Judul : Winnetou & Old Shatterhand jilid 1 & 2
Penulis : Karl May
Ilustator : Juan Arranz
Teks oleh : Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
Editor : Marulina Pane.D.H. , Pandu Ganesa
Penerbit : Gaya Favorit Press & PKMI
Cetakan : I, Desember 2006
Tebal : 64 hlm ; 14.5 x 19 cm
Harga : Rp. 15.000,-/jilid
Karl May dan tokoh-tokoh rekaaannya seakan tak pernah mati, kisah-kisahnya selalu dibaca orang dari generasi ke generasi. Nama-nama tokohnya seperti Winnetou, Old Shatterhand, Kara Ben Nemsi, dll selalu dikenang sebagai tokoh-tokoh petualang tangguh yang memiliki kisah memikat dan selalu mengusung semangat perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi
Jika dihitung sejak Karl May mempublikasikan karya-karyanya, maka tahun ini karya-karyanya telah berusia lebih dari seratus tahun. Selama ini pula karya-karyanya terus dicetak ulang, diterjemahkan ke berbagai bahasa dan disajikan dalam berbagai bentuk. Mulai dari cerita bersambung sebuah harian di Jerman, dibukukan menjadi sebuah novel dengan berbagai versi, dibuat komik, difilmkan hingga akhirnya dibuat versi kartunnya.
Di Indonesia sendiri karya-karya Karl May telah memiliki sejarah panjang. Buku-bukunya dibawa masuk ke bumi nusantara oleh orang-orang Belanda dimasa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Mengisi rak-rak buku pejabat dan perpustakaan gereja dan sekolah-sekolah dimasa itu. Selain itu dimiliki dan dibaca juga oleh pribumi yang sudah melek huruf dan terdidik, bahkan menjadi inpirasi beberapa tokoh kemerdekaan Indonesia, antara lain Bung Hatta, Syahrir, dll,
Di Indonesia buku-buku Karl May terus diterbitkan ulang hingga kini. Walau sempat mati suri di tahun 90- an, sejak tahun 2002 berkat usaha para pecinta karya-karya Karl May yang tergabung dalam Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) kini karya Karl May kembali mengisi rak-rak toko buku tanah air. Selain dalam bentuk novel, cerita bergambar, novel komik, kini karya Karl May diterbitkan dalam bentuk komik yang diterjemahkan dari komik berbahasa Belanda karya Juan Arranz.
Sebenarnya komik karya Juan Arranz ini pernah diterbitkan oleh Gramedia di tahun 80-an, namun sumber yang digunakan berbeda sehingga ototomatis terdapat perbedaan dengan yang pernah diterbitkan oleh Gramedia.
Komik yang diberi judul Winnetou & Old Shatterhand ini terbit dalam 5 seri dimana isinya paralel dengan novel Winnetou I : Kepala Suku Apache dan Winnetou II : Si Pencari Jejak (Pustaka Primatama & PKMI)
Di seri 1, komik ini diawali dengan kisah kedatangan Charley (Old Shutterhand) ke benua Amerika. Baru saja ia menjejakkan kakinya di pelabuhan ia bertemu dengan seseorang yang hendak mencari guru privat bagi anak-anaknya dan Charley langsung menerima tawaran tersebut. Di tempatnya mengajar ia bertemu dengan Mr Henry yang mengajaknya berkunjung kerumahnya dan memperlihatkan senapan pembunuh beruang. Dari perkenalannya dengan Mr. Henry, Charley akhirnya diterima bekerja sebagai Surveyour pada perusahaan pemasang rel kereta api di daerah wild west, daerah yang selama ini diimpikan olehnya untuk dikunjungi. Dan senapan pemburu beruang itupun dihadiahkan Mr Henry untuk menemani Charley di daerah yang asing bagi dirinya.
Sebagai seorang surveyour Charley ditemani oleh Sam Hawkens dan kawan-kawannya, mereka bertugas mengawal para juru ukur yang bertugas untuk memetakan tanah yang kelak akan dilalui oleh rel kereta api. Namun para juru ukur ini bekerja dengan malas-malasan dan mabuk-mabukan. Charley akhirnya terlibat perselisihan dengan Rattler salah seorang seorang juru ukur. Sikapnya yang semena-mena membuat Charley habis kesabarannya dan menghadiahi Rattler dengan pukulan mautnya. Rattler langsung pingsan dan semenjak itulah Charley dijuluki Old Shatterhand ( Tangan yang menghancurkan).
Di jilid pertama kisah baru bergulir seputar pengalaman seru Old Shatterhand unjuk keahliannya antara lain keahlian menembak menngunakan senapan pemburu beruang yang berat, menjinakkan kuda liar, memainkan tari laso, berburu bison hingga menjinakkan bagal .
Di jilid ke-2 selain mengisahkan serunya Old Shatterhand melawan beruang grizzly, juga diceritakan pertemuan mereka dengan Klekih Pietra, guru suku Apache, Intshu Tshuna, Kepala Suku Apache dan Winnettou anak kepala suku Apache. Mereka mempertanyakan hak Old Shatterhand dan kawan-kawannya untuk membangun jalur kereta api diatas tanah milik suku Apache. Ketika negoisasi masih berlangsung Rattler menembakkan pistolnya sehingga menyebabkan Kleikh Pietra tewas tertembak. Walau saat itu Kepala suku Apache dan Winenou tak langsung membalas dendam namun Old Shatterhand dan kelompoknya tetap terancam karena sewaktu-waktu suku Apache pasti akan menyerangnya.
Old Shatterhand dan rombongannya kemudian bertemu dengan suku Kiowa yang merupakan musuh bebuyutan suku Apache. Kebetulan Sam Hawkens, bersahabat dengan kepala suku Kiowa. Permusuhan antar kedua suku ini dimanfaatkan oleh Old Shatterhand agar terhindar dari pembalasan dendam suku Apache. Akhirnya suku Kiowa berhasil menangkap Kepala Suku apache dan Winnetou. Karena ia tidak menginginkan Winnetou dibunuh oleh suku Kiowa maka dibuatlah suatu taktik agar Winnetou dan kepala suku berhasil lolos dari siksaan orang Kiowa. Berhasilkah taktik ini ? Tentunya akan lebih menarik jika membaca sendiri kelanjutan kisahnya.
Bagi pecinta karya-karya Karl May, komik Winnetou karya Juan Arranz ini dianggap sebagai komik yang paling mendekati dengan karakter-karakter dan gambaran yang diciptakan oleh Karl May. Gambar-gambarnya menarik, dilukis dengan gaya realis, full colour dan didominasi oleh warna-warna yang cerah. (Kuning, hijau muda, biru,dll). Kalimat-kalimat yang terdapat dalam balon percakapan tersaji secara simpel dan mudah dimengerti sehingga komik ini cocok untuk dibaca oleh anak-anak.
Aslinya komik ini berukuran besar seperti komik Tintin atau Asterik dan dicetak diatas kertas art paper. Sayangnya terjemahan komik ini dicetak dengan kertas yang menyerupai kertas koran sehingga keindahan warna-warni komik ini sedikit banyak akan terdistorsi. Komik ini juga dicetak dengan ukuran yang lebih kecil dari komik aslinya, yaitu menjadi seperti ukuran buku tulis (14.5x19 cm) dengan tebal 64 halaman untuk setiap jilidnya.
Namun walau mengalami penciutan ukuran dari komik aslinya, gambar-gambar dalam komik ini tetap nyaman untuk dibaca dan dinikmati. Frame gambarnya tetap besar, bahkan ada beberapa halaman yang dua halamannya berisi satu frame saja (Gambar Sam dan Mustang, hal 22-23 di seri 1). Malah di komik terjemahan ini peletakan frame-frame gambarnya disusun secara bebas, tidak seperti komik aslinya yang terkesan kotak-kotak seperti sawah.
Pandu Ganesa selaku ketua Perkumpulan Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) sekaligus salah satu editor komik ini, mengungkapkan penciutan ukuran dan penggunaan kertas koran dalam komik ini dimaksudkan untuk menyiasati harga yang kemungkinan akan melambung tinggi jika dicetak sesuai dengan aslinya. Dengan ukuran dan penggunaan kertas seperti ini maka harga per bukunya bisa ditekan hingga Rp. 15.000,-. Dan menurut survei pasar yang dilakukan oleh penerbit, harga inilah yang paling tepat dan terjangkau untuk sebuah komik yang bisa dikonsumsi anak-anak hingga dewasa.
Selain menerbitkan kelima jilid komik seri Winnetou & Old Shatterhand, tampaknya proyek pembuatan komik Karl May masih akan terus berlanjut. Bahkan masih menurut Pandu Ganesa, kini PKMI sebagai bank naskah telah memiliki 7 komik Belanda karya Juan Arranz. Dengan demikian diharapkan ada sekitar 20 jilid komik karya Juan Arranz yang akan diterbitkan. Selain itu PKMI juga telah menyiapkan komik2 Karl May hasil karya komikus Indonesia yang akan menggarap seri Winnteou dan Kara Ben Nemsi.
Seperti yang menjadi harapan PKMI, dengan terbitnya karya-karya Karl May dalam bentuk komik, kisah-kisah petualangan Old Shatterhand, Kara Ben Nemsi, dll diharapkan akan menarik minat anak-anak untuk mencintai tokoh-tokoh tersebut. Sehingga anak-anak tidak hanya mengenal tokoh komik superhero buatan hollywood (batman, superman, spriderman, dll) atau tokoh-tokoh komik-komik jepang yang kini digandrungi anak-anak.
Semoga dengan hadirnya komik Winnetou & Old Shatterhand ini, anak-anak memiliki tokoh idola baru yang dalam kisah-kisahnya selalu menonjolkan nilai persahabatan antar manusia yang berbeda ras, bangsa , dan kepercayaan serta mengutamakan perdamaian dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dan itu semua adalah nilai-nilai positif yang harus ditanamkan kedalam benak setiap orang semenjak anak-anak.
@h_tanzil
6 comments:
Halo Tanzil. Boleh kenalan? Saya dulu pernah membaca serial Winnetou dan Old Shatterhand milik bapak saya terbita Pradnya Paramamita dalam ejaan lama, ketika saya masih kecil. sampai sekarang saya mengganggap itu serial yang paling menarik yang pernah saya baca. saya juga tinggal di bandung
Salam kenal Mas Ikram!
Sudah baca Winn I-III terbitan Pustaka Primatama ? Ini lebih lengkap drpd terbitan PP
Hallo Mas Tanzil, salam kenal yah, blog nya Mas Tanzil ini selalu menjadi resensi saya setiap bulannya untuk membeli buku, saya mau tanya, komik Winnetou ini bisa di beli dimana yah ?? thanks before.
Mbak Febi, Anda dimana ?
Kalau di Jakarta kabarnya bisa dicari di toko2 buku gramedia. Atau tgl 10-11 Febr bisa diperoleh di Blok M, Pasar Raya Grande, lt 6
gedung teater, di acara Pameran Jakarta Comics n Toys.
mas tanzil...punya kontak penerjemahnya the historian ngga?? gara-gara mas tanzil bilang terjemahannya bagus, saya jadi pengen kenal orangnya. thanks atas info-nya.
saya dulu pernah baca buku winnetou dan old shatterhand ini, ketika saya masih sd, dalam bentuk komik yang lama
tapi hanya 1 buku saja, dan saat itu saya benar2 menjadi tergila2 dengan dunia wild west dan indian, hehe.
kemudian ketika smp, saya baca karya Karl May yang lain, Kara Ben Nemsi, beberapa judul, mungkin ada sekitar 5/6, dalam format novel kuno, yang kertasnya sudah kuning dan masih pake ejaan lama. buku ini saya temukan di sela-sela buku kumal di perpustakaan sekolah, sebagian besar sudah tanpa kover.
saya juga menemukan beberapa seri Old Shatterhand, saya sudah banyak lupa ceritanya
saat itu saya benar2 larut dalam petualangan si jago tembak itu.
sekitar tahun 2003an, saya baca dari koran, waktu itu jawapos kl ga salah, kalo seri winnetou diterbitkan lagi, dalam bentuk novel.
saya sempat keliling toko buku di Malang, dan ga berhasil mendapatkan buku tersebut karena stok habis.
akhirnya saya lupakan keinginan saya untuk mengkoleksi buku2 tersebut, apalagi memang budget minim.
tapi sekarang, saya setiap kali ke perpus kota Malang, saya selalu menemukan buku Winnetou, berdiri rapi di Rak, saya masih belum sempat menyentuhnya. entah kenapa, hehe.
Mungkin karena saya menemukan banyak buku lain yang lebih "urgent" untuk saya baca, meskipun seringkali sampe memperpanjang waktu pinjam, belum juga selesai. itu jg salah satu alasan saya ga pinjam buku winnetou tersebut.
pengen baca, tapi waktu kurang ada...
sori komentarnya kepanjangan, hehe
salut buat review2 anda. terima kasih
Post a Comment