How To Make Comics

[No. 302]
Judul : How to Make Comics - Menurut Para Master Komik Dunia
Penulis : Hikmat Darmawan
Penerbit : Plot Point
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 208 hlm

Kita mungkin suka membaca komik dan terkagum-kagum dengan kreatifitas komikus dalam karya-karyanya. Namun apakah hanya komikus-komikus saja yang bisa membuat komik? Tidak! kita semua bisa membuat komik.

"Siapa saja dapat membuat komik tentang apa saja, cukup dengan kertas dan alat tulis. Pada dasarnya kamu sudah bisa bikin komik. Boleh tentang apa saja. curhat, ungkapan cinta, informasi, pesan, renungan filsafat, fantasi, anekdot, lelucon, dakwah, omelan, hal-hal yang menarik dilihat, benda-benda yang kita lihat, hal-hal yang kita inginkan, pelajaran sekolah, dan sebagainya..." (hlm. 07)

Demikian ungkap Hikmat Darmawan, peneliti budaya popular dan komik dalam buku panduan membuat komik yang berjudul "How to Make Comics - Menurut Para Master Komik Dunia"

Atas dasar keyakinan bahwa semua orang bisa membuat komik tanpa harus pintar menggambar inilah Hikmat Darmawan memberikan tips-tips menarik dan mudah dimengerti kepada mereka yang ingin belajar membuat komik. Buku ini juga membongkar banyak salah kaprah yang menghambat kita untuk mencoba membuat komik, lebih dari itu buku ini mengajak kita menerawang sejarah komik dunia, dan menimba tips-tips membuat komik dari  para master komik dunia seperti Will Eisner, Herge, Ozamu Tesuka, Allan Moore, Scout MccCloud, dll.

Di Bagian Pendahuluan buku ini memberikan pembacanya sebuah keyakinan bahwa semua orang dapat membuat komik tanpa harus pintar menggambar. Di bab ini dijelaskan bahwa komik bukanlah gambar tapi cerita/ekspresi menggunakan bahasa-gambar khusus sehingga komikus tidak harus jago gambar melainkan harus mampu bertutur dengan bahasa gambar yang sederhana sekalipun seperti contoh komik karya Matt Feazel di bawah ini :

Dengan demikian sepertinya penulis ingin menekankan bahwa yang terutama dalam komik bukanlah harus menguasai kemampuan menggambar, melainkan kemampuan menguasai bahasa gambar, membuat cerita, dan menguasai tuturan (Storytelling).  Dalam hal ini pada bagian yang lain penulis  memberi contoh bagaimana sebuah seni penceritaan diterapkan oleh Herge dalam cerita Tintin : Zamrud Castafiore

Cerita ini (Zamrud Castafiore) seperti pengakuan Herge sendiri, adalah tentang sebuah misteri yang seolah-olah terjadi padahal tak ada kejadian apa-apa. Memang pertama kali membaca kisah ini, kebanyakan pembaca akan merasa bahwa ini cerita Tintin paling gagal. Bagaimana tidak, biasanya Tintin berpetualang ke kenegeri-negeri eksotis. Tapi dalam kisah ini Tintin dan kawan-kawan hanya berkutat dalam Marlinspike Hall dan sekitarnya saja.

Pada akhirnya ini adalah kisah tentang keinginan Kapten Haddock menikmati istirahat di Istana tanpa gangguan, tapi Herge dengan pandainya menyusun cerita ini seolah-olah sebuah cerita detektif dengan misteri yang harus segera dipecahkan. Inilah contoh sebuah penerapan seni penceritaan yang luar biasa dari seorang master (hlm 117)

Selanjutnya dalam buku ini penulis memandu kita belajar membuat komik dalam lima bab/paparan. Yang pertama meruapakan bagian Pendahuluan yang menjelaskan Apakah komik?, kemudian dilanjutkan dengan  Apakah Bahasa-Gambar, Apakah Bahasa-Komik?, Bagaimana Menciptakan Karakter (kaitan desain karakter dan gaya gambar), Bagaimana Membuat Cerita Komik (menyusun ide cerita yang kuat, teknik membuat naskah cerita komik), Bagaimana Merancang Panil-panil Komik (dialog dan narasi), dan terakhir, Bagaimana Menerbitkan Komik? 

Dalam setiap paparannya buku ini tak hanya memuat tips-tips berupa teks dan sajian visual saja namun di setiap akhir paparan penulis memberi kita tugas untuk membuat komik sesuai dengan apa yang telah dijelaskan. Tugas tersebut tersaji dalam halaman 'Latihan' dimana telah tersedia panel-panel kosong sehingga kita bisa langsung mempraktekkan apa yang telah kita pelajari di tiap bab buku ini.

Kesemua paparan diatas tersaji dalam tips-tips praktis disertai contoh-contoh visualnya yang dikemas dalam lay out yang menarik dan dinamis sehingga belajar membuat komik terasa begitu menyenangkan. Jika mencermati daftar pustaka di buku ini, ada lebih dari 50 buku dan komik yang dijadikan acuan penulis untuk menyusun buku ini. Bisa dibayangkan bagaimana penulis mencari dan menyusun panil-panil gambar mana dari komik-komik itu yang cocok dijadikan contoh dalam setiap paparannya.

Sayangnya penulis tidak memberikan pada kita contoh kreasi dari komikus-komikus tanah air. Memang ada beberapa komikus lokal disebut-sebut dalam buku ini seperti Beng Rahadian, Eko Nugroho, Tita Larasati,  namun sayangnya tidak disertai dengan contoh komik-komik karya mereka yang tentunya bisa kita pelajariselain dari karya-karya komikus dunia dalam buku ini.

Terlepas dari hal tersebut, buku ini sangat baik dibaca oleh mereka yang ingin belajar membuat komik atau mereka yang telah menjadi komikus, seperti kata  Beng Rahadian (komikus, pendiri akademi Samali)

"Buku ini tidak akan membebani kita layaknya tutorial yang rumit, justru menjadi penerang bagi pemula dan pengingat bagi yang mahir karena buku ini mengajak kita kembali pada teori komik yang paling dasar dan terbuka."

Oya, di cover buku ini tertera  label "Untuk Pemula" dan tanda #1, sedangkan di halaman dalamnya di bawah judul terdapat kalimat "Tingkat Dasar",  dengan demikian sepertinya akan ada jilid-jilid selanjutnya yang akan diterbitkan. Jika memang demikian bukan mustahil buku ini kelak menjadi buku pegangan wajib bagi mereka yang ingin belajar membuat komik mulai dari tingkat pemula hingga yang sudah ahli sekalipun.

@htanzil