Judul : Balada Seorang Penyiar
Judul Asli : L'autre laideur, l'autre folie
Penulis : Marc Males
Penerjemah : Rosi L. Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Agustus 2007
Tebal : 128 hlm ; 6.5 mm
Harga : Rp40,000
Llyod Goodman, adalah seorang penyiar radio terkenal di tahun 30-an. Suatu masa dimana televisi belum ada dan radio menempati tempat utama sebagai satu-satunya media hiburan dalam ruang keluarga. Karakter suara yang khas plus imajinasi pendengarnya membuat penyiar radio di masa itu menjadi publik figur seperti layaknya artis-artis film masa kini.
Demikian pula yang dialami oleh Llyod Goodman, penyiar radio NBC. Suaranya memikat jutaan pendengarnya belum lagi ditambah dengan ketampanannya yang dipublikasikan lewat poster-poster publikasi membuat dirinya menjadi sosok publik figur yang ideal, bersuara merdu, dan berwajah tampan. Namun Goodman memiliki rahasia. Bersama produsernya ia melakukan kebohongan publik. Lambat laun kebohongan ini merrobek-robek hati nuraninya dan justru di saat puncak kejayaannya Goodman meghilang dan meninggalkan ribuan pendengar setianya Tak seorangpun termasuk produser NBC yang mengetahui keberadaannya.
Di lain peristiwa, lama setelah Goodman menghilang, Helen Ford melakukan perjalanan seorang diri tanpa tujuan yang pasti. Kematian saudara kembarnya membuat Helen terguncang dan melakukan perjalanan tanpa tujuan. Dimanapun ia menemukan cermin, ia berdialog dengan bayangannya sendiri, seolah bayangannya dalam cermin itu adalah saudara kembarnya. Ia melakukan perjalanan dari stasiun ke stasiun berikutnya hingga akhirnya uangnya habis dan harus berjalan kaki sambil membawa kopor pakaiannya.
Ketika sampai di sebuah tempat terpencil ia bertemu dengan seorang pria berwajah buruk. Mereka berkenalan dan ketika Helen hendak melanjutkan perjalanannya, ia jatuh kelelahan. Si pria berwajah buruk itu membantunya dan mengajaknya beristrirahat di rumahnya yang tak jauh dari tempat pertemuan mereka. Lelaki berwajah buruk yang digambarkan dengan sosok yang jangkung, berkepala lonjong, hidung dan bibir yang besar itu ternyata memiliki perangai yang baik, sopan dan multi talenta. Diundangnya Helen untuk menginap di rumahnya hingga kesehatannya benar-benar pulih.
Ada yang ganjil dalam rumah laki-laki berwajah buruk yang hanya tinggal bersama anjingnya itu. Tak satupun cermin ditemui di rumah itu. Padahal Helen membutuhkan sebuah cermin untuk berdialog dengan ‘saudara kembarnya’. Selain itu laki-laki itu tak juga mau mengungkap siapa jati dirinya. Ia hanya mengatakan bahwa ia hidup menyendiri karena merasa malu dengan wajahnya yang buruk dan membenci wajahnya sendiri sehingga tak ada satupun cermin dalam rumah tersebut.
Lambat laun ada kecocokan antara Helen dan lelaki berwajah buruk itu. Mereka saling membuka diri tentang kepedihan yang mereka alami. Namun Helen harus melanjutkan perjalanannya. Kelak Persahabatan dan pertemuan antara keduanya yang tidak terduga akan membawa pengaruh dalam kehidupan mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan keyakinan Helen yang pernah diungkapkan pada laki-laki itu bahwa setiap orang dalam hidupnya memiliki bakat atau kekuatan magis untuk melakukan keajaiban yang mampu merubah jalan hidup seseorang.
Alur cerita komik ini menggunakan teknik flash back. Di lembar pertama pembaca akan dibawa pada setting tahun 50-an yang mengisahkan diluncurkannya sebuah buku yang mengisahkan tentang bintang-bintang radio di tahun 30-an dan salah satu bab didedikasikan kepada Lloyd Goodman yang telah meninggal lima tahun sebelumnya.
Lalu kisahnya beralih pada Helen yang telah berusia 78 tahun dan sedang menderita penyakit kanker tahun bersama anaknya, Linda melakukan perjalanan napak tilas ke sebuah stasiun yang memberinya kenangan akan masa lalunya. Dari sinilah Helen menuturkan kisahnya 50 tahun yang lampau tentang perjalanan hidupnya dan perjumpaannya dengan seorang lelaki berwajah buruk.
Komik ini dibuat dengan sapuan warna hitam putih yang kuat. Gambar-gambarnya sederhana seperti sebuah sktesa, namun tetap menyajikan detail yang memikat. Penggunaan warna hitam putih untuk komik ini menimbulkan kesan klasik dan membawa pembacanya tenggelam dalam nuansa tahun 30 dan 50-an.
Frame-frame gambarnya juga sangat standard berupa kotak-kotak yang teratur dalam setiap halamannya. Banyaknya frame dalam satu halaman tidak sama, tergantung pada maksud penulis untuk menggambarkan karakter tokoh-tokohnya dan setting tempatnya. Kadang dalam satu atau dua halaman hanya ada 3 frame yang menyorot perilaku dan ekspresi tokohnya saja baik dengan menyertakan teks dalam balon percakapan ataupun hanya merupakan komik bisu (tanpa teks).
Salah satu yang menarik ada pada hal 96-101. Masing-masing halaman itu hanya menyajikan 3 panel gambar yang menggambarkan Helen yang sedang duduk merokok di bangku stasiun. Awalnya panel gambar tersebut menggambarkan sosok Helen secara utuh, lambat laun mengarah pada clos up wajah Helen. Semua itu tersaji tanpa balon percakapan namun gambarnya sangat hidup sehingga walau tanpa balon percakapan, dengan rangkaian gambar tersebut pembaca akan merasakan bagaimana resahnya Helen dengan pikirannya.
Ceritanya sendiri,walau temanya sederhana namun kalimat-kalimatnya bernas dan bermakna. Pembaca akan diajak kedalam percakapan soal jati diri, mimpi, kebahagiaan, harapan, dll. Males dengan piawai mampu mengungkap karakter tokoh-tokohnya melalui gambar dan percakapan-percakapan singkat yang mengungkap keresahan jiwa yang dialami masing-masing tokohnya.
Komik ini bukan komik yang mudah dicerna, layaknya komik-komik superhero, perlu sedikit konsentrasi untuk memahaminya, apalagi alur cerita yang kerap berpindah dari masa lalu ke masa kini sehingga tak jarang membuat pembacanya kehilangan orientasi waktu, dan perlu sedikit usaha untuk merangkaikan kisahnya yang kadang tepenggal-penggal karena loncatan setting waktunya.
Namun jangan khawatir komik setebal 128 hal ini tetap mengasyikan untuk dibaca dan dimaknai. Malah kekuatan ceritanya yang tentang dua orang yang mencoba mengatasi luka-luka batin mereka yang begitu dalam, saya rasa akan memberikan inspirasi positif bagi pembacanya. Bukan tak mungkin apa yang dialami Llyod Goodman dan Helen juga dialami oleh kita walau dalam kadar yang berbeda dalam kehidupan kita masing-masing.
@h_tanzil
Tentang Penulis
(sumber.www.gramedia.com)
Marc Males
Mark Males memasuki dunia industri komik lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Beberapa karyanya mendapat pujian tinggi, dan sekarang karya-karyanya tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (juga bahasa Indonesia). Salah satunya yang telah terbit di Indonesia adalah BALADA SEORANG PENYIAR (Different Ugliness, Different Madness). Males berkata karya ini dipengaruhi "Clint Eastwood dan Bridges of Madison County".
Perkenalan Males dengan dunia komik diawali di usia yang sangat muda, dia mulai menggambar komik sejak usia 10 tahun. Tapi sebelum jadi pengarang komik sungguhan, dia bekerja sebagai petugas layout di sebuah agen periklanan, juga membuat ilustrasi untuk Heart Press (majalah cerita romantis di Inggris).
Ini katanya tentang BALADA SEORANG PENYIAR: "Pertama-tama ada kisah universal: pria bertemu wanita, jatuh cinta, dan hidupnya berubah... Aku mengombinasikan ini dengan dua ide yang sudah lama kupikirkan. Karena aku senang mendengar radio, aku selalu membayangkan orang seperti apa yang ada di balik suara yang kudengar. Kadang-kadang aku kecewa saat melihat foto mereka, terutama yang wanita! Aku juga ingin menceritakan kebohongan seperti yang pernah terjadi dalam sejarah musik pop, saat ada model `meminjamkan` penampilannya bagi suara si penyanyi. ... Aku juga ingin menjawab pertanyaan `Apakah wanita merupakan keajaiban?`. Dan jawabannya adalah cara terbaik untuk mengakhiri buku ini."
----@@@---
salam,
h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com
Judul Asli : L'autre laideur, l'autre folie
Penulis : Marc Males
Penerjemah : Rosi L. Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Agustus 2007
Tebal : 128 hlm ; 6.5 mm
Harga : Rp40,000
Llyod Goodman, adalah seorang penyiar radio terkenal di tahun 30-an. Suatu masa dimana televisi belum ada dan radio menempati tempat utama sebagai satu-satunya media hiburan dalam ruang keluarga. Karakter suara yang khas plus imajinasi pendengarnya membuat penyiar radio di masa itu menjadi publik figur seperti layaknya artis-artis film masa kini.
Demikian pula yang dialami oleh Llyod Goodman, penyiar radio NBC. Suaranya memikat jutaan pendengarnya belum lagi ditambah dengan ketampanannya yang dipublikasikan lewat poster-poster publikasi membuat dirinya menjadi sosok publik figur yang ideal, bersuara merdu, dan berwajah tampan. Namun Goodman memiliki rahasia. Bersama produsernya ia melakukan kebohongan publik. Lambat laun kebohongan ini merrobek-robek hati nuraninya dan justru di saat puncak kejayaannya Goodman meghilang dan meninggalkan ribuan pendengar setianya Tak seorangpun termasuk produser NBC yang mengetahui keberadaannya.
Di lain peristiwa, lama setelah Goodman menghilang, Helen Ford melakukan perjalanan seorang diri tanpa tujuan yang pasti. Kematian saudara kembarnya membuat Helen terguncang dan melakukan perjalanan tanpa tujuan. Dimanapun ia menemukan cermin, ia berdialog dengan bayangannya sendiri, seolah bayangannya dalam cermin itu adalah saudara kembarnya. Ia melakukan perjalanan dari stasiun ke stasiun berikutnya hingga akhirnya uangnya habis dan harus berjalan kaki sambil membawa kopor pakaiannya.
Ketika sampai di sebuah tempat terpencil ia bertemu dengan seorang pria berwajah buruk. Mereka berkenalan dan ketika Helen hendak melanjutkan perjalanannya, ia jatuh kelelahan. Si pria berwajah buruk itu membantunya dan mengajaknya beristrirahat di rumahnya yang tak jauh dari tempat pertemuan mereka. Lelaki berwajah buruk yang digambarkan dengan sosok yang jangkung, berkepala lonjong, hidung dan bibir yang besar itu ternyata memiliki perangai yang baik, sopan dan multi talenta. Diundangnya Helen untuk menginap di rumahnya hingga kesehatannya benar-benar pulih.
Ada yang ganjil dalam rumah laki-laki berwajah buruk yang hanya tinggal bersama anjingnya itu. Tak satupun cermin ditemui di rumah itu. Padahal Helen membutuhkan sebuah cermin untuk berdialog dengan ‘saudara kembarnya’. Selain itu laki-laki itu tak juga mau mengungkap siapa jati dirinya. Ia hanya mengatakan bahwa ia hidup menyendiri karena merasa malu dengan wajahnya yang buruk dan membenci wajahnya sendiri sehingga tak ada satupun cermin dalam rumah tersebut.
Lambat laun ada kecocokan antara Helen dan lelaki berwajah buruk itu. Mereka saling membuka diri tentang kepedihan yang mereka alami. Namun Helen harus melanjutkan perjalanannya. Kelak Persahabatan dan pertemuan antara keduanya yang tidak terduga akan membawa pengaruh dalam kehidupan mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan keyakinan Helen yang pernah diungkapkan pada laki-laki itu bahwa setiap orang dalam hidupnya memiliki bakat atau kekuatan magis untuk melakukan keajaiban yang mampu merubah jalan hidup seseorang.
Alur cerita komik ini menggunakan teknik flash back. Di lembar pertama pembaca akan dibawa pada setting tahun 50-an yang mengisahkan diluncurkannya sebuah buku yang mengisahkan tentang bintang-bintang radio di tahun 30-an dan salah satu bab didedikasikan kepada Lloyd Goodman yang telah meninggal lima tahun sebelumnya.
Lalu kisahnya beralih pada Helen yang telah berusia 78 tahun dan sedang menderita penyakit kanker tahun bersama anaknya, Linda melakukan perjalanan napak tilas ke sebuah stasiun yang memberinya kenangan akan masa lalunya. Dari sinilah Helen menuturkan kisahnya 50 tahun yang lampau tentang perjalanan hidupnya dan perjumpaannya dengan seorang lelaki berwajah buruk.
Komik ini dibuat dengan sapuan warna hitam putih yang kuat. Gambar-gambarnya sederhana seperti sebuah sktesa, namun tetap menyajikan detail yang memikat. Penggunaan warna hitam putih untuk komik ini menimbulkan kesan klasik dan membawa pembacanya tenggelam dalam nuansa tahun 30 dan 50-an.
Frame-frame gambarnya juga sangat standard berupa kotak-kotak yang teratur dalam setiap halamannya. Banyaknya frame dalam satu halaman tidak sama, tergantung pada maksud penulis untuk menggambarkan karakter tokoh-tokohnya dan setting tempatnya. Kadang dalam satu atau dua halaman hanya ada 3 frame yang menyorot perilaku dan ekspresi tokohnya saja baik dengan menyertakan teks dalam balon percakapan ataupun hanya merupakan komik bisu (tanpa teks).
Salah satu yang menarik ada pada hal 96-101. Masing-masing halaman itu hanya menyajikan 3 panel gambar yang menggambarkan Helen yang sedang duduk merokok di bangku stasiun. Awalnya panel gambar tersebut menggambarkan sosok Helen secara utuh, lambat laun mengarah pada clos up wajah Helen. Semua itu tersaji tanpa balon percakapan namun gambarnya sangat hidup sehingga walau tanpa balon percakapan, dengan rangkaian gambar tersebut pembaca akan merasakan bagaimana resahnya Helen dengan pikirannya.
Ceritanya sendiri,walau temanya sederhana namun kalimat-kalimatnya bernas dan bermakna. Pembaca akan diajak kedalam percakapan soal jati diri, mimpi, kebahagiaan, harapan, dll. Males dengan piawai mampu mengungkap karakter tokoh-tokohnya melalui gambar dan percakapan-percakapan singkat yang mengungkap keresahan jiwa yang dialami masing-masing tokohnya.
Komik ini bukan komik yang mudah dicerna, layaknya komik-komik superhero, perlu sedikit konsentrasi untuk memahaminya, apalagi alur cerita yang kerap berpindah dari masa lalu ke masa kini sehingga tak jarang membuat pembacanya kehilangan orientasi waktu, dan perlu sedikit usaha untuk merangkaikan kisahnya yang kadang tepenggal-penggal karena loncatan setting waktunya.
Namun jangan khawatir komik setebal 128 hal ini tetap mengasyikan untuk dibaca dan dimaknai. Malah kekuatan ceritanya yang tentang dua orang yang mencoba mengatasi luka-luka batin mereka yang begitu dalam, saya rasa akan memberikan inspirasi positif bagi pembacanya. Bukan tak mungkin apa yang dialami Llyod Goodman dan Helen juga dialami oleh kita walau dalam kadar yang berbeda dalam kehidupan kita masing-masing.
@h_tanzil
Tentang Penulis
(sumber.www.gramedia.com)
Marc Males
Mark Males memasuki dunia industri komik lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Beberapa karyanya mendapat pujian tinggi, dan sekarang karya-karyanya tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (juga bahasa Indonesia). Salah satunya yang telah terbit di Indonesia adalah BALADA SEORANG PENYIAR (Different Ugliness, Different Madness). Males berkata karya ini dipengaruhi "Clint Eastwood dan Bridges of Madison County".
Perkenalan Males dengan dunia komik diawali di usia yang sangat muda, dia mulai menggambar komik sejak usia 10 tahun. Tapi sebelum jadi pengarang komik sungguhan, dia bekerja sebagai petugas layout di sebuah agen periklanan, juga membuat ilustrasi untuk Heart Press (majalah cerita romantis di Inggris).
Ini katanya tentang BALADA SEORANG PENYIAR: "Pertama-tama ada kisah universal: pria bertemu wanita, jatuh cinta, dan hidupnya berubah... Aku mengombinasikan ini dengan dua ide yang sudah lama kupikirkan. Karena aku senang mendengar radio, aku selalu membayangkan orang seperti apa yang ada di balik suara yang kudengar. Kadang-kadang aku kecewa saat melihat foto mereka, terutama yang wanita! Aku juga ingin menceritakan kebohongan seperti yang pernah terjadi dalam sejarah musik pop, saat ada model `meminjamkan` penampilannya bagi suara si penyanyi. ... Aku juga ingin menjawab pertanyaan `Apakah wanita merupakan keajaiban?`. Dan jawabannya adalah cara terbaik untuk mengakhiri buku ini."
----@@@---
salam,
h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com
No comments:
Post a Comment