Monday, October 31, 2011

Cinta Pertama - Ivan Turgenev ( #SavePustakaJaya )

No. 272
Judul : Cinta Pertama
Penulis : Ivan Turgenev
Penerjemah : Rusman Sutiasumarga
Penerbit : Pustaka Jaya
Cetakan : IV, 2009
Tebal : 173 hlm


Cinta pertama itu abadi, walau tak selalu berlanjut ke jenjang pernikahan namun kenangannya tak pernah terhapus dalam ingatan kita yang pendek ini. Umumnya tiap orang selalu mengenang bagaimana pertama kali ia jatuh cinta, dari mulai cinta pertama yang konyol, yang mengharu biru, hingga cinta pertama yang abadi. Apapun dan bagaimanapun akhir dari kisah cinta pertama biasanya selalu menarik untuk dikenang baik sekedar untuk disimpan dalam hati, dicurhatkan kepada teman, ditulis di blog-blog pribadi, atau tak jarang menjadi sumber inspirasi para penulis2 novel roman.

Ivan Tugenev (1818-1883), salah satu penulis besar dalam sejarah kesusasteraan Rusia tak mau ketinggalan untuk menuliskan roman tentang kisah cinta pertama. Namun ini bukan kisah cinta pertamanya, melainkan cinta pertama tokoh khayalannya, Vladimir Petrovitsy. Novel ini atau lebih tepatnya disebut novelette ini diawali dengan adegan dalam sebuah pesta dimana Vladimir berserta kawan-kawannya duduk bersama untuk saling menceritakan kisah cinta pertama mereka.

Dari narasi Vladimir Pertovitsy inilah mengalir bagaimana dirinya mengalami cinta pertamanya disaat usianya baru 16 tahun. Dikisahkan Vladimir jatuh cinta pada tetangganya, Zinaida Zasyekina yang telah berusia 21 tahun. Zinaida ini tinggal bersama ibunya yang sudah tua, puteri Zaskeyina . Meskipun memiliki garis keturunan bangsawan, puteri Zasyekina dan anak gadisnya itu hidup dalam kemiskinan dan tinggal si sebelah rumah Valdimir.

Karena kecantikannya, hampir setiap hari Zinaida dikelilingi oleh para pria-pria yang berkumpul di rumahnya, mereka terdiri berbagai profesi, ada dokter, tentara, penyair, dll. Vladimir yang saat itu merupakan pria termuda juga tak ketinggalan untuk ikut ambil bagian dalam setiap pertemuan itu. Zinaida menggunakan kesempatan itu untuk bermain dan berolok-olok bersama para pria yang memujanya. Walaupun kadang permainan yang digagas oleh Zianida itu melecehkan mereka, para pria itu tetap setia mengikutinya sambil berharap mendapat cinta dari sang puteri.

Seperti halnya para pria itu Vladimirpun memuja dan mencintai Zinaida. Lambat laun Zianida mengetahui gelagat Vladimir yang diam-diam mencintainya. Walau Zianida sadar bahwa dirinya lebih tua dari Vladimir namun Zianida mennyambut cinta Vladimir dengan memberi peluang-peluang pada Vladimir untuk berada di dekatnya hingga akhirnya ia mengangkat Vladimir sebagai pengawal pribadinya.

Namun cinta Vladimir tak semulus harapannya, kedekatannya dengan pujaan hatinya selaku pengawal pribadinya malah membawanya pada kenyataan bahwa cinta pertamanya itu harus berujung pada kenyataan pahit yang membuat dirinya serasa tersambar petir di siang bolong!, kenyataan yang sama sekali tak pernah terpikirkan sedikitpun

Bagi saya pribadi, novel roman klasik ini tak terlalu istimewa, kisahnya datar-datar saja, walau ada kejadian mengagetkan bagi tokoh utamanya namun sepertinya penulis tak melanjutkannya dengan menguras habis konflik batin apa yang dihadapi Vladimir ketika harus berhadapan dengan kenyataan yang menyakitkannya. Padahal di awal-awal kisah penulis mahir menggambarkan bagaimana bingung dan salah tingkahnya Vladimir muda menghadapi kegalauannya karena mencintai Zianida.

Komentar yang berada di cover belakang novel ini yang mengatakan bahwa Cinta Pertama adalah novel yang indah, kisah cinta yang dilukiskan dengan sangat peka dan mengharukan, sekali sama sekali tidak saya rasakan saat saya membaca novel ini. Apakah ini karena terjemahannya sehingga keindahan dan keharuannya tidak saya rasakan? Karena saya belum membaca novel dalam bahasa aslinya atau dalam bahasa Inggrisnya maka saya tidak bisa menilai bahwa terjemahannya kurang tepat.

Dua orang kawan yang sudah membaca buku ini mengatakan terjemahannya kaku, bagi saya sendiri saya masih bisa menikmati terjemahannya hanya saja ada beberapa frasa kata yang sepertinya sudah jarang dipakai sehingga agak janggal membacanya, saya menduga karena novel yang dicetak tahun 2009 (cetakan IV) ini sang editor tidak melakukan penyesuaian terhadap terjemahan Rusman Sutiasumarga yang menerjemahkan buku ini di tahun 1972 dari bahasa Belanda.

Terlepas dari tak bisanya saya rasakan keindahan dan keharuan dari novel ini seperti yang ditulis di cover belakang novel ini saya rasa karya ini tetap bermanfaat untuk memberikan sebuah gambaran bagaimana potret kehidupan sosial masyarakat Rusia di abad ke 19 dan bagaimana ungkapan perasaan cinta itu ternyata tak berubah walau abad sudah berganti dan masyarakat sudah sedemikian modernnya. Apapun namanya ungkapan verbal saat seseorang dalam keadaan galau karena cinta di abad 19 ternyata masih sama seperti di abad ini.

Tentang Penulis & Sejarah Penerbitan

Ivan Turganev (1818-1883) adalah salah satu sastrawan Rusia terkenal. Jika berpijak pada periodisasi kesusasteraan Rusia, Ivan Turgenev adalah salah satu tokoh pertama yang muncul dari aliran Realisme Sosialis (1840-an). Para akademisi sastra Rusia berpendapat Ivan Turgenev adalah novelis dan dramawan yang dapat dengan baik memahami dan menulis kondisi masyarakat Rusia saat itu.

Karyanya yang dianggap penting adalah Zapiski Okhotnika (Corat-coret Seorang Olahragawan-1852), Rudin (1856) serta Otzy i Deti (Ayah dan Anak-anaknya, 1862). Novel Ayah dan Anak-anaknya dianggap sebagai karya yang menjadi standar karya fiksi abad ke-19. Selain itu, Turgenev juga gemar mengolah tema-tema percintaan seperti Asya (1858), dan Pervaia Liubov (Cinta Pertama ,1860).

Novel Pervaia Liubov (Cinta Pertama) terbit pertama kali pada tahun 1860 sedangkan edisi bahasa Inggrisnya baru terbit pada tahun 1897. Edisi Bahasa Indonesianya yg terbit pada tahun 1972 diterjemahkan oleh Rusman Sutiasumarga dari edisi bahasa Belandanya. Selain itu Ruman S juga menerjemahkan novel ini ke dalam bahasa Sunda dan dimuat sebagai cerita bersambung dalam Majalan Sunda tahun 1965 dengan judul Baleg Tampele.

Hingga kini novel Pervaia Liubov (Cinta Pertama) masih dibaca dan dipelajari sebagai bahan kajian sastra Rusia di sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi di Rusia.

@htanzil

*Review ini merupakan proyek baca bersama BBI (Bllogger Buku Indonesia) bln Oktober 2011 sekaligus untuk mendukung program #SavePustakaJaya

20 comments:

Dion Yulianto said...

Terjemahan PJ kayaknya masih memakai era tahun 1970-an, tp ngak apa2 malah menjadikannya sebuah karya yang klasik dengan bahasa yg klasik. Cucoik lah buwat koleksi karya2 klasik bermutu

Ana said...

wahhh Om Tanzil kecewa yah ngga bisa menye-menye.. hehehhee.. :D :D
kalau saya malah jadi penasaran, kenyataan apa yang ditemui Vladimir itu ya?? *memancing spoiler*

alvina vanila said...

setuju nih. Cinta pertama bakal selalu diingat. :D

Buntelan Kata said...

cinta pertama, ngga mungkin terlupakan, heuheuheu...

Fanda said...

Yaah...gak jadi dapet review menye2 disini deh, hehe..
Aku jadi penasaran dengan versi aslinya ya, coba cari di google books deh, siapa tahu masalahnya di terjemahannya?

htanzil said...

@dion & Fanda : iya masalahnya mungkin di terjemahan

@Ana : iya nih pdhl pingin menye2 abis biar bisa seperti Dion yang selalu galau karena cinta.. :)

@orybun & @buntelan kata : iya cinta pertama itu tak terlupakan, cinta pertamaku itu waktu aku kelas 5 SD waktu jamannya tuker label kartu nama... :)))

Kubikel Romance said...

wak untuk bulan depan ak baca ini, hemmm ga menye-menye ternyata :)

Aleetha said...

Lah, Rahib dah curi start duluan untuk proyek bulan depan?

Kupikir kemarin mau baca buku yang disarankan ma mba fanda.Apa itu judulnya yang terbitan GagasMedia

htanzil said...

@Peri Hutan & @Ally : sebenernya ini bukan untuk proyek baca bareng Pustaka Jaya, cuman waktu itu sblm ditetapkan tgl 1-15 Nov sbg proyek baca bareng PP aku udah terlanjur baca novel ini dlm rangka baca bareng romance plus #SavePustakaJaya hehe..

Untuk baca bareng PP aku lari melirik Catatan Bawah Tanah-nya Dostoyevsky. :)

Anonymous said...

Aaaaa.. Kok ngga menye-menye sih om.. Kayaknya kita mesti belajar sama Dion nih, hehe.. Tapi kadang kalo emang terjemahannya ngga apik pesannya suka ngga nyampe ya..

Oky said...

Aku sempet ngincer ini utk di review dalam rangka #SavePustakaJaya lho. Tapi kurang menye-menye yaa? :P

Althesia Silvia said...

eh jadi penasaran apa tuh kenyataan yg ditemuin si vladimir?
kenapa klo soal menye2 pasti semua colek dion ya..wakakkaa
apakah dion jd maskot of menye2 *kabur*

htanzil said...

iya soalnya standard menye2 untuk para BBI-ers itu ya menye2nya dion...wkwkwk

@Alehesia : penasaran kan? baca deh bukunya, pokoknya mengejutkan, tak terduga, dan membuat hati miris.. :)

Sinta Nisfuanna said...

ah, suka bagian Penulis & Sejarah Penerbitan, nambah ilmu dah

astrid said...

gaya penceritaannya jadul kali ya? jadi kurang berasa greget romannya =D jadi penasaran pengan cari versi aslinya..tapi nggak jadi save pustaka jaya donk? hehe

Unknown said...

Terima kasih sudah dukung kampanye #SavePustakaJaya

Yayun Riwinasti said...

review2nya keren...*salam kenal ya...

Review Buku said...

masalah penerjemahan, memang tidak mungkin menghadirkan rasa yang sama dalam bahasa terjemahan. itu suatu yang mustahil. namun kalau melihat penerjemahan buku2 Pustaka Jaya, memang sangat terasa kekakuannya. saya membaca Notes from Underground terjemahan Pustaka Jaya dan merasa berat menyelesaikan buku yang sebenarnya tipis. namun, tentu penerjemahan itu tergantung pada penerjemahnya ya. ketika saya membaca buku Pustaka Jaya yang lain, beda penerjemah, saya nyaman - nyaman saja membacanya

Jill valentine said...

Aku merasakan nya juga, bayangan cinta pertama muncul ketika aku tidak mengharapkan nya, aku menghela nafas ,aku punya perasaan dari beberapa kesedihan, tentang apakah aku harus mengucapkan selamat tinggal. Pada waktu itu aku telah banyak berharap, apa yang aku tunggu ?? Aku sedang menggambar masa depan gemilang dalam pikiranku..

Jill valentine said...

Aku merasakan nya juga, bayangan cinta pertama muncul ketika aku tidak mengharapkan nya, aku menghela nafas ,aku punya perasaan dari beberapa kesedihan, tentang apakah aku harus mengucapkan selamat tinggal. Pada waktu itu aku telah banyak berharap, apa yang aku tunggu ?? Aku sedang menggambar masa depan gemilang dalam pikiranku..