Saturday, June 02, 2007

The Edge Chronicles #1 : Beyond the Deepwoods

Judul : The Edge Chronicles # 1 : Beyond The Deepwoods
Penulis : Paul Stewart
Ilustrator : Chris Riddel
Penerjemah : Meithya Rose Prasetya
Penerbit : Penerbit Matahati
Cetakan : Mei, 2007
Tebal : 347 hlm

The Edge Chronicles # 1 : Beyond the Deepwoods adalah novel fantasi berilustrasi karya penulis dan ilustrator Inggris Paul Stewart & Chris Riddel. Kisahnya menceritakan petualangan Twig, seorang anak berusia tiga belas tahun dengan setting sebuah negeri antah berantah yang dinamai The Edge. Sejak bayi Twig diasuh oleh pasangan woodtroll (mahluk mitologi Eropa) – Spelda dan Tumun di depan pondok kediaman mereka di dalam hutan Depwoods. Sebuah hutan dengan wilayah yang gelap, misterius dan sangat berbahaya dimana terdapat mahluk-mahluk buas seperti gyle, goblin, termanant gog, pohon pemakan daging, dan banyak mahluk-mahluk mengerikan lainnya.

Di usianya yang ketiga belas, Twig mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan lingkungannya yang dihuni para woodtroll. Ketika spelda - ibu angkatnya - menceritakan padanya bagaimana Twig yang masih bayi ditemukan oleh Spelda di depan pondoknya, mulailah Twig tergerak untuk menemukan jati dirinya, siapa orang tua kandungnya, dan darimana ia berasal.

Keunikan Twig diantara lingkungan woodtroll juga menarik perhatian perompak langit yang menginginkannya untuk menjadi awaknya. Untuk mencegah Twig dari incaran Perompak Langit, Spelda dan Tumun menyuruh Twig untuk sementara tinggal bersama sepupu troll-nya yang jauh dari kediamannya sekarang. Berbekal tekad untuk menyingkir dari incaran perompak langit dan berusaha menemukan jati dirinya, Twig memulai petualangannya yang menegangkan. Sebelum berangkat Spelda berpesan agar dalam perjalanannya Twig selalu berada pada jalur wodtrooll agar terhindar dari ancaman mahluk-mahluk buas, terutama mahluk yang paling ditakuti di Edge, yaitu Gloamlozer.

Tanpa disadarinya Twig keluar dari jalur yang harus ditempuhnya. Ia terseret masuk dalam dunia kelam para goblin dan mahluk buas lainnya. Ia bertemu dengan berbagai mahluk buas yang mengancam keselamatannya. Tak hanya bertemu monster yang mengancam jiwanya, petualangannya juga membawanya bertemu dengan seekor banderbear yang akan menjadi sahabatnya, bahkan Twig juga bertemu dengan Sang Perompak Langit yang justru untuk itulah ia berangkat dari kediamannya. Dan yang paling mengerikan adalah pertemuannya Gloamlozer ! Di tengah petualangan menegangkannya ini, Twig juga terus bertanya-tanya siapa sebenarnya dirinya dan dimanakah sebenarnya dia harus berada. Pertanyaan inilah yang memberinya semangat bertahan hidup dari hadangan monster-monster jahat yang kelak akan membawanya pada takdir penemuan jati dirinya.

Berhasilkan Twig menempuh perjalannya menuju kediaman sepupunya sekaligus menemukan jati dirinya ? Rasanya akan menjadi tak menarik jika akhir novel fantasi ini diungkap dalam ulasan ini.

Bagi pecinta novel fantasi, rasanya sayang untuk melewatkan membaca karya ini. Kisahnya ditulis dengan apik. Karena ditujukan bagi pembaca remaja, alur kisahnya cepat dan tak rumit. Petualangan Twig sangat memesona dan sangat imajinatif. Setting ceritanya di sebuah negeri antah berantah -The Edge- saja sudah membuat pembaca terpesona oleh keliaran alam fantasi yang tiada batas.



Setiap bab menghadirkan petualangan dan perjumpaan dengan monster yang berbeda-beda, sehingga hampir semua bab dalam novel ini diberi judul sesuai dengan monster yang harus dihadapi oleh Twig, misalnya skullpelt, bloodoak, koloni gyle goblin, banderbear, dll. Lepas dari ancaman monster di satu bab, petualangan yang tak terduga dengan monster lainnya menanti di bab berikutnya. Tak heran novel ini berpotensi membuat pembacanya enggan melepaskan buku ini sebelum sampai di halaman terakhir.

Bagi mereka yang terbiasa membaca kisah-kisah fantasi Eropa, beberapa nama mahluk mitologi dalam novel ini tak akan asing, seperti troll, goblin, trogg, dll. Namun novel ini menyajikan lebih banyak lagi monster imajinatif yang tak akan pernah kita pikirkan dalam benak kita, sedikitnya lebih dari 10 jenis mahluk imajinatif akan menyeret pembacanya memasuki serunya petualangan Twig dalam menemukan jati dirinya.

Dan yang tak kalah menariknya, novel ini dihiasi oleh leibh dari 100 buah ilustrasi yang kuat dan imajinatif karya Ilustrator buku-buku anak – Cris Riddel. Ilustrasi hitam putih dalam buku ini terkesan tajam dan kuat. Tarikan garis-garisnya bersih dan detail sehingga sangat membantu pembacanya untuk membayangkan bagaimana rupa monster-monster baik yang mengerikan, unik, lucu yang ditemui Twig dalam petualangannya.













Penempatan ilsutrasinyapun dinamis. Kadang ditempatkan di tengah halaman, kadang satu halaman penuh, ada juga yang menghiasi pinggiran halamannya, bahkan beberapa tampak menyeberang diantara dua halaman. Hal ini membuat ilusrasinya tampak bagai suatu kesatuan yang membangun kisah dalam novel ini menjadi nyaris sempurna bagi pecinta fiksi fantasi.

The Edge Chronicles – Beyond The Deepwods pertama kali terbit di Inggris pada tahun 1998. Hingga kini telah terbit sebanyak 9 judul dari 10 judul yang direncanakan. Bisa diabayangkan petualangan imajinatif apa yang akan kita temui di judul-judul selanjutnya.

Walau terjemahan novel ini bisa dikatakan terlambat hampir sepuluh tahun dari karya aslinya (1998), namun pecinta buku fantasi patut bersyukur karena akhirnya novel terjemahannya kini telah hadir untuk menyemarakkan genre novel fantasi remaja terjemahan yang saat ini telah diisi oleh serial Harry Poter - JK Rowling, The Chronicle of Narnia – CS Lewis, The Bartimaeus Trilogy - Jonathan Stroud, dll.

Semoga saja penerbit Matahati memiliki nafas yang panjang untuk konsisten menerbitkan kesembilan judul selanjutnya. Jika akhirnya novel ini mendapat sambutan yang baik dari pembaca tanah air, bukan tak mungkin judul-judulnya selanjutnya akan segera diterbitkan. Yang pasti seperti yang tertera di lembar terakhir novel ini, judul kedua dari seri ini – Stromchaser – akan segera diterbitkan.

Yang mungkin perlu diperbaiki oleh Penerbit Matahati adalah desain covernya. Cover edisi terjemahannya jauh kalah menarik dibandingkan dengan cover aslinya. Padahal cover novel kisah fantasi remaja haruslah dibuat semenarik dan seimajinatif mungkin agar menarik minat pembacanya. Sungguh sayang jika novel dengan ilustasi menarik di halaman dalamnya tidak diimbangi dengan keindahan cover bukunya.

Terlepas dari masalah cover, novel berilustrasi ini juga tampaknya bisa menarik perhatian bagi mereka yang tadinya tidak suka membaca. Bukan tak mungkin mereka yang tadinya tidak suka membaca, begitu melihat banyaknya ilustrasi-ilustrasi imajinatif dalam novel ini menjadi tertarik untuk membacanya.

Dan yang pasti, seperti endorsement dari Publisher Weekly yang tertera dalam cover depan buku ini ; “Buku ini novel ini akan membuat orang dewasa dan anak-anak terpesona”.

Berlebihankah pujian tersebut, mari kita buktikan….!

@h_tanzil

10 comments:

Duma said...

Yah... aku lagi menunggu ini nongol, hehehe, setelah kemarin terima bocorannya dari koko tanzil ini, hahaha

htanzil said...

kalo suka novel fantasi kudu baca!!!

Duma said...

tentu... tentu....

gambar-gambarnya mengingatkan aku pad a buku fantasi lainnya, yang sama-sama judulnya ada Chronicles-nya juga yaitu The Spiderwick Chronicles, terbitan GPU, dah lama juga, hehehe

Anonymous said...

Ya, ya, ntar kita juga mau baca ya, Bo?

Sangat mengundang review-nya. Juga gambar2nya.

Yang memang kurang mengundang kayaknya gambar sampulnya.

Oya, shoutbox-nya gak nongol, jadi enakan 'teriak' di sini, he he he

Duma said...

Ho oh, cover nya kurang aduhai...

Mungkin mahal tuh yah beli rights cover aslinya?

ferina said...

setuju! cover-nya gak menarik. koq kaya' cover cerita silat?

natnat said...

si "Twig"nya aneh ya di cover itu... heuheuheu... aku suka cerita fantasy, tapi gak terlalu sreg sama The Edge, abisnya petualangannya terus2an gak berenti2. trus endingnya cuma begitu-begitu aja. Hehe...

htanzil said...

wah aku jsutru sebaliknya, aku terpesona dengan petualangan tanpa henti si twig di buku pertama.

Kayaqnya seri2 berikutnya ceritanya lebih kompleks.

Bagian favoritku waktu dia ditangkap sm Rotsucker...seru & imajinatif!

Anonymous said...

tolong dong kasih rekomendasi buku setipe dengan; Para priyayi umar kayam,atau Tarian bumi Oka rusmini....demen ama yang seperti itu

Anonymous said...

Kalau buku sastra yang bermutu itu apa meski selalu puyeng ya?aku baca senja di himalaya kirandesai....pusiiinggg....