Judul : Middlesex (Pencarian Jati Diri Seorang Manusia Berkelamin Ganda)
Penulis : Jeffrey Eugenides
Penerjemah : Berliani M Nugrahani
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : Juni , 2007
Tebal : 810 hlm
"Aku terlahir dua kali : pertama, sebagai seorang bayi perempuan, pada hari tanpa kabut di Detroit, Januari 1960; lalu sekali lagi, sebagai seorang remaja laki-laki, di sebuah ruang gawat darurat di dekat Petoskey, Michigan, pada Agustus 1974." (hal 1)
Kalimat diatas adalah kalimat pertama dari novel Middlesex karya peraih Putlitzer Prize Jeffrey Eugenides. Novel ini menceritakan kisah pencarian jati diri Calliope Stephanides, seorang hermaprodithe (berkelamin ganda), yang terlahir sebagai seorang wanita namun di usianya yang keempat belas berubah menjadi Call, seorang remaja laki-laki.
Novel ini dimulai dengan narasi perkenalan tokoh Call Stephanides yang berperan sebagai narator yang menulis kisahnya ini ketika ia berusia 41 tahun. Awalnya Cal mengajak pembacanya untuk membaca kisah kelahirannya. Tuntas mengisahkan bagaimana ia dilahirkan, layaknya sebuah film yang diputar mundur, Call lalu mengajak pembaca untuk kembali ke awal tempat dimana akar sel-sel genetis leluhurnya bercampur hingga menjadikan dirinya seorang hermaprodit.
Semua berawal di tahun 1922 ketika kakek dan nenek Call masih berada di Yunani. Desdemona, neneknya adalah seorang pengrajin ulat sutera di atas tebing Gunung Olympus di Asia Minor – Yunani. Saat itu Desdemona telah berusia 21 tahun, kedua orang tuanya telah meninggal ketika pasukan Turki menyerbu Yunani. Ia tinggal bersama adik laki-lakinya, "Lefty". Salah satu pesan ibunya sebelum meninggal adalah mencarikan istri untuk Lefty. Kehidupan mereka berjalan normal hingga tiba waktunya bagi Desdemona untuk mencari istri bagi adik laki-lakinya. Misi tersebut gagal dilaksanakan, Lefty menolak semua wanita yang dijodohkannya.
Lalu terjadilah percakapan antara Desdemona dengan Lefty
" Jadi siapa yang akan kaunikahi?"
"Entahlah" – Lefty meraih tangan
Desdemona dan menatap matanya.
"Bagaimana kalau kamu?"
"Sayang sekali
aku kakakmu."
…………
"Kau gila Lefty."
"Ini akan membuat segalanya lebih mudah. Kita tidak perlu membagi rumah." (hal 71)
Bercanda atau tidak, akhirnya Desdemona dan Lefty menikah. Mereka menikah ketika berada dalam kapal yang mengangkutnya ke Amerika ketika tentara Turki menyerbu sebagian wilayah Yunani. Di kapal, Desdemona dan Lefty memainkan peran seolah-olah mereka baru pertama kali bertemu dan saling jatuh cinta. Rahasia bahwa mereka kakak beradik mereka simpan. Mereka mengarang kisah hidup mereka masing-masing pada orang-orang yang berada di kapal. Begitu kuatnya kisah yang mereka karang sehingga seolah-olah mereka sendiripun hampir mempercayai kisah karangan yang mereka buat.
Sesampai di Amerika Desdemona tinggal bersama sepupunya Sourmelina yang telah lebih dulu tinggal di sana. Hanya Sourmelina yang mengetahui bahwa Desdemona dan Lefty adalah adik kakak yang menikah. Sourmelina berjanji menyimpan rahasia mereka dan mengijinkan mereka untuk tinggal bersamanya. Singkat cerita mereka melahirkan. Walau sebelumnya Desdemona dilanda kecemasan karena hubungan incest mereka, ternyata anak yang mereka lahirkan normal-normal saja, bahkan mereka memiliki dua orang anak yang sehat, Milton dan Zoe. Dan dari Sourmelina lahirlah Tessie.
Setelah Desdemona lega karena melahirkan anak-anak yang normal kekhawatiran kembali melandanya karena Milton tampaknya mencintai Tessie padahal Desdemona dan Sourmelina merupakan saudara sepupu. Walau berusaha mencegahnya, namun cinta yang telah tertaut antara Milton dan Tessie tak bisa dilepaskan hingga akhirnya mereka menikah. Dan dari pasangan Milton dan Tessie inilah lahir Calliope Stephanides dan Chapter Eleven
Dr. Phil yang menangani kelahiran Callie menegaskan bahwa Callie berkelamin wanita. Matanya yang sudah mulai rabun tak melihat bahwa sesungguhnya ada kelainan dalam organ genital Callie. Maka Callie pun dibesarkan dan menjalani kehidupan sebagai seorang perempuan normal. Ketika kondisi keuangan Levty membaik merekapun pindah ke Middlesex. Di situlah Callie tumbuh menjadi serang remaja. Ketika ia memasuki masa remaja, barulah Callie merasakan ada sesuatu yang ‘lain’ pada tubuhnya. Ia tak mengalami mensturasi, dadanya rata karena payudaranya tak tumbuh, dan beberapa rambut halus muncul di atas bibirnya.
Awalnya Callie dan kedua orang tuanya menyangka bahwa Callie memang tumbuh lebih lambat dari teman-teman sebayanya. Namun keanehan dalam diri Callie terus berlanjut. Lambat laun ia menyukai sahabat wanitanya dibanding dengan kawan-kawan prianya. Callie pun menyadari ada yang tidak normal di organ genitalnya, sebuah daging menyerupai penis kecil menyembul diantara vulva-nya, ia menyebutnya "crocus". Hal ini ia simpan baik-baik hingga akhirnya sebuah kecelakaan menimpanya dan para dokter yang merawatnya menemukan kejanggalan di organ genitalnya.
Kejadian itu membuka mata kedua orang tuanya akan kelainan yang ada dalam tubuh putri mereka. Akhirnya mereka membawa Callie ke New York untuk ditangai oleh Dr. Luce seorang ahli terkemuka di dunia hermaproditisme pada manusia. Dari hasil pemeriksaannya Dr Luce mengambil kesimpulan bahwa Callie memang seorang wanita, namun karena kekuraangan enzim 5-alphareductase maka tanda-tanda sekunder wantia tidak muncul. Dan Cellie memang terlahir dengan memiliki penis yang sangat kecil sehingga luput dari pengamatan dokter yang menangani kelahirannya.
Dr Luce akhirnya menyarankan untuk mengatasinya dengan operasi plastik dan terapi hormon. Namun tanpa diduga Callie menolak operasi dan melarikan diri dari kedua orang tuanya dan memutuskan untuk menjadi seorang Pria di usianya yang ke 14.
Novel tebal (810 hl) ini memang menarik untuk disimak. Eugenides membaginya kedalam 4 bagian besar yang dibagi lagi kedalam 28 bab dengan Call sebagai naratornya. Karakter Call yang diciptakan Eugenides dan cara beruturnya tampak begitu hidup sehingga pembaca seolah-olah sedang membaca kisah nyata dari kehidupan seorang berkelamin ganda. Apalagi ditambah dengan tersajinya penelitian-penelitian Dr Luce mengenai kasus hermaprodit pada manusia yang tampaknya diambil oleh penulisnya dari berbagai jurnal kedokteran.
Eugenides juga tampak begitu sabar dalam mencari akar kelainan yang dialami Call. Setting waktunya membentang lebih dari 50 tahun. Melewati berbagai kejadian politik di Yunani, melewati masa-masa PD II dan perang Vietnam, mengungkap mencekamnya situasi kerusuhan rasial di Detroit Amerika di tahun 67. Kisahnya mengurai kehidupan 3 generasi keluarga Stephanides dengan detail. Setiap generasi memiliki kisahnya sendiri, eksplorari karakter tokoh-tokohnya sama-sama kuat.
Bagi yang menyenangi kisah dengan plot yang cepat, mungkin novel ini bukan pilihan, Eugenides dengan sabar dan tempo yang konstan mengurai kisah-kisahnya dengan mendetail. Bahkan tampaknya ada beberapa kisah yang sebenarnya mungkin tak perlu dikisahkan karena tampaknya tak menyangkut kehidupan Call di masa yang akan datang. Namun Eugenides tetap mengisahkannya sehingga tak heran novel ini menjadi novel yang tebal.
Untungnya tema Call yang berkelamin ganda membuat kita sabar mengunyah novel gemuk ini karena kita dibuat penasaran untuk mencari tahu bagaimana akhir kisah ini.
Apalagi ketika kita telah sampai di bagian IV, ketika Dr. Luce mulai memeriksa Call dengan seksama. Peran penerjemah juga tampaknya memegang peranan penting dalam memahami novel ini. Terbukti terjemahan buku ini enak dibaca dan kita tak akan menemui kesulitan berarti dalam memahami novel ini. Sayangnya ada beberapa kesalahan ketik yang walau tidak banyak namun seharusnya tidak perlu terjadi sehingga mengurangi kenyamanan membaca novel ini.
Tak ada yang berlebihan dalam kisah dan karakter tokoh-tokohnya, novel ini tersaji dengan sangat wajar dan manusiawi sehingga kita seolah-olah sedang membaca sebuah memoar dari seorang tokoh nyata. Melalui kisah Call ini kita akan tersentuh oleh pencarian jati diri Call, tertawa dengan kejenakaan yang kadang muncul dalam kisahnya, dan memperoleh pengetahuan baru tenan dunia gen, bagiamana terbentuknya alat kelamin pada janin dan kasus hermaprohdit pada manusia. Sungguh sebuah novel yang mencerdaskan dan layak dibaca oleh siapa saja.
Tak heran novel yang dikerjakan selama 9 tahun ini laris manis di pasaran. Middlesex menjadi best seller internasional. Melalui novel ini pula Eugenides Jefrey memperoleh hadiah Pultiltzer Prize pada tahun 2003. Middlesex juga masuk dalam Book Club Oprah, dan seperti yang sudah-sudah, setiap buku yang masuk dalam Book Club Oprah, pastilah akan menuai sukses yang berkepanjangan.
@h_tanzil
No comments:
Post a Comment