Judul : Tukang Kuda Kapal La Providence
Penulis : Georges Simenon
Penerjemah : NH Dini
Penerbit : Kiblat Buku Utama & Forum Jakarta-Paris
Cetakan : I, Juli 2008
Tebal : 192 hlm
Judul : Pertaruhan Jiwa
Penulis : Geroges Simenon
Penerjemah : Ida Sundari Husein
Cetakan : I, Juli 2008
Tebal : 218 hlm
Jika kita secara spontan diminta untuk menyebutkan tokoh detektif fiktif beserta penulisnya,
umumnya kita akan menjawab : “Sherlock Holmes (Sir Arthur Conan Doyle), Hercule Poirot (Agatha Christie), dan James Bond (Ian Fleming)”. Tampaknya hanya tiga nama itu yang melekat dalam memori kita.
Mengapa demikian? Mungkin karena
novel-novel Sherlock Holmes dan Agatha Cristhie selalu ada di toko-toko bbuku dan terus dicetak ulang hingga kini. Kisah James Bond, yang kini lebih dikenal di layar lebar dibanding bukunya hampir setiap tahun dibuat filmnya dan selalu menjadi film yang ditunggu-tunggu para penggemarnya.
Namun selain Sherlock Holmes, Poirot, dan James Bond, ternyata ada satu nama tokoh detektif lagi yang luput dari perhatian kita, dia adalah detektif Perancis yang bernama Jules Maigret. Ia merupakan tokoh fiktif ciptaan Goerges Simenon (1903-1989), penulis flamboyan kelahiran Belgia yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Perancis. Konon Simenon telah tidur dengan lebih dari 10.000 wanita, namun selain produktif merayu dan bercinta ia termasuk penulis yang sangat produktif, ia mampu menulis sebanyak 60-80 halaman setiap harinya. Karenanya tak heran hingga akhir hidupnya ia telah menghasilkan sekitar 200 novel, 150 novelet, cerita pendek, autobiografi, beberapa artikel lepas dengan menggunakan hampir dua lusin nama samaran. Hingga kini sudah lebih dari 550 juta copy bukunya yang telah dicetak dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa.
Dari ratusan buku yang ditulisnya itu, 75 novel dan 28 cerpennya merupakan kisah detektif Komisaris Maigret yang muncul pertama kalinya pada tahun 1931 hingga 1972. Saking populernya, novel-novel seri Maigret telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, diadaptasi ke dalam cerita radio dan 50 film layar lebar, dan ratusan episode dalam serial TV. Berbagai penghargaan telah diraihnya, namanya menjadi legenda sebagai penulis cerita detektif , dan dalam rangka peringatan 100 tahun kelahirannya pada tahun 2003 dibuatlah coin perak dengan gambar wajahnya. Baru-baru ini Times Online memasukkan nama Georges Simenon dalam The 50 Greatest Crime Witers di urutan ke 2 setelah Patricia Higsmith. Sementara Agatha Chistie dan Sir Arthur Conan Doyle masing-masing menempati urutan ke 3 dan ke 6
Melihat karya-karyanya yang luar biasa dan telah diakui sebagai salah satu penulis cerita detektif terbaik di dunia, sangat mengherankan kalau belum satupun karyanya yang pernah diterbitkan di Indonesia, karenanya tak heran jika nama Maigret dan Georges Simenon tidak dikenal di kalangan pembaca kita.. Barulah setelah hampir 20 tahun sejak meninggalnya Simenon, kisah sang Komisaris Maigret hadir di Indonesia berkat kerjasama antara Penerbit Kiblat Buku Utama yang didirikan oleh budayawan senior Ajip Rosidi dengan Forum Jakarta Paris pimpinan Dr. Henry Chambert-Loir.
Dua buah judul seri Maigret pertama yang diterjemahkan langsung dari bahasa aslinya (Perancis) untuk pertama kalinya hadir di Indonesia adalah Tukang Kuda Kapal La Providence dan Pertaruhan Jiwa. Pada novel Tukang Kuda Kapal La Providence yang diterjemahkan oleh NH. Dini, Maiget diperhadapkan dengan kasus ditemukannya mayat wanita di sebuah kandang kuda di desa Dizy yang terletak di tepi terusan menuju pedalaman Perancis. Bukan kasus yang mudah diungkap karena banyak sekali kapal-kapal yang melewati terusan dan singgah di desa itu setiap harinya.
Baru saja Maigret mempelajari bagaimana keadaan desa, sistem pengaturan transportasi di terusan, kapal-kapal beserta orang-orangnya, pembunuhan yang kedua terjadi. Apakah ini merupakan pembunuhan berseri? Ataukah ini hanya kebetulan? Hal ini menyebabkan Maigret harus memutar otak dan bekerja secepat mungkin mencari petunjuk-petunjuk untuk melacak jejak si pembunuh sebelum terjadi lagi pembunuhan berikutnya.
Yang menarik pada buku ini selain diajak menyelidiki kasus pembunuhan, pembaca juga akan diajak berjalan-jalan di sekitar lokasi pembunuhan terjadi , yaitu di sebuah terusan menuju pedalaman Perancis di tahun 30-an dimana tenaga kuda masih dipergunakan untuk menarik kapal-kapal ketika memasuki kanal terusan.
Sedangkan di novel kedua yang berjudul “Pertaruhan Jiwa”, menceritakan seorang pemuda lugu dan miskin yang ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena dituduh membunuh seorang janda kaya beserta pengurus rumahnya. Apakah benar dia pembunuhnya?. Yang menarik adalah bagaimana Maigret menyusun rencana cerdik dengan sengaja memberi kesempatan pada si pemuda agar melarikan diri dari penjara untuk mengungkap kebenaran apakah betul si pemuda itu benar-benar pembunuhnya atau bukan.
Jika di novel “Tukang Kuda Kapal La Providence” kita diajak menyelusuri daerah terusan di pedalaman Perancis, maka di novel ini kita akan diajak menyelusuri lika-liku kota Paris dengan tokoh-tokoh yang memiliki karakter unik hingga akhirnya sedikit-demi sedikit misteri pembunuhan janda kaya itu terkuak.
Komisaris Maigret oleh penulisnya dideskripsikan sebagai detektif yang gemar mengisap pipa dengan dandanan topi dan jas panjang layaknya gambaran klasik seorang detektif. Namun cara kerjanya tidak seperti detektif ortodok yang hanya mengandalkan instituisinya dibanding bukti-bukti petunjuk. Maigret juga senantiasa melakukan pendekatan yang manusiawi dalam setiap kasusnya.
Dalam tiap penyelidikannnya Maigret selalu mencoba menyelusuri mengapa dan apa yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan dari sisi manusiawi. Magiret lebih menyukai mengungkapkan mengapa sebuah kejahatan bisa terjadi dibanding bagaimana terjadinya sebuah kasus kriminal. Jadi kisah-kisah Maigret berpusatkan pada karakter orang-orang dan motivasi terdalam para pelaku kejahatan, tidak hanya mengutamakan plot yang cepat dan pengungkapan bukti-bukti semata seperti kisah-kisah detektif umumnya.
Bagi mereka yang menyenangi kisah-kisah detektif, terbitnya seri Maigret karya Georges Simenon ini tentunya layak untuk diapresiasi. Hingga kini baru dua judul ini yang diterjemahkan, dan semoga penerbit memiliki komitmen dan nafas yang panjang untuk menerbitkan judul-judul lainnya. Covernya tersaji dalam gaya komik dengan paduan warna yang menarik. Jumlah halaman per judulnya tak terlalu tebal dan dikemas dalam ukuran kecil namun nyaman dibaca dan mudah dibawa kemana-mana.
Sayang dalam buku edisi terjemahannya tak ada halaman yang menerangkan siapa itu Georges Simenon. Padahal dua judul ini merupakan dua karya pertama Simenon yang untuk pertama kalinya hadir di Indonesia dan sebagian besar pembaca kita belum mengenal nama besar Simenon. Dengan dicantumkanya biografi singkat Simenon dan sedikit mengenai karya-karyanya di setiap bukunya tentunya akan menambah kenikmatan dalam mengapresiasi buku ini sehingga pembaca tak dibuat bertanya-tanya siapa itu Simenon seperti yang saya alami sebelum akhirnya saya browsing di internet. Semoga di judul-judul berikutnya penerbit dapat memuat sedikit keterangan mengenai Georges Simenon.
Akhir kata seperti yang diungkap oleh Tania Intan, M.Pd. (dosen Sastra Unpad) pada saat pembahasan buku ini di Bandung beberapa waktu yang lalu, dengan diterjemahkannya buku-buku karya Simenon dalam bahasa Indonesia diharapkan akan menambah khasanah sastra di Indonesia. Selain itu, hal ini akan menjadi kesempatan bagus bagi mahasiswa Sastra Perancis dan penyuka sastra Perancis untuk lebih dapat mengenal Simenon dalam karya-karyanya.
@h_tanzil
1 comment:
Blog yg Bagus, Membaca Meningkatkan Kualitas Hidup.
Salam... http://bukugramedia.blogspot.com
Post a Comment