Judul : Kaas (Keju)
Penulis : Willem Elsschot
Penerjemah : Jugarie Soegiarto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Mei, 2010
Tebal : 176 hlm ; 11 cm
Kaas (Keju) adalah roman klasik pendek dari penulis Belgia, Willem Elsschot. Walau kisahnya sederhana namun roman ini termasuk salah satu roman yang mendunia. Sejak diterbitkan tahun 1933 roman ini telah berpuluh-puluh kali dicetak ulang dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pada tahun 2008 Kaas kembali mencuri perhatian pecinta buku setelah Dick Matena, seorang ilustrator Belanda, membuat 119 ilustrasi bedasarkan buku ini dan membuatnya menjadi sebuah roman bergambar atau kini dikenal sengan isitlah novel grafis.
Lalu apa sih istimewanya novel ini? Jujur saja, saya pertama kali tertarik dengan novel ini karena covernya yang minimalis dan menarik. Berwarna kuning cerah, dengan ilustrasi lelaki bertopi membawa keju edam di kedua tangannya. Judulnya juga sangat simple “Kaas” (Keju).
Kaas menceritakan penggalan kehidupan Frans Laarmans, seorang kerani (pegawai administrasi) General Marine and Shipbuliding Company di Antwerpen. Frans adalah seorang pegawai berusia 50 tahun yang setia terhadap pekerjaannya. Selama 30 tahun ia menjalani rutinitasnya sebagai pegawai rendahan yang cakap dan tekun terutama di bidang korespondensi dan pembukuan. Kehidupannya bersama istri dan kedua anaknyapun biasa-biasa saja dan iapun sepertinya menikmati kehidupan rutinitasnya itu.
Keinginannya untuk merubah nasibnya baru muncul setelah ia mengenal Mijnheer Van Schoonbeke, orang kaya dan terpandang di Antwerp. Awalnya Schoonbe mengajaknya secara rutin untuk menghadiri pertemuan rutin dengan teman-temannya dari kalangan elite. Awalnya ia merasa minder dengan lingkungan barunya itu, ia berusaha menutupi statusnya sebagai pegawai rendahan. Untunglah tak lama kemudian datang tawaran dari kawan Schoonbeke dari perusahaan Honstra asal Amsterdam untuk menjadi pedagang keju.
Tawaran tersebut disambutnya dengan antusias. Namun Frans cukup berhati-hati untuk memulainya. Ia tak mau cepat-cepat melepaskan pekerjaannya, sehingga saat hendak memulai usahanya ini ia mengajukan cuti dari pekerjaannya. Dengan alasan sakit syaraf Frans memperoleh izin cuti selama tiga bulan dari tempatnya bekerja.
Awalnya ia bersemangat sekali dengan profesinya yang baru ini. Ia yakin bahwa dirinya akan menjadi pengusaha keju yang sukses. Apalagi keju adalah salah satu bahan makanan yang disuka semua orang, tua muda, besar kecil di kalangan orang Belanda.
Namun ternyata berjualan keju tak semudah yang ia bayangkan, apalagi ia sama sekali tak memiliki pengalaman untuk menjadi seorang wirausaha. 10.000 ton keju yang dipercayakan padanya tak juga laku-laku. Ia mulai khawatir dan gelisah.
Kegelisahannya semakin memuncak ketika ia mendapat kabar bahwa bos kejunya Mijnheer Hornsta akan datang untuk mengetahui perkembangan penjualannya. Frans menjadi panik, ia ketakutan setengah mati dan mencoba untuk bersembunyi ketika bos kejunya datang untuk menemuinya.
Walau kisahnya sederhana dan tak ada konflik yang berbelit-belit ini namun di tangan Willem Elschoot konflik yang diangkat dari peristiwa sederhana ini menjadi menarik dimana drama kehidupan akan tersaji secara lucu, sinis, sekaligus getir. Di sini Elschhot mengeksplorasi karakter Frans Leehman dengan apik sehingga pembaca bisa ikut merasakan pergolakan emosi yang dialami oleh si penjual keju ini.
Elschoot tampak pandai membangun karakter Frans secara sabar, mendetail namun tidak terkesan bertele-tele. Semua disajikan secara wajar dan tidak berlebihan. Pembaca diajak merasakan naik turunnya emosi Frans seiring dengan perkembangan usahanya. Ada kalanya pembaca dibuat optimis dengan sikap hidup Frans, namun pembaca juga dibuat gemas ketika bagaimana Frans terlalu memusingkan hal-hal kecil seperti mencari nama perusahaan, mempermasalahkan kop surat, furniture untuk kantor barunya, dan sebagainya.
Tak hanya pergulatan batin Frans yang diketengahkan Elschoot dalam karyanya ini, namun situasi sosial masyarakat Eropa di tahun 30-an lengkap dengan intrik-intrik di dunia perdagangan juga akan terungkap di novel pendek ini.
Singkat kata novel ini menarik untuk dibaca, melalui kisah Frans Leehman kita diajak mendalami perjuangan seorang tokoh sederhana untuk merubah nasibnya. Novel ini memang berakhir dengan getir namun bukan berarti membuat pembacanya pesimis. Inilah realita yang mungkin saja bisa terjadi pada siapapun. Dalam mencoba sesuatu yang baru guna meraih kehidupan yang lebih baik, kesuksesan maupun kegagalan memiliki peluang yang sama. Elschoot memilih memaparkan sisi kegagalan dari kisah yang dibangunnya ini sehingga pembaca bisa belajar dari kegagalan si penjual keju ini.
Willem Elsschot merupakan nama samaran Alfons Jozef de Ridder (1882-1960). Pria kelahiran Antwerpen, Belgia ini sempat melakukan berbagai pekerjaan sebelum akhirnya mendirikan biro iklan sambil menulis. Pengalaman hidupnya yang berganti-ganti pekerjaan dan menjalani bisnis biro iklannya ini rupanya menjadi inspirasi karya-karyanya yang banyak mengambil tema bisnis dan kehidupan keluarga. Gaya menulisnya memiliki cirri deskripsi yang mendetail dan sedikit sinisme.
Karya-karyanya yang paling terkenal adalah Lijmen (1924), Kaas (1933), Tjisp (1934), dan Het Been (1938). Willem Elscschot meninggal di Antwerpen, belgia pada 1960. Setelah kematiannya, ia menerima penggargaan sastra nasional Belgia.
Novel Kaas bukanlah karya pertama Elschoot yang pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berpuluh tahun yang lampau Asrul Sani pernah menerjemahkan karya Esschot "Villa de Reoses" (1913) dan diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1977. Sedangkan untuk terjemahan novel Kaas sendiri merupakan proyek kerjasama antara penerbit Gramedia Pustaka Utama dengan Erasmus Huis dan Erasmus Dutch Language Centre (Jakarta) dalam rangka 40 tahun berdirinya lembaga kebudayaan Belanda Erasmus Huis Jakarta.
Seperti telah diungkapkan di atas, novel Kaas juga telah dibuat versi komiknya. Semoga Gramedia juga kelak akan menerjemahkan dan menerbitkan versi komiknya.
@htanzil
Untuk menikmati guratan Dick Mantena dalam mengadaptasi Kaas dalam bentuk novel grafis
silahkan klik link dibawah ini :
http://www.deburen.eu/en/e
3 comments:
Bagus,Bagus. Salut atas semangat membacanya yang sangat tinggi. Sudah membaca buku Trilogi Natural Intelligence: (1) "Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk", (2) "Ketika Kuda Semut dan Gajah Bekerja" dan (3) "Ternyata Semutnya Ada Di Sini"?
mantab dan bagus banget nich blognya, kunjungan balik ya bro di download ebook gratis
Kak itu 20 ton bukan 10000 ton. Yg benar 10000 buah keju. Perbuah beratnya 2,7kg. Jadi asumsi 10000 buah keju itu hanya perkiraan asal yg dikatakan oleh kakaknya. Aslinya ga sampe 10000buah keju.
Post a Comment