Monday, December 12, 2011

menggenggam dunia

No. 279
Judul : Menggenggam Dunia
Penulis : Gol A Gong
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : Oktober 2011
Tebal : 208 hlm

Pada tanggal 25 November 2011 ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) memberikan Anugerah Ikapi 2011 untuk kategori Penggerak Budaya Literasi kepada Heri Hendrayana Haris alias Gol A Gong. Gol A Gong adalah penulis produktif yang dikenal karena novel berseri remaja Balada Si Roy yang pertama kali diterbitkan oleh Gramedia di tahun 80an. Ia juga dikenal sebagai pendiri dan pengelola komunitas literasi Rumah Dunia di Serang , Banten, dan kini menjabat sebagai Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM), sebuah gerakan literasi lokal untuk meningkatan dan pengembangan budaya baca di Indonesia .

Siapa Gol A Gong? Gol A Gong tumbuh besar dalam lingkungan keluarga sederhana yang mengerti akan arti pentingnya buku bagi abak-anaknya, karenanya tak heran jika membaca buku dan menonton film menjadi hobi Gol A Gong sejak kecil. Ketika masih berusia 11 tahun ketika ia bermain bersama teman-temannya ia naik ke atas pohon kelapa, bersaing naik setinggi mungkin dan melompat. Siapa yang paling tinggi melompat, dialah pemenangnya. Ketika gilirannya ia terpeleset, jatuh dari ketinggian 3 meter sehingga lengan kirinya patah.

Penanganan yang salah dari seorang dukun pijat membuahkan malapetaka, tangan kirinya harus diamputasi sebatas sikut . Untungnya kehilangan tangan kirinya tak membuat Gol A Gong menjadi anak cacat yang minder, saat masih dirawat di rumah sakit ayahnya memberinya berbagai bacaan menarik . Hari-harinya diisi dengan membaca dan membaca sehingga imajinasinya melanglang buana, dengan membaca ia merasa menemukan dunia lain yang tidak semua orang bisa alami.

Buku-buku yang dibacanya, film-film yang ditontonnya, dan pengalaman hidupnya membuat otak kanannya dipenuhi oleh imajinasi. Ide-ide dan imajinasi yang bertumpuk dalam benaknya ia tumpahkan semua ide dan imajinasinya dengan menulis fiksi. Pada tahun 1987 berbekal mesin ketik kreditan Gol A Gong mulai menulis kisah Balada si Roy hanya dengan satu tangannya. Seluruh kisahnya diambilnya dari kisah keluarganya, tokoh utamanya Roy Boy ia daur ulang dari kisah heroik Irlandia, Rob Roy.Kisah Balada si Roy awalnya dimuat di majalah Hai, lalu kemudian diterbitkan oleh Gramedia, menjadi best seller dan menjadi awal dari kariernya sebagai penulis novel yang produktif.

Selain dikenal sebagai penulis, Gol A Gong juga dikenal sebagai atlet bulu tangkis berlengan satu yang handal, prestasinya terbaiknya adalah menyabet tiga medali emas di FESPIC Games (Far East and South Pasific Games for the Disabled) pada tahun 1988.

Gol A gong juga seorang backpacker, terilhami oleh novel 80 Hari Keliling Dunia – Jules Verne, di usianya yang ke 23 ia telah berhasil mengelilingi Nusantara dan Asia. Setiap negara yang ia lewati ia tulis dalam catatan perjalanannya dan lewat jasa Pos ia mengirim catatan perjalanannya ke majalah Anita Cemerlang di Jakarta, dimuat secara berseri hingga akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku.

Setelah sukses dengan Balada si Roy dan menulis catatan perjalanan, kreatifitasnya mengalir deras, puluhan novel dihasilkannya hingga akhirnya juga ia menjadi salah satu tim kreatif dan penulis skenario di RCTI. Namun Gol A Gong tak berhenti sampai disitu saja. Sadar akan pentingnya manfaat membaca dan kecintaanya pada kota Serang tempat dimana ia dibesarkan, Gol A gong yang saat itu telah menikah dan tinggal di Jakarta bertekad kembali ke Serang dan bersama istrinya mendirikan Rumah Dunia, sebuah pusat belajar jusrnalistik, sastra, rupa, dan lakon bagi anak-anak, pelajar, dan mahasiswa Serang di halaman belakang rumah mereka.



Gol A Gong di depan Rumah Dunia





Salah satu alasan yang mendorongnya untuk mendirikan Rumah Dunia di Serang, Banten adalah stigma yang melekat pada Banten sebagai kota yang serba gelap dimana ilmu hitam, debus, pellet, dan para jawaranya yang lebih mengedepankan otot ketimbang otak. Gol A gong ingin merubah cita negatif Banten, membuat para jawaranya bukan hanya mengandalkan otot melainkan jawara yang bersenjatakan pena.

Jejak kehidupan Gol a Gong di atas terurai secara rinci dalam buku autobiografinya Menggenggam Dunia. Di buku ini kita akan membaca bagaimana perjuangan Gol A Gong menggapai mimpinya untuk menggenggam dunia dan mendirikan Rumah Dunia untuk menyebarkan virus cinta buku pada generasi berikutnya

Selain kisah kehidupan Gol a Gong, buku ini juga mengisahkan sepak terjang dan perkembangan Rumah Dunia beserta relawannya dari yang semula hanya menempati garasi rumahnya hingga kini telah terbentuk sebuah kompleks Rumah Dunia sebesar 1000 m2 di halaman belakang rumahnya. Yang pada awalnya hanya diikuti oleh beberapa anak-anak kampung di sekitar rumahnya hingga kini menjadi pusat belajar bagi pelajar dan mahasiswa di kota Serang dan sekitarnya. Semuanya itu ia bangun selangkah demi selangkah dari royalty novel-novelnya dan honorariumnya sebagai penulis skenario.

Kecintaan Gol a Gong akan kota kelahirannya dan keberaniannya dalam mengkritik kondisi Banten di masa kini juga tercermin dalam buku ini, dengan gamblang ia menulis bagaimana pemerintah daerah Banten tidak mementingkan perkembangan literasi di Banten, alih-alih membangun perpustakaan pemerintah daerah Banten lebih mengutamakan pembangunan mall-mall. Praktek KKN sang gubernur pun disinggung-singgungnya secara berani, bukan untuk mengolok-ngolok namun semata karena kecintaaan Gol a Gong utuk memajukan kota kelahirannya dan menumbuhkan budaya literasi di kotanya.

Singkatnya bagi pegiat dunia literasi buku ini wajib dibaca, sayangnya ada dua hal yang mungkin bisa menjadi masukan atas buku ini. Pertama, buku ini tidak menyertakan sebuah fotopun, padahal ada berbagai kisah dan momen yang sangat baik jika diberi beberapa foto, misalnya perkembangan rumah Dunia dari awal hingga kini. Andai buku ini dilengkapi dengan foto-foto tentunya buku ini akan semakin menarik dan lebih inspiratif lagi.

Kedua, buku ini juga tidak mengungkap asal nama pena Gol A Gong, sebagai sebuah nama pena, nama tersebut sangat unik sehingga bukan tak mungkin banyak orang yang ingin mengetahui asal usul nama pena itu. Satu hal lagi yang membuat saya penasaran adalah soal penulisan nama, dulu nama pena penulisnya selalu ditulis dalam dua suku kata yaitu Gola Gong. Di buku ini nama itu ditulis menjadi 3 suku kata Gol A Gong. Pastinya ada maksud dibalik nama pena dan perubahan cara penulisannya itu. Sayangnya penulis tidak memberi penjelasan apapun mengenai hal tersebut di bukunya ini.

Terlepas dari itu buku yang ditulis secara menarik dan meninggalkan banyak jejak yang penuh inspirasi bagi pembacanya ini, melalui autobiografinya ini Gol A Gong menyadarkan kita bagaimana dahsyatnya pengaruh buku yang membentuk kehidupannya sehingga akhirnya ia bisa menemukan jalan hidupnya.

Dengan buku dunia menjadi begitu luas dan terbuka bagi dirinya. Dari buku yang ia baca ia lahirkan kata-kata yang ia rangkai menjadi buku. Dari buku-bukunya inilah ia memperoleh royalty untuk membangun Rumah Dunia yang mendidik anak-anak hingga mahasiswa untuk mencintai dunia literer sehingga jebolan rumah dunia mampu seperti dirinya, menggenggam dunia dan membawa perubahan lewat kekuatan kata-kata.

Sejarah Penerbitan

Embrio dari buku ini adalah tulisan-tulisan berseri Gol A Gong yang diberi judul “Menggenggam Dunia: Bukuku , Hatiku” yang diposting di milis Rumah Dunia. Pada akhir tahun 2004, tulisan tersebut ddimuat secara berseri di majalah perbukuan Matabaca episode pertamanya muncul dirubrik Cermin di Matabaca edisi September 2004.

Setelah pemuatan di Matabaca selesai, pada tahun 2006 tulisan tersebut diterbitkan oleh penerbit Dar! Mizan dengan judul Menggenggam Dunia: Bukuku Hatiku. Setelah lima tahun bergulir, penerbit mengembalikan hak ciptanya kepada penulisnya.






Menggenggam Dunia, Bukuku Hatiku

DAR! Mizan, 2006




Karena ada banyak permintaan dari pembaca untuk menerbitkan ulang buku tersebut, akhirnya buku ini diterbitkan ulang oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dengan beberapa bab tambahan dan update data. Oleh KPG buku ini menjadi bagian dari Seri Rumah Dunia.


Selain buku ini KPG juga telah menerbitkan buku Relawan Dunia yang berisi 17 cerita relawan tentang peran Rumah Dunia bagi mereka.





@htanzil


Situs Rumah Dunia http://www.rumahdunia.net/

1 comment:

Yayun Riwinasti said...

inspiratif...momen buruk bs menjadi embrio terwujudnya hal yg luar biasa...