BBI 1 St Giveaway Hop
Dalam rangka memperingati hari ulang Tahun BBI (Blogger Buku Indonesia) yang jatuh pada hari ini ( 13 April 2012) 3 blogger buku yang tergabung dalam BBI yaitu Fanda, Oky, dan Maya mengagas Giveaway Hop. Sebagai kepedulian BBI-ers pada karya-karya lokal maka buku2 yg dijadikan giveaway adalah buku-buku karya penulis lokal.
Nah, Blog Buku Yang Kubaca juga ikut meramaikan BBI 1 St Giveaway Hop ini, dan buku yang akan dijadikan giveaway adalah sebuah buku yang sangat inspiratif yang sepertinya layak dibaca oleh kita semua yaitu buku
Apa isi buku Playing God? silahkan baca reviewnya disini
Lalu apa syarat untuk memperoleh buku ini?
1. Terbuka untuk semua yang berdomisili di Indonesia
2. Menjawab pertanyaan ini :
"Selama ini buku karya penulis lokal atau penulis asing (terjemahan) yang kamu baca? dan sertakan alasannya kenapa selama ini buku karya penulis lokal or penulis asing yang paling banyak dibaca"
3. Tiap peserta cukup menjawab satu kali saja di kolom komentar postingan ini
4. Giveaway ini berakhir hingga tgl 26 april 2012 pkl. 23.59
5. Pemenang giveaway akan ditentukan berdasarkan undian melalui random.org
Selain Blog ini ada lebih dari 30 blog buku yang juga mengadakan BBI 1 St Giveaway Hop. blog mana saja? silahkan pantau Agregator Blog BBI di http://blogbukuindonesia.blogspot.com/ atau di
di sini: http://hisficfanda.blogspot.com/2012/04/interview-bersama-ratih-kumala-bbi-1st.html
atau follow dan simak lini masa Twitter resmi BBI di @BBI_2011
@htanzil
54 comments:
Dua2nya aku baca, tapi memang lebih banyak penulis asing terutama klasik, karena itu (klasik) yg paling aku sukai. Alasannya: Aku suka aja sama gaya penulisan mereka dan bagaimana mereka bisa "grab" kita ke dalam kisahnya. Selama ini penulis lokal belum ada yg mampu membuatku begitu, selain bahasa Indonesia memang agak kaku (lain dengan bahasa Inggris yang indah)
lebih banyak membaca buku karya penulis luar, karena kebanyakan lebih bervariasi alur dan plotnya
Gak bisa milih, karena baca dua2nya.. buku apaun yang ada di hadapan saya pasti saya lahap... hehehe...
Aku lebih banyak membaca buku karya penulis luar soalnya lebih bervariasi dan imajinatif.
Jika ditanya jumlah antara buku penulis indonesia dan penulis asing yang saya baca, rasanya memang lebih banyak penulis asing (terjemahan) yang saya baca, semata-mata karena jumlah buku dan penulis asing (luar indonesia) memang jauh lebih banyak daripada buku dan penulis indonesia (luar indonesia mencakup semua negara dari semua benua dengan riwayat kepenulisan yg panjang sejak jaman klasik - kini, sementara indonesia hanya 1 negara, mulai ada sejak sktr 1940an - kini)
Pada dasarnya saya 'prefer' membaca buku di versi aslinya, baik Indonesia maupun asing, karena bahasanya lebih asli dari si pengarang sehingga bisa menangkap nuansa dan sentimennya secara utuh apa adanya. Kecuali untuk buku2 berbahasa yang tidak saya mengerti, spt spanyol, rusia, jepang, dll, saya sedapat mungkin (dari sudut availabilitas dan dana) mencari dan membaca buku aslinya.
Saya banyak membaca buku2 karya penulis indonesia, terutama sastra, dan menemukan banyak keindahan tersendiri disana. Beberapa penulis telah lama (sejak saya kecil hingga sekarang) menjadi favorit saya, a. l. Nh Dini (semua bukunya), Ahmad Tohari (hmpir semua bukunya), Pram A. Toer (semua buku fiksi dan memoarnya), A. A Navis (buku Robohnya Surau Kami), Sitor Situmorang (buku Ibu Pergi ke Surga), Dee (seri Supernova), Ayu Utami (semua bukunya), dan A. A. Sukanto (untuk buku cerita anak).
(aduh panjang ya jawabnya) ;)
Sebenernya berusaha baca dua-duanya, tapi sampai sekarang masih lebih sering baca buku penulis asing, baik asli maupun terjemahan. karena entah kenapa belum banyak ketemu karya penulis lokal yang greget, baik dari segi cerita, judul, bahkan cover buku. tapi setelah bergaul dengan BBI-ers, jadi mulai sering melirik penulis lokal. dan seneng banget tema giveaway kita yang pertama penulis lokal, karena ternyata banyak karya yang menarik yang aku belum tahu selama ini! =)
paling sering baca buku penulis asing, soalnya aku lebih suka cerita cinta/distopian yang dari luar.. kalo dari dalam ceritanya kadang terlalu dibuat-buat -_____-
Tanpa bermaksud menomorduakan pada pengarang Indonesia, namun bagi saya, lebih sering membaca buku pengarang dari luar... Selain karena alur cerita yang mampu membuat pembacanya tidak mau meletakkan buku tersebut hingga akhir cerita juga karena jauh lebih imajinatif, serta sering tepat sesuai target usia pembaca yang diharapkan (setidaknya sesuai dengan keadaan sosial budaya si pengarang berada).
Mengapa lantas saya tidak melirik pengarang lokal? Saya sewaktu jaman sekolah cukup banyak membaca karya pengarang lokal seperti St. Takdir Alisyahbana, NH Dini, Mira W, Marga T... Namun saat ini saya tidak begitu tertarik pada pengarang lokal karena kebanyakan pengarang lokal mempunyai kebiasaan latah. Bila satu buku sedang booming, maka bermunculan para pengarang lain berserta buku yang cerita, alur, bahkan judul dan covernya mirip dengan buku yang booming tersebut. Sehingga hal tersebut cukup menjemukan... Hanya pengarang yang sudah punya nama yang tidak latah melakukannya, pengarang baru dengan konsistensi yang cukup kuat pun beberapa tidak tergoda untuk latah. Yang lainnya, terlalu banyak latahnya. Contoh, saat Raditya Dika mengeluarkan Manusia Setengah Salmon, muncul tiba-tiba buku Tuna Asmara, dengan cover yang nyaris mirip. Dari segi isi saya tidak tahu karena belum membacanya.
Kalau dihitung, aku lebih banyak baca buku penulis luar. Bukan berarti aku ngga baca karya dari penulis Indonesia.Alasan pertama karena cerita dari luar tuh selalu terlihat lebih seru. Bahkan ketika melihat dari sampulnya. Udah mainstream sih. Yah mungkin pengaruh kebanyakan baca teenlit penulis lokal yang ceritanya kadang dangkal banget.
lebih sering baca buku karya penulis asing sih.
Soalnya emang yg penulis asing lebih banyak beredar. Selain itu, buku karya penulis lokal itu mahaaall :(
Well...secara harga sih gak beda jauh dgn buku terjemahan. Tapi dilihat dari ketebalan buku, buku lokal jd berasa mahal :(
Tapi ada beberapa penulis lokal yg bakal selalu jadi favorit saya. Semisal NH Dini, Marga T, Pramoedya Ananta Toer, Mira W dan Seno Gumira Ajidarma
Dua-duanya, yang sesuai dengan selera. Kalau baca aku enggak pandang karya lokal atau interlokal, yang penting ceritanya asik. Tapi belakangan koleksiku kebanyakan buku terjemahan, sekalian riset demi menunjang profesi ;)
Nah, ini baru menarik... Yang lokal jauh lebih menarik dari terjemahan.
Amang
Aku membaca baik karya lokal maupun karya penulis asing. Secara kuantitas pasti lebih banyak karya penulis asing karena datang banyak negara. Dari segi keragaman tema dan kedalaman riset, karya penulis asing juga melebihi karya penulis lokal. Entah mengapa tdk banyak penulis lokal yg mengakar pada budaya, karakter dan permasalahan lokal. Kalau membaca karya penulis asing aku lbh memilih dlm bahasa Inggris dan bukannya terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Krn saat ini banyak terjemahan yg dikerjakan dng terburu-buru sehingga banyak erata dan kehilangan keindahan maknanya jika dibandingkan dng edisi Bahasa Inggrisnya.
Sebenarnya kalau di bandingin baik buku terjemahan maupun buku lokal jumlahnya kurang lebih sama. Buku terjemahan dari segi ide cerita jauh lebih unggul dan beragam, namun dari segi gaya bercerita, tentu lebih nyaman membaca bahasa Ibu sendiri ya, terutama dengan gaya bahasa yg digunakan penulis lokal yg akrab ditemui dalam kehidupan sehari2 :D
Aku baca dua2nya. Tapi pernah baca buku terjemahan yang rasanya terjemahannya kurang pas gitu.. Wih, bikin minat baca musnah aja waktu itu. Jadi kadang prefer beli buku pengarang lokal, ga mau kejadian seperti dulu lagi. Dah keluar duit buat beli buku, eeh..terjemahannya begitu..
Tapi kalo pinjam buku terjemahan ga masalah. Karena ga pake duit sendiri, hehe.. Tapi selama ini, buku terjemahan yang kupinjem bagus2 dan keren2 tuh. Tapi tetep kapok kalo beli sendiri. Hehe
Lebih sering membaca karya penulis asing (terjemahan), kenapa? Karena genre yang saya suka itu buku anak2, atau minimal remaja githu dhe.. nahh. penulis lokal yang nulis cerita anak2 or remaja itu bisa bangets diitung pakai jari.. and kalau teenlit sini itu, jatuh2nya yaa ke cinta2an juga, sementara saya rada malas baca yang cinta2an, ahahaha :))
Sementara buku penulis asing itu walau tokoh kisahnya remaja, adaa aja ceritanya.. misalkan petualangan, atau persahabatan, ya lirik2an dikits saya masih bisa nerima lah, asalkan itu ngga jadi bumbu utama dalam cerita, hahahaha :D
Alasan lain kenapa lebih sering membaca karya penulis asing.. well, dalam hidup harus memilih bukan, apalagi harga buku makin melambung boo.. and diliat2 karya lokal itu lebih mahal, ngga tau kenapa, padahal buku terjemahan khan pakai kertas jugaa! Tapi harga buku lokal bisa dua kali lipat harga buku terjemahan (yang udah ketauan bagusnya, setidaknya dari rating di Goodreads, itu salah satu patokan saya dalam beli buku belakangan ini, mantengin rating bo, haha). Jadi lebih baik beli 2 buku terjemahan yang artinya bisa mendapatkan 2 cerita berbeda (mudah2an dua2nya bagus, kalo ngga setidaknya salah satunya githuu) daripada hanya mendapatkan 1 cerita aja (yang belon tentu bagus pula!) :D
lebih sering baca penulis luar, ternyata.. soalnya saya paling suka genre fantasi dan thriller. nah, kayaknya di toko buku aku lebih sering menemukan buku genre tersebut dengan penulisnya orang luar (alias terjemahan)
Lebih suka penulis dalam negeri.
:)
lebih nyaman bahasanya, lebih cepat nangkap alur ceritanya.
Emang kadang suka mudah ditebak alur ceritanya, tapi masih aja lebih memilih penulis lokal dari pada luar ^^
lebih sering baca buku lokal...karena pilihannya lebih banyak dalam arti dibanding buku terjemahan buku lokal lebih banyak. Dan kualitas buku lokal juga cukup bagus
waktu usia SD-SMA dulu banyak baca karya penulis lokal, seperti Bung Smas (Pulung, Noni), Dwianto Setiawan (Kelompok 2&1), Arswendo (Imung), Bubin Lantang (Anak2 Mama Alin), Gola Gong (Balada Si Roy), Hilman (Lupus), penulis2 era Balai Pustaka, Marga T, dll.
Meski bersaing dengan Enid Blyton dan Agatha Christie, pd saat itu aku sangat suka buku lokal. Bisa dibilang wkt itu lbh banyak baca buku lokal drpd asing.
Tapi kemudian semakin banyak buku yang diterbitkan sehingga pilihan bacaan pun makin beragam.
Waktu aku mulai semakin fokus ke genre klasik dan fantasi, mau ga mau pilihanku lbh banyak jatuh ke buku asing.
Baru tahun ini mulai baca karya lokal lagi :)
Kalau untuk baca... kebanyakan sih baca buku terjemahan karya penulis asing. Di lemari bukuku pun, hampir 80% itu karya penulis luar. Hanya beberapa penulis lokal, yang itu pun buku best seller atau buku worth to read yang kukoleksi.
Kebanyakan, ga bisa dipungkiri bahwa penulis lokal itu banyak yang 'isi' bukunya terkesan maksa *biasanya teenlit* sehingga jadi malas untuk meneruskannya. Lalu, kalau untuk buku terjemahan luar. Kebanyakan adalah buku best seller yang beredar, jadi isinya lebih bagus dan lebih menarik.
Dulu aku suka baca novel terjemahan, buku anak-anak, tapi kemudian juga berkembang.
lalu waktu sma pengarang lokal (indonesia) tampak makin menarik
kedua-duanya aku suka, hanya bedanya penulis lokal biasanya terpatok hal-hal di sekitarnya, sedang penulis luar menggunakan imajinasi ke dunia lainnya.
aku punya teori soal ini.
menurutku orang luar punya imajinasi demikian karena mereka hidup di alam yang keras, sehingga mereka mencari jalan untuk keluar dari kebosanan dan kepahitan hidup.
setujukah? :)
Penulis asing. Karena (dulu) masih jarang karya fantasi buatan anak negeri. Kalau pun ada pilihannya sangat terbatas :)
Lebih banyak baca terjemahan karena jujur saya suka dengan genre fantasi, dan genre fantasi dalam negeri menurut saya belum mampu begitu memuaskan pembacanya sebagaimana fikfan terjemahan. Namun, perlu dicatat bahwa satu buku lokal yg bertanggung jawab dlm menjadikan saya gemar membaca adalah Berkelana dalam Rimbanya Muchtar Lubis
aku baca kedua-duanya tapi lebih sering buku luar/penulis asing yang udah diterjemahin. entah kenapa sudah nyaman membaca buku terjemahan. idenya selalu brilliant dan tak mengecewakan. tapi bukan berarti buku lokal tidak bagus.
Aku lebih sering baca buku terjemahan/penulis asing karena sekarang sedang suka banget sama kisah klasik yang tokohnya anak-anak. Kebanyakan buku yang ada dan mempunyai alur cerita yang bagus tentang genre itu kebetulan ya yang terjemahan. Sejauh ini yang lokal, alur ceritanya belum ada yang 'pas'.
Lho kayaknya sudah liat buku ini didepan ... apa di blog-nya bang Tezar ya ?
Turut meramaikan :D
My Reading 90% penulis Asing 10% penulis lokal
Why ? Karena semenjak memasuki millenium aq belum menemukan karya-karya asli yang 'cocok' di hati, bahkan cerpen-cerpen saat ini juga kurang mengena,diriku masih menyimpan bundel majalah Anita Cemerlang yng edisi lama (tanpa iklan) di situ semua penulis semacam Kurnia Effendi, E. Sati, Aan Almadiah, bahkan Gola Gong sangat bagus tulisannya, jadi entah diriku yang tidak bisa mengikuti pergeseran zaman or memang kualitas tulisan berbeda dengan Marga T atau YB Mangunwijaya
lebih banyak penulis luar, karena penulis luar biasanya topiknya lebih beragam, endorsementnya lebih fantastis dan sering mencantumkan award yang diraih (makanya lebih terdorong untuk beli)
Saya lebih banyak baca buku karya penulis lokal, alasannya biasanya isu yang diangkat lebih akrab dengan telinga saya. Selain itu bahasanya juga lebih mudah dicerna, karena emang bahasa asli. Selain itu, ada juga beberapa penulis lokal yang benar-benar indah gaya penulisannya, kadang satir tapi tetap menarik. ada beberapa penulis lokal yang wajib saya miliki karya-karyanya, yang kadang-kadang demi buku mereka saya sampai melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (seperti tidak jajan di kantin). Mereka adalah :
1. Andrea Hirata, benar lah pak cik ikal benar-benar penulis bergenre human interest yang ahh... sulit dideskripsikan. Apapun yang terjadi saya harus punya bukunya.
2. Tere Liye alias Darwis, beliau yang satu ini benar-benar story teller yang handal. di tiap novelnya selalu mengandung makna dalam dan haru biru (tapi tidak klise dan menye-menye ala chikcklit). Saya mengikuti semua novelnya, sayang ada beberapa yang tidak saya miliki (susah dicari). Beliau juga tidak pelit untuk mempublikasikan tulisannya di jejaring sosial, saya rutin mengecek catatan fb-nya kalau-kalau ada tulisan baru :D. Bahkan novelnya yang baru "Kau, Aku dan sepucuk Angpau Merah" sudah pernah dipublikasikan di Multiply dan (sebagian) di FB sebelum diterbitkan Gramedia. Tetap laris juga kan.
3. Tasaro GK, saya mulai jatuh cinta kepada tulisannya setelah membaca Lelaki penggenggam Hujan. Bahasanya sungguh mengaduk-aduk kerinduan saya pada Muhammad.
Seringnya baca buku lokal. Kalau luar, biasanya literatur ilmiah.. Hehe..
hampir seimbang..dua-duanya dibaca , tergantung persediaan di rak...:)
Pas mau jawab pertanyaannya jadi lumayan mikir juga, selama ini banyakan baca yang dari luar apa lokal ya?
Setelah dipikir-pikir banyakan penulis lokal karena biasanya aku paling banyak baca genre teenlit dan metropop. Terkadang buku dari luar ada aja yang yang terjemahannya aneh jadi ga puas pas baca, suka ga mudeng sama maksud dari isi cerita. Jadi terkadang lebih memilih buku penulis lokal yang memang karna satu bahasa jadi lebih mengerti :)
Both of them are unique and different. Well, kita bisa dengan cepat mengerti maksud sang penulis memang apabila ia gamblang dalam memilih bahasa, apalagi bahasa ibu.. as we can see.. tapi karya penulis luar juga memiliki sisi yang berbeda untuk di selami. selain bahasanya yang berbeda, tentunya. Saya pernah membaca twilight sampai tamat dalam beberapa hari saja, dan saya pernah membaca ranah 3 warna hanya beberapa jam saja. Books are the same, but Authors arent. Its the big deal, I see.. :)
waduh nggak pernah ngitung, hehe. kalo fantasy aku lebih banyak baca karya luar tapi kalo romance aku lebih suka karya anak bangsa, mungkin karena budayanya sama kali ya dan ceritanya lebih mudah dipahami dan diserapi :))
kalo aku sih lebih banyak baca karangan penulis asing, walaupun ada beberapa juga karya anak negeri yang aku suka.
alasannya sih karna penulis luar lebih imajinatif dan menyentuh :)
dua duanya sih, tapi lebih suka yang lokal soalnya latar dan nilai2nya lebih sreg di hati :)
Saya rasa saya masih seimbang dalam membaca buku lokal ataupun buku dari luar. Tergantung dari isinya. Banyak sekali buku lokal yang kualitasnya layak disandingkan dgn buku karya penulis luar
aku baca dua-duanya..
tapi kebanyakan aku baca yang lokal :)
karena banyak buku asing yang penerjemahannya sulit di mengerti, dan bikin pusing :P
baca buku itu ibarat refreshing buat aku :)
tapi kalo bukunya bikin pusing tujuh keliling? waduuuh aga berat juga :D
tapi ada juga beberapa buku asing yang aku suka, ^^
Tidak tahu secara persis karena apa yang ada di depan mata saya baca, tapi mungkin lebih banyak penulis asing (terjemahan) karena itu yang banyak saya jumpai.
aku lebih suka novel buatan pengarang lokal mungkin karena bahasa nya yang lebih mudah untuk di mengerti
dan untuk pengarang luar itu aku jadikan hanya prioritas pembelajaran saja, karena novel terjemahan biasa nya memiliki suku kata yang lebih baku dan rumit :)
buku karya penulis lokal atau penulis asing yang paling banyak dibaca...
buku karya penulis asing, terutama genre fantasi. Penulis asing lebih mampu membuat cerita fantasi yang menarik. Cerita fantasi yang diberikan biasanya memiliki ide-ide imajinasi yang genius dengan deskripsi yang detail. Walaupun fantasi namun diungkapkan dengan baik, tidak aneh dan tidak "menggantung".
Ak suka ke2ny.
Kalo pengen bngt baca tp gag da duit tk beli ak bakalan pinjam ke org,,
lokal to luar sama saja,memiliki ciri khas masing2,unik,dan menarik tuk dbaca.;)
suka baca novel lokal. novel lua itu susah dimengerti. saya lebih suka buku yang simpel sederhana tapi isinya dapet. Karena saya baca novel itu buat merefresh otak saya dari semua kepenatan, bukan membuat saya lebih menjadi penat. maaf ya yang suka novel luar. :)
follow my twitter: @NonFajar
Lebih suka karya penulis luar, karena menurutku kisah-kisah karya penulis luar itu lebih "captivating" (menawan gitu deh). Sebenarnya kepingin suka karya2 penulis lokal, cuma belum nemu aja yang bener2 "klik" buat seleraku (kecuali Clara Ng, itupun nggak semua karya beliau aku suka)
penulis luar...karena ceritanya lebih nervariatif dan imajinatif...bisa tahu kehidupan dan tempat2 di luar Indo juga :)
"Selama ini buku karya penulis lokal atau penulis asing (terjemahan) yang kamu baca? dan sertakan alasannya kenapa selama ini buku karya penulis lokal or penulis asing yang paling banyak dibaca"
aq paling banyak baca buku karya penulis lokal karna bahasa lebih enak dibaca, penuturnya org indonesia asli, bukan terjemahan.
kalo terjemahan menurut q agak sulit dipahami harus pinter2 milih terjemahan yang bagus.
kalo yg terjemahan paling baca sherlock holmes aja.hehe
:)
Sebenarnya aku ga ngincer hadiah ini karena sudah punya dan ini juga salah satu judul yg akan ku-giveaway-kan :)
Cuma pngn berpartisipasi menjawab pertanyaannya karena menarik :)
Saya lebih banyak membaca buku karya penulis asing karena sejak dulu diperkenalkan dgn buku terjemahan (pengaruh dr kakak yg dulu sering beli buku), jadi lebih akrab aja. Kalau sekarang disuruh membeli buku sendiri, aku lebih mudah memilih di antara buku terjemahan, sekali waktu ingin membaca karya lokal tapi bingung harus memilih yg bagaimana. Selain karena ga terbiasa, juga beberapa 'kurang berisi' menurut saya. Sedangkan untuk proses penerjemahan sy kira penerbit lebih jeli memilih buku yg 'berisi' itu. Sebenarnya ada (banyak malah) buku dari penulis lokal yg bagus, tapi ya itu tadi, kalo ga mencicip sendiri ga akan tahu, sedangkan proses mencicipnya yg butuh kepercayaan terlebih dahulu. Memilih di antara yg banyak dengan rating yg bermacam2, ibaratnya ga pernah makan masakan Perancis tapi disuruh milih menu di restoran Perancis.
Jadi sebenarnya banyak faktor ya, tapi intinya saya lebih familiar dengan buku terjemahan.
aku suka baca dua-duanya, walau akhir-akhir ini lebih sering baca karya penulis lokal. alasannya kedua-duanya punya ke khasan tersendiri yang aku suka banget, ditambah lagi aku suka buku-buku yang ceritanya bervariasi
Sebenarnya suka baca keduanya, hanya saja akhir-akhir ini lebih banyak baca karya penulis luar.
Alasan lebih banyak baca buku karya luar karena (pada umumnya) lebih variatif, topik atau idenya sering lebih mengejutkan (tidak biasa-biasa atau pasaran), dan biasanya lebih membebaskan imajinasi. Selain itu, lewat buku-buku luar kita jadi sedikit lebih tahu tentang budaya negeri-negeri lain, setidaknya seperti yang tersirat dari tulisan dan pandangan para penulisnya :).
Tapi tentu saja aku ingin juga membaca karya-karya penulis lokal dengan catatan bukunya berkualitas, ok... :)
yang sering aku baca novel terjemahan fantasi dari orang luar, soalnya seru aja ceritanya aneka macem, peri, the alchemist, dewa dewi, malaikat, vampir, dll. suka sama meg cabot, dll juga, jd lebih prefer ke penulis luar. kalo penulis dlm negeri biasanya nyari yang bukunya memotivasi, seperti tere liye, asma nadia.
Aku lebih suka baca buku-buku penulis lokal, karena untuk buku penulis asing menurutku kurang pas aja untuk penyesuaian dengan di Indonesia, maksudnya seperti tempat-tempatnya, nama tokohnya, dan juga budaya/kebiasaan yang ada dalam jalan ceritanya, jadi jatuhnya agak kurang mendalami si buku itu sendiri :)
@fythra
Dari segi cerita,aku lebih suka karya penulis asing..tapi kalau dari segi bahasa aku suka penulis lokal karena lebih mudah di cerna
@agust1n4
saya membaca tulisan dalam dan luar negeri. tapi lebih banyak terjemahan yang saya baca. karena buku yang diterjemahkan pada umumnya bagus dan sudah diakui kualitasnya sehingga bisa menembus mancanegara...
Post a Comment