No : [391]
Judul : Pram dalam Kliping - Dari Maemunah, Intel Soeharto, hingga Pramis
Penyusun : Deni Rachman
Penerbit : ProPublic.info & MenaraAPI
Cetakan : I, 2020
Tebal : xii + 281 hlm, 23 sx 19 cm
ISBN : 978-612-93907-0-9
Pramoedya Ananta Toer (Pram) adalah
ikon. Ikon sastra sekaligus ikon pejuang keadilan, kemanusiaan bagi Indonesia.
Namanya juga tak lepas dari kontroversi politik yang membuat Pram lekat dengan
cap penulis ‘kiri’ yang membuat dirinya menjadi sangat eksotis dan menjadi mata
air yang seakan tak pernah habis untuk ditulis di berbagai media.
Pram juga selalu menjadi tambang emas
bagi para penerbit-penerbit lokal karena biasanya buku-buku tentang Pram selalu
akan laris manis diburu oleh para pembaca.
Tidak heran jika banyak terbit buku-buku tentang Pram baik itu buku
kajian ataupun buku berisi kumpulan tulisan-tulisan tentang Pram.
Yang teranyar adalah buku yg diberi
judul “Pram dalam Kliping – Dari Maemunah,
Intel Soeharto, hingga Pramis”, sesuai judulnya buku ini merupakan kliping
tulisan-tulisan tentang Pram yang disusun oleh
Deni Rachman, pedagang buku lawas yang juga aktivis literasi di Bandung.
Disela-sela kesibukannya berjualan
buku dan aktif mengikuti berbagai diskusi literasi ia mendokumentasikan berbagai
artikel budaya, sejarah, sastra,
perbukuan yang ada di koran dan media cetak lainnya kedalam bentuk kliping-kliping tematik.
Tidak berhenti di mengkliping, ia juga membukukan kliping-klipingnya dalam Seri Pustaka Kliping.
Sebagai pembaca dan penyuka
karya-karya Pram, artikel tentang Pram pun tidak luput dari sasaran gunting dan
lemnya sehingga terkumpullah kliping khusus tentang Pram yang kemudian ia
bukukan setelah sebelumnya berhasil membukukan kliping Inggit Ganarsih dengan
judul Kisah-Kisah Istimewa Inggit Garnasih, MenaraAPI, 2020
Buku Pram dalam Kliping berisi 19 kliping termasuk foto-foto ekslusif tentang
Pram yang berasal dari artikel-artikel di media cetak dari tahun 1955-2006. Jika
disarikan buku ini terdiri dari 4 bahasan utama yaitu tentang Pribadi dan keluaga, seputar karya, wawancara,
dan komunitas. Selain itu ada bonus
ekslusif berupa transkrip Orasi Budaya
Pram dalam memperingati Konperensi Asia Afrika dan Hari Buku Internasional di
Pramoedya di Bandung tahun 2003.
Sebuah cakupan yang lengkap karena
dalam hal pribadi dan keluarga kita akan melihat sosok Pram sebagai seorang
anak muda yang ‘menembak’ calon istrinya dengan unik, bagaimana Pram sebagai ayah
dimata keluarganya, dan sebagainya. Tidak ketinggalan pula berita-berita
seputar meninggalnya Pram termasuk detik-detik terakhir sebelum sang Maestro
menghembuskan nafasnya.
Dari Seputar karya kita akan melihat
bagaimana karya-karya Pram dilahirkan dan diapresiasi oleh pembacanya termasuk
tentang Mata Pusaran, salah satu karyanya yang hilang. Sebagian kecil
naskahnya pernah ditemukan dalam keadaan
memprihatinkan di Kwitang, Jakarta. Hanya naskah itu yang terselamatkan hingga
kini.
Dari kliping yang berisi wawancara
kita akan melihat bagaimana si pewawancara mengeksplorasi sang Maestro dalam hal
pribadi, ideologi, pengalaman Pram di Pulau Buru, mimpi-mimpinya, dll. Yang menarik dan eksklusif dan mungkin jarang
diungkap di buku-buku lain adalah kliping yang didapat dari Majalah Horison
tahun 2006 yang merupakan wawancara Taufik Ismail dengan H. Agus Miftach mantan
lntel Suharto yang ditugaskan menqawasi Pram setelah Pram bebas dari
pengasingan di Pulau Buru dan karya monumentalnya terbit.
Dibagian ini terungkap bahwa Pak Harto pernah meminta
intelnya untuk diberikan satu set tetralogi Bumi Manusia dan meminta intelnya
untuk menunggu sekitar 5 menit agar ia bisa membaca-baca sebentar.
Kemudian
Presiden memegang-megang buku itum membalik-baliknya membaca sebentar. Selesai
membaca Pak Harto bilang begini, “Wah bagus isinya ya Gus”. Betul-betullah dia Kaisar.
Lima menit baca, langsung menyimpulkan.
Kemudian Pak Harto menandatangani sebuah memorandum yang menyatakan bahwa
laporan Operasi Khusus mengenai Pramoedya Ananta Toer dinyatakan selesai. (hlm. 145)
Satu hal yang mungkin sering
ditanyakan orang adalah bagaimana keimanan Pram. Seperti dikatakan oleh Pram
dalam sebuah wawancara, dengan tegas Pram mengatakan bahwa agamanya adalah
Pramis!. Bagaimana sesungguhnya keimanan Pram?. Walau Pram tidak pernah
menyatakan secara ekspilist dalam salah satu wawancara yang dimuat di buku ini
terungkap bahwa Pram pernah naik haji ketika kecil, dibawa oleh ayahnya. Pram juga
pernah belajar Islam dari Muhamad Natsir dan bercita-cita untuk membantu ayah
mertuanya yang pertama untuk naik haji. Yang menarik adalah pendapat Pram tentang
tauhid.
...konsep
dalam Islam yang dilihatnya di Mesir tak tertandingi. Tauid dalam Islam tak ada
kompromi. Sayang di Indonesia, kata Pram, sinkritismenya terlalu banyak. Dia
menekankan bahwa agama itu adalah
tauhid, syariat, etos kerja, dan harga diri...
(hlm.131)
Di bagian Komunitas kita akan melihat
bagaimana karya-karya Pram melahirkan Pamis-pramis yang membentuk komunitas-komunitas
anak muda yang secara rutin membaca, mendiskusikan, menggelar berbagai kegiatan
dalam mengenalkan karya-karya Pram kepada masyarakat luas hingga menyempatkan
diri untuk sowan kepada Eyang Pram dirumahnya. Salah satu yang dikliping
penulis dalam buku ini adalah berita dari Radar Bandung mengenai Klab Baca Pramoedya yang menggelar Lomba
Baca Cerpen Pramoedya Ananta Toer bagi anak SMU yang diikuti 27 peserta dari 8
sekolah di Bandung dan Tasikmalaya. Ini membuktikan bahwa karya Pram telah
mulai dikenal di kalangan pelajar sekalipun buku-buku Pram bukanlah bacaan wajib anak SMU seperti di
Malaysia.
Untuk buku sejenis ini, pada tahun
2001 pernah terbit buku Pramoedya Ananta
Toer berjudul Perahu yang Setia dalam Badai, Buku Leila 2001 yang berisi
artikel-artikel baik yang pernah ditulis Pram maupun artikel-artikel tentang
Pram. Dengan demikian walau bukan yang pertama buku ini bisa menjadi pelengkap
dari buku sejenis yang pernah terbit hampir 20 thn yang lalu.
Buku yang berasal dari kliping
penyusunnya ini diberi judul Seri Pustaka
Kliping : Pram Dalam Kliping, sayangnya dari segi lay outnya buku ini
kurang memberikan nuansa kliping sehingga pembaca seperti membaca buku kumpulan
berisi kumpulan artikel yang pernah dimuat di Koran atau majalah saja. Mungkin
akan lebih baik jika lay out dan foto2 dalam buku ini didesain seperti layaknya
sebuah kliping. (Ketika review ini ditulis cetakan ke-2 buku ini terbit dengan lay out bernuansa kliping)
Telepas sedikit kekurangan dari segi
lay out bukunya, buku ini layak diapresiasi buat siapa saja yang ingin mengenal
siapa sosok Pram dan karya-karyanya. Buku ini bisa menjadi informasi awal tentang
Pram bagi generasi milenial yang belum
mengenal Pram dan karya-karyanya. Bagi
mereka bukan tidak mungkin buku ini akan menumbuhkan keingian untuk membaca karya-karyanya
yang sarat dengan pesan kemanusiaan dan keadilan bagi generasi muda dimasa
kini. Sebuah generasi atau angkatan muda yang selalu diharapkan oleh Pram untuk
memimpin bangsa ini dan mendobrak
ketidakadilan yang hingga kini masih dirasakan di negeri ini.
@htanzil
3 comments:
Di sekolah negeri buku2 Pram mungkin tidak diperkenalkan, tapi di sekolah internasional/nasional plus buku Pram (Tetralogi Buru) menjadi bacaan wajib pada pelajaran bahasa Indonesia. Begitulah mutu sekolah kita...
Di sekolah negeri buku2 Pram mungkin tidak diperkenalkan, tapi di sekolah internasional/nasional plus buku Pram (Tetralogi Buru) menjadi bacaan wajib pada pelajaran bahasa Indonesia. Begitulah mutu sekolah kita...
terimakasih atas sharingnya ya kak tipstorial.com
Post a Comment