Friday, April 08, 2011

Shin Suikoden #1

[No. 256]
Judul : Shin Suikoden #1 : Petualangan Baru Kisah Klasik Batas Air
Penulis : Eiji Yoshikawa
Penerjemah : Jonjon Johana
Penerbit : Kansha Books
Cetakan : I, Januari 2011
Tebal : 486 hlm

Bagi pecinta buku-buku kisah kepahlawan Jepang nama Eiji Yoshikawa tentunya tidak asing lagi, namanya identik dengan novel Musashi, legenda seorang Samuari Jepang di abad pertengahan yang masih dibaca orang hingga kini. Selain itu ada dua buah karyanya yang juga sudah diterjemahkan yaitu Taiko dan Heike Story yang juga mendapat respon positif bagi pembacanya. Namun tahukah anda bahwa kisah-kisah tersebut sebetulnya bukan merupakan karya asli Eiji Yoshikawa?

Ya. Banyak di antara novel-novel terkenalnya merupakan penulisan ulang dari karya-karya klasik Jepang dan China misalnya Kisah Heike , Kisah Genji , Batas Air, Kisah Tiga Negara dan sebagainya. Kesemua cerita itu dikisahkan kembali olehnya dalam bahasa yang lebih populer sehingga mudah dicerna oleh siapa saja. Walaupun sebagian besar novelnya bukanlah cerita asli, ia menciptakan sangat banyak karya dan menumbuhkan minat baru terhadap sejarah sehingga pada tahun 1960 ia mendapat penghargaan budaya dari Pemerintah Jepang

Novel Shin Suikoden adalah sebuah pengisahan kembali karya klasik China terkenal “Batas Air, Kisah 108 Pendekar Liang Shan yang berasal dari Dinasti Ming (1368-1644). Kisah ini diceritakan kembali oleh Eiji Yoshikawa secara detail dengan bahasa yang lebih populer seperti umumnya karya-karya Yoshikawa lainnya. Jika mengikuti edisi aslinya yang berbahasa Jepangnya maka nantinya akan ada 4 jilid buku yang akan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.




Buku Batas Air edisi klasik




Di buku pertamanya yang diterjemahkan langsung dari bahasa Jepang ini kita baru akan diajak mengenal 8 tokoh yang kelak akan bertemu untuk satu tujuan tertentu. Mereka antara lain Shi Shin, pemuda dengan rajah sembilan naga di tubuhnya, ahli tongkat yang meski mudah emosi, namun sangat menghargai pertalian antarlelaki sejati. Ro Chi Shin si Pendeta Bunga, mantan polisi militer dengan tubuh dan sikap bagaikan raksasa kasar, namun berhati lembut laksana bunga musim semi yang dirajah indah menakjubkan di punggungnya. Cendekiawan Go, guru kuil di desa yang tersohor ketajaman akal dan kepiawaiannya dalam membuat strategi .

Novel ini diawali dengan kisah pendahuluan dimana Jenderal Kou mendapat tugas dari Kaisar Jin Sou (dinastiSou) untuk berkunjung ke kuil Jo Sei di pedalaman untuk meminta pendeta kuil tersebut memanjatkan doa penolak bala bagi rakyatnya yang saat itu sedang terkena wabah penyakit.

Sesampai di kuil Jo Sei karena sang pendeta sedang tidak ada di tempat maka Jenderal Kou berkeliling kuil dan melihat sebuah dinding batu yang diikat dengan rantai besi dan dipasangi gembok yang sangat besar. Itu adalah ruang rahasia yang tidak seorangpun diperbolehkan untuk membukanya. Namun karena rasa ingin tahunya yang besar Jenderal Kou memaksa untuk membuka ruangan tersebut.

Bukan tanpa alasan mengapa ruangan tersebut dilarang untuk dibuka karena didalamnya tertawan 108 bintang iblis. Karenanya begitu ruangan itu terbuka maka 108 bintang iblis itu turun ke dunia dan pada akhirnya menjelma menjadi manusia dan membentuk benteng Ryou Zan Paku yang terpencil yang dikelilingi oleh air sehingga sulit ditembus siapapun. Dan di benteng itulah tempat berkumpulnya 108 pendekar yang hampir menghancurkan dinasti Sou.

Setting kisah lalu bergerak di masa pemerintahan Kaisar Ki Sou, kaisar kedelapan dinasti Sou. Dimasa ini sang kaisar terkenal sangat artistik gemar mengumpukan berbagai benda seni serta bintang langka dan membangun istana megah sehingga dia sama sekali tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Saat itu pajak sangat tinggi, pegawai-pegawai pemerintah yang jahat dan korupsi merajalela sehingga menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan terhadap pemerintahannya.

Di buku pertama ini awalnya memang seperti tak memiliki alur kisah yang jelas karena masing-masing bab menceritakan latar belakang dan sepak terjang tokoh-tokoh utamanya yang masing-masing memiliki kisahnya sendiri. Barulah di bagian-bagian akhir kisahnya akan semakin mengerucut ke kisah perampokan iring-iringan hadiah ulang tahun dari seorang pejabat yang hendak diberikan kepada rekannya.

Tokoh-tokoh pendekar yang sebelumnya diceritakan secara terpisah nantinya akan bertemu dan bersama-sama merencanakan strategi brilian untuk merampok iring-iringan hadiah tersebut. Mereka menganggap rencana mereka ini bukanlah sebuah kejahatan karena bagi mereka pejabat negara itu telah menyengsarakan rakyat dengan pajak yang tinggi dan uangnya dikorupsi untuk memperkaya diri. Bagi mereka hadiah-hadiah itu sebenarnya milik rakyat dan harus dikembalikan pada rakyat.

Karena banyaknya tokoh dan nama yang diceritakan di buku pertama ini saya kadang bingung sendiri. Mungkin karena saya tidak biasa membaca genre ini sehingga terkadang nama dan tokohnya sering tertukar-tukar atau sering lupa bahwa tokoh yang sedang diceritakan di bagian tertentu itu sama dengan yang dikisahkan di bagian sebelumnya :D

Pengisahan tokoh-tokohnya memang menarik namun di paruh pertama novel ini karena masih belum jelas mau kemana sebenarnya kisahnya akan bergulir hal ini membuat saya sedikit bosan. Untungnya di bagian-bagian akhir tokoh-tokohnya bertemu satu sama lain dan bekerjasama untuk melakukan sebuah tindakan mulia, hanya sayangnya ketika sedang seru-serunya kisahnya harus terhenti karena baru bisa dilanjutkan di jilid ke 2nya. Semoga saja jilid-jilid selanjutnya bisa diterbitkan dalam waktu yang tidak terlalu lama sebelum pembaca keburu lupa akan tokoh-tokoh dan kisahnya. :D

Sepertinya di jilid-jilid selanjutnya kisah Shin Suikoden ini akan semakin menarik karena selain kisahnya yang telah semakin mengerucut dan kemahiran penulisnya dalam merangkai cerita yang seru dan memikat, tentunya jalan hidup dari para pendekar dalam kisah ini akan memberikan pesan moral yang baik bagi pembacanya baik itu dalam hal kesetiakawanan, kepahlawanan, dan komitmen serta semangat juang mereka dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat yang telah direngut oleh pemerintahan yang korup untuk memperkaya dirinya.

@htanzil

6 comments:

Fanda Classiclit said...

Ehm..kesimpulannya, lebih baik menunggu seluruh serinya terbit dulu aja ya baru mulai membaca. Karena aku juga sering bingung dengan nama tokoh2nya. Dalam 1 buku aja bingung, apalagi kalau harus menunggu lanjutannya terbit. Atau...sekalian menunggu dibukukan jadi 1 buku kayak Musashi gitu ya? hehehe...

htanzil said...

haha, betul juga. Kl udah lengkap serinya baru baca biar sambung menyambung ya...

monic said...

Musashi-ku aja belom selese juga kubaca sejak pertengahan 2010. Tapi udah ngiler pengen ikutan baca buku ini. Hikss...

Mutiara Belajar said...

wah bagi-bagi dong bukunya! salut dah! aku mah masih modal gratisan,hahaha

Unknown said...

wah, buku ini ada dikantor saya nih, klo mau pesan lg bisa hubungi saya lg. terimakasih

buku islami

Ahmad Endry Husein said...

Membandingkan dengan versi terjemahan Tiongkok nya yang berjudul Shui Hu Zhuan, versi Sui Hu Zhuan lebih menarik untuk dibaca. Penamaan karakternya masih asli sesuai dengan yang ditulis oleh penulis aslinya. Jalan cerita juga masih original, detail kekejaman tiap karakter tidak dihilangkan.