Monday, May 01, 2006

Sang Maestro telah pergi



Minggu, 30 April 2006, sebuah pesan SMS dari Bung Daniel Mahendra menyentakku pagi itu :

Telah meniggal dunia Bpk Pramoedya Ananta Toer (Bung Pram)
jam 09.15 di jln.Multi Karya 2/26 Utan Kayu Jak-tim.
Tolong disebarluaskan

From : DM-HP
9:24 30/4/06

Segera aku hubungi Bung Daniel untuk konfirmasi mengingat kemarin malamnya banyak sekali sms yang memberitakan kalau Pram sudah menginggal semalam.
Ketika aku mendapat konfirmasi aku langsung terhenyak.....teringat bagaimana aku mulai mengenal Pram dari karya-karyanya....

Aku mulai membaca karya-karya Pram dari karyanya yang berjudul "Hoakiau di Indonesia".
Saat itu tahun 1998 reformasi baru saja bergulir, dan setahuku karya Pak Pram yang pertama kali diterbitkan ulang setelah reformasi adalah "Hoakiau Di Indonesia"

Setelah aku menamatkan HdI aku langsung penasaran dan mencari buku-buku Pram lainnya, bukan hal yang mudah karena buku-buku Pram belum diterbitkan ulang.
Barulah setelah berbulan-bulan mencarinya, akhirnya aku mendapatkannya di TB Utan Kayu - Jakarta, aku membeli Bumi Manusia terbitan tahun 80-an!

Segera kulahap habis, bukannya terpuaskan aku malah semakin dahaga akan karya-karya lainnya. Mulailah pemburuanku......satu persatu aku kumpulkan, untunglah semakin kemari buku-buku Pram mulai diterbitkan ulang dan akupun pasti membeli dan membacanya.
Saat ini sudah sekitar 40 buah karya2 PAk Pram menghias lemari bukuku, semuanya sudah kubaca habis!

Apa yang kudapat dari membaca buku2 Pram ?
Yang pasti setelah membaca buku2 Pram aku jadi semakin mengenal sejarah bangsaku. Selain itu keberanian kaum lemah yang sering diungkap dalam karya-karya Pram membuatku jadi berani menentang ketidakadilan yang terjadi di sekitarku, aku makin peka dan makin berani menentang ketidakadilan!
Itulah yang diajarkan Pram melalui buku-bukunya.

Buku-buku Pram juga mengantarku untuk bertemu dengannya secara langsung. Dua kali aku bertemu dengannya, yang terakhir sekitar bulan Sepetember 2005, aku dan member milis membacapramoedya mengunjungi rumahnya di Bojong - Bogor, bersilaturahmi dengan keluarganya yang hangat, menengok perpustakaannya yang luar biasa.....dan yang pasti bercakap-cakap langsung dengan sang Maestro.

Dari pecakapannya dengan kami saat itu, terlihat Pram tetap konsisten dengan sikap dan pandangan hidupnya, tubuhnya yang uzur tak mempengaruhi cara berpikirnya dan keteguhan hatinya melawan ketidakadilan. Rupanya itulah untuk terakhir kalinya aku bercakap-cakap dengannya secara langsung.

Kini Sang Maestro itu telah tiada, namun karya-karyanya tetap hidup dan akan terus dibaca orang....

Selamat jalan Pak Pram...


@h_tanzil