Thursday, October 10, 2019

MERAJUT RELASI BISNIS : Surat-surat Tan Joen Liong, Kapiten Tionghoa Bandung

 [No.387]
Judul : Merajut Relasi Bsinis, Surat-Surat Tan Joen Liong, Kapiten Tionghoa Bandung
Penyunting : Ali Rauf Baswedan
Penerbit : Quantum
Cetakan : I, Agustus 2017
Tebal : 112 hlm
ISBN : 978-602-60475-7-1

Tan Joen Liong (1858-1917) adalah Kapiten Tionghoa Bandung, pejabat lokal yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pemimpin tertinggi orang-orang Tionghoa di wilayah tertentu. Biasanya yang diangkat menjadi kapiten Tionghoa adalah figur terpandang atau tokoh yang berpengaruh di kalangan orang-orang Tionghoa.
Walau Tan Joen Liong termasuk orang yang berpengaruh di masanya sayangnya hanya sedikit riwayat kehidupannya yang diketahui orang hingga kini. Berpuluh tahun yang silam sebenarnya namanya pernah diabadikan menjadi nama sebuah jalan yang waktu itu masih berupa jalan kecil yang diberi nama  Jl. Joen Liong (sekarang Jl. Baranangsiang) di kawasan Kosambi Bandung.

Tan Joen Liong lahir pada tahun 1858 di Jiaoling, provinsi Guandong China. Pada tahun  1888, Di usia yang ke 30  ia diangkat menjadi Letnan Tionghoa Bandung. Mengantikan posisi ayahnya, Tan Haij Liong yang mengundurkan diri.

Kepemimpinan Tan Joen Liong sebagai Letnan Tionghoa Bandung berakhir pada tahun 1917. Tan Joen Liong mengundurkan diri sebelum jabatannya berakhir. Salah satu penyebabnya karena ia menderita sakit permanen.  Pada tanggal 21 April 1917  Tan Joen Liong diberhentikan dengan hormat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan    karena jasa-jasanya dan pengabiannya selama 29 tahun sebagai Letnan Tionghoa Bandung pemerintah memberi  gelar kehomatan Kapiten Titulair (Kapiten kehormatan) kepada Tan Joen Liong. Empat bulan kemudian, di usia yang ke 59 Tan Joen Liong meninggal dunia.

Selain sebagai seorang kapiten, Tan Joen Liong juga dikenal sebagai seorang pengusaha. Bisnis utamanya adalah berdagang Tapioka. Ia memiliki pabrik tapioka dengan kapasitas produksi hingga 3000 pikul (180 ton) per bulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tapiokanya juga diekspor ke mancanegara seperti yang terungkap dalam surat penawaran produknya kepada Agenschap der Maatschappij pada 4 September 1902

"Produksi pabrik saya sebulan 1000 pikul sampai 3000 pikul.....Saya selalu pakai karung baru (merk strip 3 biru). Selama ini saya pakai karung itu untuk dikirim ke Amerika, London, Amsterdam juga ke negeri Tiongkok.... Pabrik saya memproduksi 3 jenis tepung tapioka no 1 merk Bathong A, no 2 merk Liongkie K.K dan no. 3 jenis merk Banthong B. Tuan-tuan di Eropah sudah percaya 3 jenis merk ini, tanpa mengirim contoh barang terlebih dahulu, hanya bicara soal merk dan harga saja."
 (hlm 80)

Seperti pebisnis besar pada masanya, Tan Joen Liong  kerap menulis surat kepada rekan-rekan bisnisnya.  Rupanya surat-surat bisnisnya tersebut masih ada hingga kini. Walau telah berusia 120 thn lebih  surat-suratnya masih terbaca dan kini dikoleksi oleh Ali Rauf Baswedan, seorang dokter yang juga  kolektor surat-surat dan kartu pos lawas. Surat-surat Tan Joen Liong tersebut ditulis tangan menggunakan huruf latin dalam bahasa Melayu dan Inggris diatas kertas tipis ukuran. 28 x 22 cm yang dijilid menjadi sebuah buku setebal 500 halaman.

Surat-surat asli Tan Joen Liong yang sudah dijilid. 

Berdasarkan surat-surat bisnis Tan Joen Liong yang dimilikinya tersebut dr. Ali Baswedan memilah-milahnya berdasarkan kategori untuk dijadikan buku yang dapat dibaca oleh banyak orang hingga akhirnya terbitlah buku berjudul Merajut Relasi Bisnis, Surat-Surat Tan Joen Liong, Kapiten Tionghoa Bandung

Buku ini memuat 77 surat bisnis Tan Joen Liong ke rekan bisnisnya di Cimahi, Cimindi, Sumedang, Sukabumi, Bogor dan Batavia selama tahun 1900-1903. Surat-suratnya tersebut dibagi kedalam 9 bagian berdasarkan tujuan dan jenis surat. Karena surat bisnis tentunya semua surat-suratnya ditulis dangan lugas, to the point. Dari surat-suratnya ini kita akan mengetahui bagaimana Tan Joen Liong menjalankan roda bisnisnya. Selain tapioka yang menjadi bisnis utamanya Sang Kapiten juga menjalankan bisnis penggilingan beras, dedak, ubi, dll.

Karena bisnisnya merambah hingga ke luar negeri tentu saja Tan Joen Liong fasih berbahasa inggris.  hal tersebut dibuktikan dengan beberapa suratnya yang menggunakan bahasa inggris. Selain itu ia juga memiliki rasa keingintahuan yang kuat untuk mengetahui apa yang terjadi di luar negeri. Dalam surat bisnisnya kepada Silas & Cohen terselip permintaannya pada rekan bisnisnya agar dapat dikirimkan secara rutin koran berbahasa Inggris dari Singapura dan London.

...Juga kalau Tuan berkenan, setelah Tuan habis membaca koran dari Singapura atau London yang berbahasa Ingris setiap penerbitan, mohon dikirimkan pada saya. Biaya kirim nanti saya ganti pada Tuan.

Saya sudah terima surat Tuan dan juga koran, terima kasih banyak Kalau tuan masih berkenan dan korannya masih ada yang lain, saya harap dikirim lagi.
 (hlm 36-37)

Selain menjalankan bisnis Tapioka, Tan Joen Liong juga kerap mengikuti beberapa tender, beberapa diantaranya merupakan tender proyek besar seperti perbaikan jembatan Ancol dengan nilai proyek f 1.180, proyek jembatan diatas kanal Gunung Sahari senilai f 2.000, dan pembangunan konstruksi lengkungan jembatan Tjitjantik VII afdelling Sukabumi senilai f 18.850. Selain itu Tan Joen Liong menjadi pemasok pelumas dan material penerangan untuk keperluan dinas jawatan kereta api di Jawa selama tahun 1898.

Surat-surat Tan Joe Liong juga  mengungkapkan hubungan bisnisnya dengan sesama pegawai pemerintah, antara lain dengan  Nio Hoei Oen, Kapitan Tionghoa Batavia periode 1913-1916.  Hubungan bisnis seperti ini belum banyak diungkap dalam tulisan-tulisan tentang Kapiten Tionghoa lainnya.

Salah satu perannya sebagai seorang kapiten Tionghoa Bandung terungkap dalam suratnya kepada Law Kang Boen, agen kembang api di Batavia. Surat tersebut berisi pesanan kembang api untuk  perkawinan putra Bupati Bandung, RAA Martanegara pada tanggal 18 April 1902, dan surat pesanan kembang api untuk menyambut kedatangan Gubernur Jendral Williem Roseboom di Bandung pada tanggal 13-14 Mei 1902

Yang paling menarik dari puluhan surat bisnis dalam buku ini adalah terungkapnya tanggal kelahiran Tan Joen Liong. Selama ini publik hanya mengetahui tahun kelahirannya saja melalui batu nisan sang kapiten di pemakaman Cikadut Bandung.

Di surat pengajuan polis asuransi yang ditujukan kepada perusahaan asuransi Nederlandsch Indische Crediet en Bank Vereeniging di Batavia, Tan Joen Liong menulis demikian;

Saya lahir tahun Masehi 1858. Tanggal dan bulan tidak bisa saya sebut seperti tanggal dan bulan Masehi. Tetapi saya hitung waktu saya lahir kira2 72 hari lagi orang Eropah masuk tahun baru 1859. Hanya saya ingat betul tanggal, bulan, dan tahun kelahiran saya mengikuti almanak Tionghoa, yaitu tahun Kibi, bulan Kauw Gowe tanggal 28.
(hlm 56)

Berdasarkan surat tersebut jika dicocokkan dengan kalender Masehi maka akan muncul tanggal 3 November 1858. Tanggal ini berbeda dengan tahun kelahiran (tanpa tanggal dan bulan) yang tertulis di makam Tan Joen Liong, yaitu tahun 1859.

Masih banyak hal-hal menarik yang bisa ditemui dari surat-surat bisnis Tan Joe Liong yang ada di buku ini. Untuk menjaga originalitas surat sekaligus memudahkan pembaca masa kini untuk memahaminya maka setiap surat dalam buku ini disajikan dalam dua versi, pertama versi asli yg ditulis dalam bahasa melayu ejaan Van Ophuijsen dan  adaptasinya dalam versi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Selain itu untuk lebih memahami konteks suratnya dalam setiap bab  penyunting memberikan keterangan  singkat tentang profil penerima surat beserta potongan iklan terkait dari berbagai koran lawas yang terbit di masa itu.




Kehadiran buku ini yang mendokumentasikan surat-surat bisnis Tan Joen Liang patut patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya. Apalagi ini menyangkut tokoh Kapiten Tionghoa di Bandung yang hingga kini riwayat kehidupannya tidak banyak diketahui orang karena minimnya data-data mengenai dirinya. Melalui surat-suratnya bisnisnya ini setidaknya bisa melengkapi data tentang Sang Kapiten yang terkubur oleh zaman.

Selain itu dengan membaca buku ini kita dapat mengetahui gambaran dari kegiatan bisnis dan dinamikanya di awal abad ke 20 dan bagaimana peran bisnis orang Tionghoa di masa itu. Walau tidak bisa digeneralisir namun setidaknya kita bisa mengetahui kira-kira seperti itulah kegiatan bisnis pengusaha etnis Tionghoa  di masa itu.

Bagi masyarakat kota Bandung, buku ini tentunya dapat menjadi kepingan berharga yang dapat melengkapi mengenai sejarah kota Bandung khususnya  tentang  etnis Tionghoa Bandung yang telah menjadi bagian dari pertumbuhan kota Bandung sejak ratusan tahun yang lampau.

Ketika review ini ditulis, penyunting buku ini sedang mempersiapkan jilid 2 dari buku ini yang masih rencananya akan diberi judul : Dipusaran Bisnis Tapioka. 

@htanzil

Iring-iringan prosesi pemakaman Tan Joen Liong di depan gedung De Vries, Bandung


"Kemarin sore (23 Agustus 1917), setelah mengalami sakit yang lama. 
Kapiten Titulair Tionghoa Bandung, Tan Joen Liong, meninggal dunia".
"Tidak hanya dalam dunia bisnis, sebagai pemilik pabrik tapioka dan penggilingan padi, Tan Joen Liong juga dikenal sebagai seorang tokoh yang familiar...Untuk tujuan amal, orang selalu bisa menemuinya, dia murah hati"

- Surat kabar De Preanger-Bode edisi 24 Agustus 1917-


Makan Tan Joen Liong di TPU Cikadut - Bandung
sumber foto : https://catatanvecco.wordpress.com


Nisan Tan Joen Liong, Kapiten Titulair Der Chineezen
sumber foto : https://mtnugraha.wordpress.com

No comments: