Monday, October 28, 2013

Tapak Tilas by Eric Heuvel & Ruud van der Rol

[No. 321]
Judul : Tapak Tilas
Judul Asli : De Terugkeer
Penulis : Eric Heuvel & Rud van der rol
Penerjemah : Laurens Sipahelut
Penerbit : Pionir Books
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 64 hlm ; 21x28 cm

Tapak Tilas adalah novel grafis/komik berlatar belakang sejarah Indonesia tahun 1930-1950 yang dibuat oleh penulis dan ilustrator Belanda, Eric Heuvel &  Ruud van der Rol. Tapak Tilas menceritakan kerinduan Bas (81 tahun), seorang Belanda totok, anak pemilik perkebunan teh di pegunungan antara Buitenzorg (Bogor) dan Bandung.

Bas  lahir dan melewatkan masa kecil hingga dewasanya di Hindia (Indonesia). Seperti banyak orang Belanda yang lahir di Hindia dan meninggalkan tanah kelahirannya setelah Indonesia merdeka, Bas juga memiliki kerinduan yang sangat mendalam terhadap tempat dimana ia dilahirkan. Hal tersebut ditambah lagi dengan kisah cinta yang tak sampai antara Bas dengan seorang gadis pribumi yang terpaksa ia tinggalkan karena perang telah memisahkan hubungan mereka.

Kisah dalam komik  ini diawali ketika Bas menemukan sepucuk surat dari Soerati, kekasihnya yang ditulis puluhan tahun yang lampau. Setelah membaca surat yang baru pertama kalinya ia baca itu timbullah keinginan Bas untuk  menapak tilasi kehidupan masa lalunya di Indonesia sambil berharap ia bisa bertemu Soerati kekasihnya. Akhirnya Baz bersama Maurena (24 thn), kemenakannya berangkat ke Indonesia. Dalam pesawat terbang tujuan Jakarta Baz menuturkan  riwayat hidupnya kepada Maurena.

Lewat tuturan Bas kepada kemenakannya inilah kisah dalam novel grafis  ini mengalir, mulai dari masa kanak-kanak Bas, pendudukan Jepang, kemerdekaan Indonesia, serta kisah asmaranya bersama Soerati, gadis pribumi  yang mencuri hatinya ketika Bas memperkuat tentara Belanda melawan pejuang kemerdekaan Indonesia.  Selama dalam perjalanannya itu juga  Bas menyadari bahwa peluang dirinya untuk bertemu dengan Soerati adalah sangat kecil. Akan tetapi, di Indonesia Bas mendapat kejutan yang tak pernah ia pikirkan selama ini.

Membaca komik  ini selayaknya membaca kisah penggalan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang dibagi menjadi lima periode yaitu :

- Masa Penjajahan Belanda  (1602-1942)
- Masa Pedudukan Jepang ( Maret 1942 - Agustus 1945)
- Perjuangan Kemerdekaan Indonesia : Masa Bersiap (September  1945 - Maret 1946)
- Perjuangan Kemerdean Indonesia : Aksi Polisional (1947-1949)
- Repatriasi ke Belanda (setelah 1949)

Namun  karena sejarah dalam komik ini dibalut dalam kisah personal tokoh yang bernama Bas berdasarkan pengalaman nyata yang dialami orang-orang Belanda pada masa itu lengkap dengan penggambaran situasi sosial dan sisi-sisi kemanusiaannya maka latar belakang sejarah dalam buku  ini terasa mengasyikan

Salah satu yang terungkap adalah bagaimana orang-orang Belanda di penghujung pemerintahannya begitu percaya diri bahwa mereka akan terus berada di Hindia hingga 300 tahun kemudian.



Situasi perang pasukan KNIL dengan Jepang dan bagaimana pada akhirnya Hindia dikuasai Jepang terungkap dengan gamblang termasuk bagaimana setelah itu semua hal yang berbau Belanda dilarang, dan bagaimana rakyat Indonesia menyambut kedatangan tentara Jepang yang dikiranya datang sebagai tentara pembebas.

Bagaimana nasib keluarga  Belanda yang tinggal di Indonesia di masa awal Perang Dunia II  hingga kemerdekaan Indonesia juga terungkap dengan baik.antara lain bagaimana keluarga-keluarga Belanda yang tinggal di Hindia rela menyumbangkan panci-panci mereka untuk keperluan perang negaranya melawan Jerman.

Setelah Jepang berkuasa mulailah masa-masa sulit bagi orang-orang Belanda yang tinggal di Hindia. Jepang memutuskan untuk mengeluarkan semua orang Eropa dari kota. Mereka diasingkan dan diharuskan tinggal dalam kamp-kamp yang kondisinya semakin hari semakin memprihatinkan. Mereka hidup terasing dan  tidak tahu keadaan diluar sehingga mereka baru  tahu berbulan-bulan kemudian kalau Jepang sudah menyerah pada 15 Agustus 1945

Soal orang-orang Indo (campuran Belanda dengan Indonesia) juga terekam dengan sangat baik, di novel grafis  ini akan terlihat bagaimana posisi mereka menjadi serba sulit. Di masa damai banyak orang Belanda berpendapat

"Orang Indo lemah, malas, tidak jujur. Sudah berabad-abad orang kulit putih jadi orang gedean..Orang inlander jadi pelayan dan orang Indo berada diantara itu. Itu dari dulu sudah begitu. Di sini berlaku semakin putih semakin baik...itu tak akan berubah"  (hlm 13)

Ketika Jepang berkuasa, orang Indo juga mendapat perlakuan yang berbeda, walau mereka tidak diasingkan dalam kamp dan diizinkan tinggal di rumah mereka, mereka kerap dicurigai karena tentara Jepang menganggap orang Indo sebagai orang Belanda

Biar tinggal di rumah, tetap saja kami kesusahan... Kami selalu diganggu. Mereka ingin menyamakan kami dengan orang Indonesia dan mereka ingin kami mengingkari Belanda dan memilih Jepang. Tapi kami akan setia kapada rau, selama kami bisa.. (hlm 23).

Lalu bagaimana nasib orang-orang Belanda kelahiran Hindia ketika kembali ke negara asal mereka? lewat pengalaman Bas kita akan melhat bahwa bukan berarti pulang ke negerinya membuat mereka langsung merasa nyaman. Selain karena harus menyesuaikan dengan iklim, makanan, dan bahasa, orang Belanda sendiri kurang memiliki pengertian akan apa yang mereka alami di Hindia sehingga sering terjadi kesalahan persepsi.  Anak-anak Belanda yang pernah tinggal di Hindia juga  harus mengejar ketinggalan mereka sehingga harus masuk ke kelas yang tiga tahun lebih rendah dari kelas mereka di Hindia.

Masih banyak hal-hal yang menarik yang ada di buku ini. Komik  ini digambar dengan garis-garis yang lugas, bersih (yang mungkin kerap disebut ligne claire) dengan warna-warni pastel yang cerah. Jika dilihat dari garis dan pewarnaannya maka gaya penggambaran komik ini saya rasa satu mazhab dengan Herge komik Tintin atau beberapa komik Eropa lainnya. Komik ini juga tentunya akan mengingatkan kita akan komik Rampokan Java  dengan latar belakang Indonesia di masa lampau yang pernah dibuat oleh Peter van Dongen.

Latar belakang lingkungan dan situasi sekitar dalam setiap panel komik ini tampak tersaji dengan begitu detail sehingga dapat memberikan visualisasi sejarah dan keadaan kota Bandung, Jakarta, dan pedesaan Bogor di masa lampau. Beberapa bangunan bersejarah khususnya yang terdapat di kota Bandung tergambarkan dengan baik seperti Gedung Singer, restoran Moisen Bogerjan (Braga Permai), toko buku Van Drop, Hotel Savoy Homan, Bioskop Elita, daerah pecinan, dll.

Hal-hal mengenai keseharianpun tergambarkan dengan baik seperti, suasana pedesaan lengkap dengan ayam-ayam yang berkeliaran, tukang becak,  suasana kota dengan kesibukannya dll. Gambaran detail tentang semua itu tentunya hanya dimungkinkan melalui riset yang mendalam atas buku harian, foto, film, dan gambar tentang Bandung, Jakrta, di masa lampau dan masa kini.

 (untuk melihat lebih jelas silahkan klik gambarnya)

Selain melalui riset pustaka, foto, dan film, oroses pengerjaan komik ini juga melibatkan 25 tenaga ahli dari berbagai negara (Belanda, Jepang, Jerman, Indonesia) di bidangnya. Indonesia sendiri diwakili oleh 3 tenaga ahli yaitu Bambang Piurwanto (Universitas Gajah Mada), Gustaff & Reiwul Harriman Iskandar (Common Room, Bandung) dan Dwinita Larasati ( Iststitut Teknologi Bandung)

Walaupun komik ini mengandung unsur sejarah yang kental  namun komik ini  tidak menjadi komik sejarah yang membosankan karena penulis berhasil memblendernya dengan kisah personal tokoh utamanya sehingga  tidak heran jika pada tahun 2010, 65 tahun setelah Perang Dunia II, edisi Belanda komik ini dipersembahkan kepada murid-murid tahun ketiga  sekolah menengah di Belanda sebagai Pemberian Nasional.

Komik Tapak Tilas atau dalam bahasa Belandanya berjudul 'De Tergkeer' ini dibuat atas permintaan Indisch Herinneringscentrum Bronbeek (IHCB), Belanda. Sebuah organisasi  yang bertujuan menghidupkan sejarah Hindia Belanda dan Indonesia dari awal dekade 1900. Salah satunya adalah dengan menerbitkan komik ini yang merupakan bagian dari trilogi komik yang mengetangahkan tentang Perang Dunia Kedua, dua komik pertama yaitu De Ondekking (Penemuan) dan De zoektosch (Pencarian) mengisahkan pendudukan Jerrman di Belanda, sementara komik pamungkas yaitu De terugkeer (Tapak Tilas) berkisah tentang periode Hindia Belanda (1930-1950). Di Belanda ketiga komik edukatif ini dipakai sebagai bahan ajar sekolah.

Satu-satunya kritik untuk komik ini adalah adanya kesalahan cetak penulisan tahun pada halaman 17 di panel pertama dimana tercetak tahun 1914, seharusnya 1941. Diluar itu komik ini sangat baik dan perlu dibaca oleh kita semua terlebih generasi muda kita sebagai bacaaan alternatif untuk lebih memahami situasi  Indonesia menjelang dan setelah proklamasi baik dari sisi sejarah maupun sisi kemanusiaan dan hubungan sosial antara orang-orang  Belanda dan pribumi dari sudut pandang orang Belanda yang lahir, besar, dan pernah menjadi tentara KNIL di Indonesia.

Komik ini juga bisa dikatakan sebagai kisah tentang sejarah bersama antara Indonesia dan Belanda. Kita  diajak memahami bahwa dalam periode sejarah yang sama, seseorang bisa mengalami peristiwa yang berbeda-beda tergantung kepada kelompok sosial orang tersebut. Hal ini terungkap dalam komik ini dimana dalam periode sejarah yang sama, di tempat yang sama, orang Belanda, Indo-Belanda, Jepang, dan China ternyata menyimpan kisahnya masing-masing . Di sinilah kita dapat memahami secara lebih mendalam tentang pengalaman dan dilema yang dihadapi masing-masing kelompok tersebut ketika perang sedang berkecamuk.

Selain itu Erry Stoove, ketua lembaga IHCB dalam kata pengantar buku ini mengatakan bahwa,

"Komik ini secara khusus bertujuan menggalakkan pengetahuan anak muda Belanda mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di Hindia-Belanda dan Indonesia. Pengetahuan mereka sedikit, atau bahkan nihil, mengenai apa saja yang telah terjadi selama zaman perang di Hindia-Belanda. Hanya sedikit yang mereka tahu soal zaman ini dan zaman Perang Kemerdekaan Indonesia. Lewat buku komik ini kami berupaya agar sejarah ini dimuat secara luas dalam kurikulum sekolah menengah pertama. Pertama-tama di sekolah-sekolah Belanda. Akan tetapi, alangkah baiknya apabila kisah ini juga disampaikan di Indonesia. Dengan demikian sejarah bersama kita ini juga menjadi hidup di Indonesia."

Apa yang diharapkan oleh Eric StoovĂ© kini telah menjadi kenyataan, komik  De Tergkeer telah diterjemahkan dan bisa dibaca oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya berdasarkan perjanjian dengan penerbit Belanda komik ini tidak beredar di toko-toko buku karena memang hanya diperuntukkan bagi sekolah, lembaga/instansi2 sebagai sarana edukatif. Walaupun tujuannya baik tapi di satu sisi  komik edukatif ini menjadi kurang dikenal secara luas, kecuali kalau komik ini memang dibagikan ke sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga edukasi seperti yang dilakukan pemerintah Belanda.  

Tentang Penulis

Eric Heuvel adalah novelis grafis ternama asal Belanda. Pada 2012, komunitas pecinta buku Komik Belanda (Het Stripschap) mendaulatnya sebagai komikus terbaik 2012.

Ruud van der Rol, adalah seorang sosiolog yang bekerja pada Yayasan Anne Frank sebagai manajer proyek dan telah menulis dan menyunting buku dan bahan edukatif yang bertemakan Anne Frank dan keluarganya, Holocoust, HAM, prasangka, dan diskriminatif. Pada tahun 2008 ia mendirikan EduProducties, sebuah perusahaan yang membuat produk-produk edukatif untuk sekolah, museum, dan organisasi lainnya.

@htanzil

NB :
Komik Tapak Tilas tidak dijual secara komersial di toko buku maupun tempat lainnya. Hubungi Pionir Books untuk memesan.

1 comment:

Anonymous said...

Dimana saya bisa mendapatkan komik bagus ini? Kalau komik yang judul "Ratusan Jiwa Sanga-Sanga" dan "Buronan Mamuju" punya ga? Trims.