebut menuntut agar di penulis menulis tentang laki-laki. Dan terjadilah debat kusir antara si penulis dan perempuannya. Dalam cerpen yang dituturkan secara surealis ini pembaca akan disuguhkan pada hal-hal berbau kengerian seperti mulut yang dijahit, lidah yang dipotong dan diawetkan dalam stoples, dan lain-lain, hal ini membuat cerpen ini menjadi menarik dan berbeda dengan cerpen-cerpen lainnya dalam buku ini. Dialog-dialog antara si penulis dan perempuannya yang menggugat eskploitasi tubuh wantia dalam tulisan-tulisan si penulis melebar hingga menyinggung kesetaraan gender dalam undang-undang perkawinan. Si penulis tetap pada pendiriannya karena ketelanjangan wanita dianggapnya menarik untuk ditulis, sementara si perempuan menuntut agar si penulis menulis pemikiran, ide-ide, semangat, kesakitan yang dialami oleh wanita, bukan ketelanjangannya!

Di bagian akhir buku ini ada pula cerpen menarik yang idenya diambil dari cerpen Bonari Nabonenar yang pernah dimuat di Jawa Pos. Cerpen Lan Fang yang berjudul "Kunang-kunang di Mata Indri" ini separuhnya merupakan cerpen Bonari yang digubah untuk tujuan berkolaborasi atas persetujuan Bonari. Secara memikat Lan Fang mencampurkan cerpen Bonari kedalam cerpennya sendiri sehingga menghasilkan sebuah kisah yang menarik mengenai seorang wanita yang sedang membaca cerpen kekasihnya tentang dirinya yang dimuat di sebuah koran Minggu.

Kelima belas cerpen-cerpen dalam buku ini dibagi kedalam 3 buah bab : Siang, Malam, Pagi yang mencerminkan cerpen-cerpen Lan Fang yang memang selalu menggambarkan suasana waktu. Masing-masing sub bab tersebut dihiasi oleh puisi –puisi berbahasa Inggris yang ditulis oleh Lan Fang kecuali puisi pada bab "Malam" yang ditulis oleh Hendry van duke. Kesemua cerpen-cerpen tersebut ditulis dengan gaya Lan Fang yang khas, kisah-kisah cintanya beragam, kadang cerpen-cerpennya terangkai dengan kalimat-kalimat lancar, kadang meliuk-liuk dalam mempermainkan kalimat-kalimat indah. Hal ini membuat buku ini kaya akan cerita cinta dan ragam dalam gaya penuturannya.

Hampir seluruh cerpen dalam buku ini mengisahkan cinta pada laki-laki yang salah dan berakhir dalam kepedihan, tentunya buku ini bukan dimaksudkan hanya untuk mengharu-birukan pembacanya dan mempersoalkan keburukan pria dalam hal kesetiaan pada pasangannya, melainkan setidaknya seluruh kisah yang ada di buku ini akan membangun kesadaran pembacanya bahwa cinta haruslah tiba pada saat tepat dan berlabuh di tempat yang tepat pula.

@h_tanzil

No comments: