[No. 328]
Judul : Bank Saudara 1906-2006 - Seratus Tahun Perjalanan Bank Urang Sunda
Penggagas : Arifin Paniogoro
Editor : Yani Panigoro, et al
Penulis : Ahmad Irfan, Budi Syahbudin, Gindo S. Yaza
Penerbit : Yayasan Yusuf Panigoro (YYP)
Cetakan : I, 228 hlm ; Hardcover
Mengenali jejak dan peristiwa dari sebuah kota di masa lampau tidak harus melalui buku-buku literatur yang secara khusus membahas sejarah kota, ada beberapa buku atau literatur lain yang bisa dijadikan pelengkap seperti majalah-majalah lokal, buku biografi, memoar tokoh lokal atau nasional, buku/booklet peringatan ulang tahun insitusi/lembaga yang berdiri dan berkembang di kota tersebut, dll. Walau tidak membahas sejarah kota namun buku-buku tersebut biasanya memperkaya wawasan kita akan keadaan kota di suatu masa tertentu. Bahkan tidak jarang banyak hal-hal menarik yang mungkin terlewatkan di buku-buku yang secara khusus membahas sejarah kota.
Buku Peringatan 100 tahun Bank Saudara ini adalah salah satu buku dimana kita tidak hanya membaca tentang sejarah berdirinya bank ini melainkan dapat juga tentang kota Bandung karena bank ini berkaitan erat dengan para saudagar batik yang dulu berdagang di Pasar Baru Bandung yang kemudian mendirikan sebuah perhimpunan yang menjadi cikal bakal Bank Saudara yang hingga kini di usianya yang ke 107 tahun masih beroperasi dan merupakan bank swasta tertua di Indonesia.
Buku yang dicetak dengan kemasan hardcover yang menawan, dicetak dengan kertas mewah dan dilengkapi foto-foto klasik yang dilay-out dengan baik ini merekam sejarah panjang berdirinya Bank Saudara yang pada 2006 yang lalu merayakan ulang tahunnya yang ke 100.
Buku ini diawali dengan kisah sepuluh orang saudagar batik Pasar Baru Bandung yang mendirikan sebuah perkumpulan simpan pinjam yang bernama Himpoenan Soedara (HS) pada 18 April 1906 dengan tujuan untuk saling membantu dalam membeli kain batik yang saat itu menjadi salah satu komoditas utama di Bandung. Mulanya pengukuhan HS tidak disertai ikatan hukum, kecuali perjanjian bermaterai di bawah tangan. Saat itu setiap orang diwajibkan. menyimpan uang sebanyak 10 gulden setiap bulan, yang tidak bisa diambil selama 5 tahun. Simpanan ini difungsikan untuk tambahan modal bagi usaha yang mereka rintis.
Pada tahun 1913 barulah perhimpunan ini memiliki asas legalitas dengan disahkannya sebagai badan hukum dengan nama Vereeniging Himpoenan Soedara. Setelah itu berangur-angsur secara sesuai dengan perkembangan zaman dan peraturan lembaga keuangan yang berlaku maka pada tahun 1974 Perkumpulan Himpunan Saudara bubar dan menjadi perseroan terbatas sehingga namanya menjadi PT Bank Tabungan Himpunan Saudara 1906. Pada1993 statusnya berubah lagi dari bank tabungan menjadi PT Bank Himpunan Saudara 1906 hingga akhirnya di tahun 2006 di usianya yang ke 100 bank ini merubah logo dan namanya menjadi Bank Saudara dan pada April 2006 Bank Saudara tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai perusahaan terbuka.
Buku ini juga menceritakan suka duka perjalanan Bank Saudara yang ternyata penuh dengan tantangan akibat kondisi perekonomian dan politik di Indonesia saat itu seperti krisis ekonomi dunia tahun 1929-1933, peristiwa Bandung Lautan Api pada 1946, tindakan moneter pemerintah yang dikenal dengan sebutan "Gunting Syarifudin", dll.
Bank ini pernah pula mengalami krisis likuiditas pada tahun 1987-1989 dimana saat itu sejumlah tokoh dan pengusaha Jawa Barat 'turun gunung' untuk menopang Bank yang disebut-sebut sebagai bank-nya Urang Sunda. Secara bahu membahu mereka berusaha agar bank ini dapat memenuhi kewajiban menyetor Rp. 250 jt kepada Bank Indonesia. Dan di tahun 1990 Arifin Paniogoro (pengusaha) yang juga keturunan dari salah satu pengurus Himpunan Saudara ini menyelamatkan bank ini dengan suntikan modalnya sehingga semenjak itu Arifin Panigoro menjadi pemegang saham utamanya. Ketika badai krisis moneter terjadi Indonesia di tahun 1997-1998 bank ini nyaris dilikuidasi oleh Bank Indonesia sebelum akhirnya kembali Arifin Panigoro menyuntikkan dana segarnya sehingga pada 1999 Bank ini terselamatkan karena telah memenuhi rasio kecukupan modal sebesar 4% yang disyaratkan Bank Indonesia saat itu.
Seratus tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun Bank Saudara tampaknya mencatat seluruh perjalanannya dengan rapih. Dokumen akta pendirian, arsip, buku asli laporan keuangan, buku peringatan ulang tahun ke 30, 70, dan dokumentasi berupa foto-foto menjadi sumbangan yang sangat berharga bagi penyusunan buku ini sehingga foto-foto yang bersumber dari materi-materi tersebut ikut menghiasi buku ini.
Yang patut diacungi jempol penyusun buku ini berhasil merangkum semua data dan dokumen yang ada menjadi sebuah buku peringatan yang tidak sekedar menyajikan data semata melainkan mengisahkan perjalanan panjang bank ini secara menarik dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami seperti layaknya sebuah memoar. Foto-foto masa lampau yang tajam dan ilustrasi dalam buku ini juga membuat pembacanya betah membacanya sehingga buku ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
Walaupun merupakan buku peringatan Bank Saudara yang dicetak dan diedarkan secara terbatas namun bukan berarti buku ini hanya bermanfaat dibaca oleh nasabah, pemilik, atau mereka yang memiliki keterkaitan dengan Bank Saudara. Buku ini perlu dibaca oleh siapa saja karena melalui buku ini kita diajak menyaksikan perjalanan panjang yang dilakukan para pendiri
dan penerus bank dalam mengelola dan mempertahankan banknya. Jatuh bangunnya kondisi moneter Indonesia dari masa ke masa yang terekam dalam buku ini juga membuat kita bisa memahami apa yang terjadi seiring dengan perjalanan Bank Saudara. Pengalaman-pengalaman Bank Saudara dalam melintasi zaman dengan berbagai kesulitannya ini menjadi selalu relevan untuk disimak dan dipelajari, terutama ketika siklus kehidupan perekonomian bangsa kita ini belum juga meraih kemapanan
Selain itu seperti diungkap di awal tulisan ini melalui buku ini terutama di bab-bab awalnya kita juga diajak melihat situasi kota Bandung dan perekonomiannya dimana Bank ini lahir dari perkumpulan simpan pinjam para Saudagar Pasar Baru Bandung, berkembang dan akhirnya bermetamorfosis menjadi salah satu bank swasta modern tertua yang kini masih berdiri kokoh di Indonesia.
Jadi bagi mereka yang mencintai Bandung, pemerhati kota Bandung, kolektor buku-buku bertema Bandung, buku ini layak untuk dibaca dan dikoleksi sebagai pelengkap buku-buku referensi kota Bandung. Tidak mudah mencarinya karena buku ini terbit 8 tahun yang lampau dan tidak dijual di toko-toko buku umum melainkan hanya beredar secara terbatas. Happy hunting! :)
@htanzil
1 comment:
Toko Buku Online Terlengkap & Terpercaya GarisBuku.com
Post a Comment