Friday, January 20, 2006

Fetussaga


Judul : Fetussaga
Penulis : Jamal
Penerbit : Grasindo, 2005
Tebal : 226 hal

Pernahkah membayangkan kehidupan jabang bayi atau janin dalam rahim ibunya? Selain gerakan atau tendangan yang terasa di perut ibunya, adakah hal lain yang dikerjakan sang janin di dalam sana? Mungkinkah selain tinggal selama kurang-lebih sembilan bulan dalam kesendiriannya seorang ibu, ia-mungkin lapisan lain dari dirinya-punya pengalaman yang sepenuhnya misterius….(hal ix)

Rupanya pertanyaan-pertanyaan itulah yang menggelitik penulis novel ini –Jamal- untuk menggerakkan jari-jemarinya yang lincah diatas tuts keyboard komputer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Dengan kebebasan kreatif yang dimilikinya sebagai seorang pengarang, Jamal mencoba bercerita tentang apa yang mungkin dialami oleh sang janin selama ia berada dalam rahim ibunya.

Fetussaga memang cerita yang unik, idenya orisinil dalam ranah fiksi tanah air. Di novel ketiganya ini Jamal seolah meruntuhkan persepsi pembacanya bahwa di novel terbarunya ini ia akan kembali bertutur dengan ide dan plot cerita yang sama seperti dua novel terdahulunya (Louisiana-Louisiana, 2003 dan Rakkaustarina,2004). Novelnya kali ini memang lain.

Judul Fetussaga dirangkai dari dua kata, fetuss untuk janin atau jabang bayi, dan saga dari kisah atau cerita. Jadi memang keseluruhan isi dari novel ini bertutur mengenai perasaan-perasaan yang dirasakan sang janin selama berada dalam rahim dan kisah perjalanan mistisnya bersama ‘pengawal’nya menuju ‘alam gaib’. Nampaknya kini Jamal mencoba membaurkan antara yang realis dan surealis sehingga menghasilkan cerita yang unik dan menarik.

Novel ini dimulai dari munculnya kesadaran sang janin yang mulai bertanya-tanya mengenai keberadaan dirinya. Uniknya janin ini tidak hanya sadar akan keberadaan dirinya namun ia juga bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi diluar perut ibunya. Awalnya ia hanya bisa melihat dan mendengar sebatas kemana ibunya pergi dan lakukan, namun ketika si janin bertemu dengan ‘mahluk dari dunia lain’ yang bertugas menjadi ‘pengawalnya’ maka si janin secara gaib bisa melakukan petualangannya mistisnya dengan mengunjungi kerajaan gaib di wilayah Tatar Sunda. Mahluk gaib yang dinamai bangsa Onom ini secara sengaja memang diutus untuk menjaga sang janin oleh Prabu Watukancana karena ternyata sang janin adalah keturunan langsung dari Prabu Wastukancana dari Kerajaan Galuh yang menurut lagenda pernah hidup dan memerintah di Tatar Sunda – Jawa Barat. Si Janin yang belum bernama ini harus dilindungi secara gaib karena diantara kerajaan-kerajaan gaib sedang terjadi intrik untuk memperebutkan sang janin yang akan dijadikan raja dimana kerajaan yang berhasil menculik dan memahkotai si janin untuk menjadi rajanya maka kerajaan itu akan memiliki pengaruh yang besar karena raja mereka keturunan langsung dari Prabu Watukancana yang sangat berpengaruh pada masa lalu.

Novel ini menjadi menarik karena selain secara lancar bertutur mengenai serunya pengalaman-pengalaman yang dialami si janin dalam mengembara ke alam gaib bersama para pengawalnya, novel ini juga menyuguhkan sepenggal legenda kerajaan Tatar Sunda yang mau tidak mau akan menyinggung khazanah sejarah, budaya, dan mitos di Tatar Sunda yang eksotis. Tak ketinggalan pula dalam lembar-lembar novel ini pembaca akan disuguhkan dialog-dialog filosofis seputar keberadaan asal-usul manusia, cara manusia memandang alam, hidup, merespon lingkungan, dan lainnya. Dalam novel ini juga terdapat dialog-dialog jenaka dan nakal antara janin dan ‘pengawal’nya dan tak ketinggalan pemikiran-pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan polos si janin yang mencoba memahami lingkungan yang ada didalam dan diluar dirinya. Singkatnya novel ini walau memiliki unsur-unsur mitos, sejarah, budaya Sunda dan filsafat kehidupan namun novel ini dapat dibaca dengan ringan dan riang gembira.

Walau novel ini seratus persen khayalan dan tema utama yang diangkat nampaknya tak masuk akal (janin yang bisa merasa) namun novel ini setidaknya akan memberi wawasan baru bagi pembacanya dalam hal sejarah, budaya dan nilai-nilai filosofis yang menghiasi novel ini. Kritik terhadap novel ini mungkin sebenarnya unsur-unsur diatas bisa dieksplorasi lagi dengan lebih dalam lagi oleh Jamal sehingga novel ini bisa semakin memperkaya wawasan dan ruang batiniah pembacanya dalam berbagai hal. Namun terlepas dari kritik tadi usaha Jamal menghadikan dan mengenalkan budaya dan sejarah Sunda melalui novel ini patut dihargai dan menjadikan novel ini layak diapresiasi.

@h_tanzil

No comments: