Tuesday, June 16, 2009

The Missing Rose

Judul : Mawar yang Hilang
Judul Asli : The Missing Rose
Penulis : Serdar Ozkan
Penerjemah : Rosemary Kesauli
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Mei, 2009
Tebal : 221 hlm

Coba bayangkan, bagaimana jika tiba-tiba kita diberitahu oleh orang tua kita bahwa sesungguhnya kita memiliki saudara kembar yang saat ini keberadaannya tidak kita ketahui. Tentunya kita akan kaget setengah mati dan berusaha untuk bertemu dengan saudara kembar kita.

Hal inilah yang dialami oleh Diana, wanita muda mahasiswa hukum tingkat akhir yang cerdas dan cantik. Ia tinggal di kota Metropolitan, San Francisco bersama ibunya. Dalam hal materi ia tak pernah kekurangan, baginya popularitas adalah segalanya, karenanya ia melakukan segala cara agar ia memperoleh banyak teman, mendapat pujian, dan populer di lingkungan kampusnya.

Namun dibalik kesuksesan yang diraihnya, ada satu hal yang harus ia korbankan, yaitu cita-citanya untuk menjadi penulis. Menurut anggapan orang-orang di sekitarnya menjadi seorang pengacara tentunya lebih cepat terkenal dan popular dibanding menjadi seorang penulis. Hal inilah yang membuat dirinya menekan keinginannya. Kebutuhannya untuk mendapat popularitas dan pujian dari teman-temannya lebih diutamakan. Ia harus memenuhi keinginan teman-temannya agar bisa diterima diantara mereka, lambat laun ia merasa tak nyaman karena tak mampu menjadi dirinya sendiri.

Suatu saat ketika ibunya meninggal karena sakit, Diana membaca sebuah surat yang ditulis oleh ibunya untuk dirinya. Melalui surat itu barulah diketahui bahwa sebenarnya ia memiliki saudara kembar yang bernama Mary yang tinggal bersama ayahnya semenjak kedua orang tuanya bercerai ketika Diana masih berusia satu tahun. Dalam surat tersebut ibunya menulis bahwa Mary kini sedang dalam bahaya dan meminta Diana untuk menemukan dan menyelamatkannya.

Tak ada petunjuk apapun dalam mencari Mary selain surat-surat Mary yang ditujukan pada ibunya. Itupun bukan hal yang mudah karena semua surat yang dikirimkan Mary pada ibunya selalu tak menyertakan alamat si pengirim. Dalam surat-suratnya Mary hanya menceritakan kerinduannya untuk bertemu dengan ibunya dan perjalanannya ke sebuah taman mawar di Istanbul di mana dia belajar berbicara dengan mawar. Berbicara dengan mawar ? Apakah Mary sudah gila? Hal itulah yang membuat Diana khawatir, apalagi dalam sebuah suratnya terungkap keinginan Mary untuk melakukan bunuh diri.

Kekhawatirannya akan keselamatan saudara kembarnya, dan pesan terakhir dari ibunya membuat Diana bertekad mencari saudara kembarnya. Berbekal surat itu, Diana mencoba menapaktilasi perjalanan Mary hingga ke Istanbul, tempat Mary belajar berbicara dengan mawar. Perjalanannya ini kelak akan membawanya pada sebuah penemuan tak terduga yang juga akan membawanya pada penemuan jati dirinya yang selama ini hilang karena selalu melakukan apa yang diinginkan orang lain demi mengejar popularitasnya.

Perjalanan Diana mencari saudara kembarnya di atas adalah kisah yang terdapat dalam novel The Missing Rose karya penulis Turki, Serdar Ozkan. Walau merupakan novel perdananya, novel ini langsung menjadi novel best seller dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia.

The Missing Rose mendapat apresiasi yang baik dari pembacanya karena novel ini memang indah, menyentuh, dan menggugah kesadaran pembacanya akan pencarian jati diri. Jika kita membaca novel ini, kita akan melihat bahwa gaya berututur Ozkan hampir mirip dengan penulis novel inspiratif asal Brazil, Paulo Coelho.

Tak banyak tokoh yang muncul dalam novel ini, sehingga pembaca seolah diajak untuk lebih fokus pada kisah pencarian Diana untuk menemukan saudara kembarnya. Bagian yang paling menarik tentu saja ketika Diana sampai di Istanbul, dimana akhirnya ia menemukan Zeynep Hanim, wanita pemilik taman mawar yang pernah mengajari Mary berbicara pada mawar.

Betapa gembiranya Diana ketika diketahui bahwa kedatangannya ke Istanbul sangat tepat, karena Zaynep Hanim mengatakan bahwa ia telah menerima kabar dari Mary yang juga berencana mengunjungi taman mawar pada saat itu. Sambil menunggu kedatangan saudara kembarnya Diana pun melakukan hal yang sama yang pernah dilakukan Mary, ia belajar mendengar dan berbicara pada mawar.

Di bagian inilah pembaca akan dibawa pada dialog-dialog filosofis yang penuh dengan makna. Dengan dibimbing oleh Zeynep Hanim, Diana mencoba belajar dari mawar. Ia disadarkan bahwa apa yang dilakukannya untuk mengejar popularitas dan mendapat sanjungan dari orang lain membuat dirinya tidak bahagia karena tidak menjadi dirinya sendiri .

Diana kini mengerti bahwa menjadi dirinya sendiri adalah hal yang paling istimewa dan membahagiakan dalam hidup setiap orang. Sayangnya selama ini ia tidak memahami hal itu. Untuk meraih kebahagiaan ia selalu membutuhkan hal lain seperti perhatian, pujian, atau apa saja yang bisa membuat dirinya istimewa. Selama ini ia tidak bisa hidup jika tidak ada yang mengaguminya sehingga ia menjadi Diana dalam pandangan ‘yang lain’, sampai-sampai ia menekan impian terbesarnya untuk menjadi penulis agar cepat meraih popularitas dan disukai lingkungannya.

Demikian akhirnya kisah yang Diana dalam dalam novel ini memang pada akhirnya akan menggugah kesadaran kita, tanpa kita sadari mungkin perjalanan hidup dan cita-cita kita bukan lagi berdasarkan apa yang kita inginkan, melainkan apa yang dikatakan orang lain.

Adalah sesuatu yang normal dan manusiawi jika kita berharap untuk dikagumi dan diterima oleh orang-orang di sekeliling kita, namun janganlah hal itu menjadi obsesi yang membabi buta sehingga kita menjadi begitu khawatir kalau perilaku dan cita-cita kita membuat kita dijauhi oleh orang lain. Akibatnya kita menjalani kehidupan yang dipilih orang lain untuk kita, bukan kita yang memilih jalan hidup kita sendiri melainkan orang lain. Apakah ini normal?

Marilah kita mendengar apa kata mawar tentang dirinya :

Menjadi mawar berarti ‘merdeka’. Artinya keberadaanku tidak tergantung pujian Yang Lain dan aku juga tidak akan punah kalau mereka tidak menyukaiku. Jangan salah tangkap; aku juga menyukai orang banyak. Aku ingin mereka mengunjungiku dan menghirup wangiku. Tapi aku hanya menginginkan hal itu sayapa aku bisa membagikan keharumanku. (hal 167)

Tentang Penulis :

Serdar Ozkan

Serdar Ozkan adalah penulis muda asal Turki (34 thn) yang pernah mengenyam pendidikan di Marketing and Psychology at Lehigh University in Pennyslvania, Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan studinya di Amerika ia pulang ke Turki dan melanjutkan studinya di Psychology at Istanbul's Bosphorous University.

Sejak Tahun 2002, ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis, novel pertamanya The Missing Rose (2006) langsung menuai sukses dan mendapat apresiasi dari pembaca di berbagai negara. Novel tersebut kini telah diterjemahkan lebih dari 25 bahasa dunia. Dengan demikian Serdar Ozkan merupakan tiga novelis Turki dalam sejarah liturearut Turki yang karyanya paling banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia setelah Orhan Pamuk dan Yasar Kemal.

Beberapa pengamat berpendapat bahwa The Missing Rose adalah novel indah yang menyentuh dan mengispirasi pembacanya, dan merupakan kombinasi dari mistisme Sang Alkemis nya Paulo Coelho, novel liris Jonathan Livingston Seagull, dan keajaiban The Little Prince.

@h_tanzil

1 comment:

Lydia Fransiscani Turnip said...

"The Missing Rose"
membaca judul bukunya yang menggunakan majas personifikasi saja sudah membuatku tertarik untuk membeli buku ini.
Apalagi buku ini sarat dengan makna filosofis yang kental dengan Paulo Coelho. Poorly, kmrn saya mencari2 buku ini di Gunung Agung (toko buku terdekat dari kantor saya) tapi belum ketemu.

Btw, terimakasih atas blognya, karena mampu menyalurkan hasrat saya tentang buku.

this's my 1st comment :)