Monday, January 23, 2006

Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari



Judul : The Chronicles of Narnia :
#2 Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari
Penulis : C. S. Lewis
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : II, Sept 2005
Tebal : 232 hlm; ilustrasi
ISBN : 979-22-1458-5

Berpetualang di dunia khayal dengan membaca karya-karya fantasi sangatlah mengasyikan, apa yang tak mungkin terjadi di dunia nyata dapat saja terjadi di dunia fantasi. Cerita fantasi memang cerita khayal, cerita dimana seringkali fakta dan realita dijungkirbalikkan untuk menambah keasyikan pembacanya berkelana di dunia tanpa batas. Walau semua hanya khayalan dan tampaknya tak masuk akal namun bukan berarti cerita fantasi hanya menyajikan kebohongan dan lamunan sang pengarangnya saja. Tak jarang tokoh-tokoh dalam cerita fantasi merupakan cerminan yang sesungguhnya dari kejadian yang ada di dunia nyata, tak jarang kisah fantasi juga dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai positif dan membangun kesadaran pembacanya akan kenyataan atau realita yang mereka hadapi di dunia nyata.

C.S. Lewis (1898-1953) penulis dari kisah fantasi The Chronicles of Narnia ini sepertinya mencoba menyampaikan beragam makna positif yang secara halus tersaji dalam rangkaian kisah petualangan di dunia Narnia, dunia khayal yang bisa dimasuki manusia lewat sebuah pintu lemari baju! Buku pertama cerita fantasi dunia Narnia yang ditulis Lewis –The Lion, The Witch, and The Wardrobe – selesai ditulis pada tahun 1949. Walau awalnya Lewis tak berencana untuk melanjutkan kelanjutan dari kisah Narnia namun akhirnya ketika buku ini mendapat sambutan yang baik dari pembacanya secara berkesinambungan Lewis membuat keenam buku lainnya sehingga buku ini adalah buku yang mengawali serial Petualangan Narnia yang terdiri atas tujuh buku. Serial Petualangan Narnia secara apik memadukan petualangan, humor, fantasi, dan alegori, serta menjadi karya klasik dan menjadi buku monumental dalam khazanah bacaan fantasi anak-anak dunia. Begitu terkenal dan monumentalnya kisah Narnia membuat pengarang cerita fantasi masa kini seperti JK Rowling dan Christopher Paolini mengaku banyak terpengaruh oleh karya2 C.S. Lewis

The Lion, the Witch, and The Wardrobe yang diterjemahkan oleh Gramedia menjadi Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari bersetting pada saat berkecamukanya Perang Dunia II, empat anak London, Peter, Susan, Edmund, dan Lucy diungsikan ke rumah yang sangat besar milik seorang profesor, rumah tersebut memiliki banyak ruang di dalamnya sehingga membuat keempat anak itu merasa tertantang untuk menjelajahi slueurh ruangan yang ada . Ketika hari hujan mereka menjelajah rumah besar itu dan menemukan sebuah ruang kosong berisi lemari besar. Ketiga anak lain segera meninggalkan ruangan itu, tetapi Lucy yang masih penasaran segera membukanya, masuk kedalam lemari, ketika menyibakkan mantel-mantel yang terdapat di dalamnya, Lucy merasakan dirinya tertusuk ranting pohon dan menginjak tanah bersalju! Ternyata lemari besar tersebut membawanya memasuki negeri yang kelak ia ketahui bernama Narnia, suatu negeri yang selalu mengalami musim dingin namun tak pernah ada Natal gara-gara ulah si penyihir jahat yang menguasai negeri Narnia dengan kutukannya. Dalam kunjungan itu Lucy bertemu dengan Tumnus, manusia setengah kambing yang menceritakan kejadian buruk yang sedang terjadi di negeri Narnia. Beberapa jam lamanya Lucy singgah gua Tumnus di Narnia namun anehnya, ketika ia kembali ke ruang kosong tadi, kakak-kakaknya masih di ruang sebelah dan tidak merasa kalau Lucy sudah pergi begitu lama. Karena itu mereka sulit untuk mempercayai Lucy yang bercerita mengenai negeri Narnia, dan memang ketika Lucy mencoba mengajak keempat kakak-kakaknya untuk masuk ke lemari tadi ternyata memang tidak terjadi keanehan apapun dan lemari itupun berujung kayu biasa yang tak bisa ditembus siapapun. Ketika bermain petak umpet secara tak disengaja Edmund bersembunyi di lemari tersebut dan sama seperti yang dialami Lucy iapun memasuki negeri Narnia, namun yang ditemui Edmund kali ini adalah penyihir jahat yang mencoba membujuknya untuk mengajak ketiga kakaknya untuk menemuinya di istana sihirnya.

Esoknya ketika keempat anak itu mencoba bersembunyi dari pengurus rumah yang sedang mengantar tamunya untuk berkeliling rumah, keempat anak itu masuk ke dalam lemari di ruang kosong tersebut dan setelah menyibak mantel-mantel yang terdapat dalam lemari itu merekapun mendapati bahwa mereka telah berada di negeri Narnia yang dingin bersalju!. Ketika mereka hendak mengunjungi Tumnus yang pernah ditermui Lucy ternyata gua tempat tinggal Tumnus telah hancur dan mereka mendapati selebaran bahwa Tumnus telah ditangkap si penyihir karena dianggap telah menolong Lucy dan tidak menyerahkan Lucy pada saat kunjungannya yang pertama pada penyihir yang menjadi penguasa Narnia. Kecuali Edmund yang diam-diam pergi untuk menemui penyihir, merekapun bertekad menyelamatkan Tumnus.
Ternyata kedatangan mereka telah diramalkan dalam sebuah syair kuno Narnia. Aslan sang singa, penguasa tertinggi bumi Narnia, juga telah muncul kembali untuk menghadapi si penyihir. Akhirnya memang ketiga kakak beradik itu bersama dengan Aslan akan berperang melawan kekuatan jahat si penyihir putih. Karena menurut ramalan kuno tersebut hanya keempat anak serta singa agung, Aslan yang kelak bisa mematahkan kutukan jahat si penyihir itu.
Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1950; buku ini merupakan seri pertama dalam seri Narnia menurut urutan penerbitnya. Pada tahun 90-an buku ini pernah diterjemahkan oleh penerbit Dian Rakyat, sayang setelah buku ini habis di pasaran, penerbit Dian Rakyat tak pernah menerbitkannya lagi hingga akhirnya buku ini kembali diterjemahkan dan diterbitkan oleh Gramedia . selain diterjemahkan dengan baik langsung dari karya aslinya buku terjemahan ini dilhiasi pula oleh ilustrasi apik karya Pauline Baynes seperti pada buku aslinya. Pauline Baynes inilah akhirnya yang membuat ilustrasi untuk seluruh buku dalam seri The Chronicles of Narnia. Diawali dengan Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari di tahun 1949, kariernya sebagai ilustrator pun kian berkembang.

Walau buku ini diperuntukkan bagi anak-anak namun bukan berarti buku ini tak layak dibaca pembaca dewasa, kepiawaian Lewis dalam meramu ceritanya membuat buku ini bisa dinikmati pembaca dewasa dengan tak kalah menariknya. Persahabatan Lewis dengan JRR Tolkien (penulsi Lord of The Rings) berpengaruh pada Lewis dalam memadukan penalaran dan imajinasi, sehingga Lewis dengan piawai berhasil menyampaikan nilai-nilai positif yang dipercayainya dalam bentuk tulisan yang imajinatif. Ada banyak nilai moral yang didapat ketika membaca buku fantasi ini, buku yang nampaknya hanya diperuntukkan bagi anak-anak ini ternyata memberikan gambaran yang utuh tentang sebuah semesta yang utuh dan bermoral. Pesan-pesan moral disampaikan oleh Lewis secara halus, luwes dan tidak mengganggu alur cerita sehingga buku ini dan seri-seri selanjutnya dari The Chronicles of Narnia akan tampil sebagai kisah yang menyentuh hati dan sekaligus menggugah akal budi.

@h_tanzil

Note : Special thank’s to Arie Saptaji yang mengenalkan Dunia Narnia pada saya melalui bukunya "Let’s Go Into Narnia – Mengenal Lebih Dekat Dunia ajaib C.S. Lewis - , Gradiens Books 2005