Judul : Apa Kabar Kang Je ?
Penulis : Anjar Anastasia
Penerbit : OBOR
Cetakan : I, Mei 2007
Tebal : 177 hlm
Harga : Rp. 24.000,-
Beberapa bulan yang lalu sms dari Anjar masuk ke selularku, isinya mengabarkan bahwa cerpen-cerpen Kang Je karyanya akan dibukukan dan aku akan dikirimi satu bukunya. Wow! Dalam hati aku bersorak karena akhirnya cerpen-cerpen Kang Je dibukukan !. Sebelum dibukukan, Anjar kerap mengirim email padaku yang berisi cerpen-cerpen yang tokohnya bernama Kang Je. Awalnya aku tak tahu siapa Kang Je yang dimaksud, namun begitu aku membacanya aku langsung mengerti bahwa Kang Je disini adalah Yesus Kristus !
Semenjak itu pula saya tertarik membaca cerpen-cerpen Kang Je. Bagi saya ide cerpen dengan tokoh Yesus yang dipersonifikasikan dengan Kang Je sangat orisinil dan menarik. Saya masih ingat kalau dulu saya pernah mengusulkan agar cerpen-cerpen Kang Je bisa dibukukan. Namun saat itu Anjar masih belum menemukan penerbit yang cocok untuk cerpen-cerpennya ini.
Ketika itu cerpen-cerpen Kang Je hanya disebarnya ke sejumlah milis dan kepada kawan-kawannya. Setelah bertahun –tahun beredar dalam lingkungan terbatas di milis dan emai-email pribadinya, kini cerpen-cerpen Kang Je menyapa ke lingkungan pembaca yang lebih luas. Mei 2007 yang lalu cerpen-cerpen ini diterbitkan. Sungguh suatu kejutan yang menyenangkan bagi saya karena isi dari cerpen-cerpen seri Kang Je ini sangat inspiratif dan saya berharap banyak orang mendapat inspirasi dari cerpen-cerpen sederhana namun sarat makna ini.
Dalam cerpen-cerpennya ini Yesus dijadikan tokoh yang sangat dekat dengan tokoh ‘aku’. Yesus bukanlah sosok yang jauh dan kasat mata, ia menjadi tokoh yang terlihat, bisa disentuh, dan bisa menjadi siapa saja, sebagai ayah, kakak, sahabat, dll.
Buku ini memuat 28 kisah tentang ‘aku’ dan Kang Je. Selain cerpen, ada pula beberapa puisi. Kisah-kisahnya sederhana, diangkat dari kejadian sehari-hari mulai dari soal cinta, persahabatan, kesetiaan, perceraian, hingga acara tujuh belasan dan kesibukan lebaran. Semuanya terangkai dalam kalimat-kalimat yang mengalir enak dibaca, sederhana, mengharukan, lucu, kadang mengejutkan, dan sarat makna. Yang paling menarik bagiku adalah sosok Kang Je yang digambarkan begitu dekat dengan tokoh ‘aku’. Walau yang dimaksud Kang Je adalah Yesus Kristus, namun yang terlihat di keseluruhan kisahnya adalah Yesus yang sangat manusiawi. Yesus di buku ini bukanlah sosok yang selalu serius, ia bisa melucu, menjitak dan mencacak-ngacak rambut tokoh aku yang iseng, menepuk bahu memberi semangat, hingga mendekap dengan kasih bagaikan seorang ayah yang mendekap anaknya.
Dari penampilannya, Yesus atau Kang Je juga kadang dideskripsikan dalam pakaian modern, berkaos oblong, memakai celana jins, dll. bahkan, Kang Je bisa menyenandungkan lagu Josh Groban “You Rise Me up”. Ia juga sangat toleran terhadap kepercayaan lain. Dalam satu kisahnya diceritakan bagaimana Kang Je menghadiri perayaan Idul Fitri dan makan ketupat lebaran!
Apakah Yesus pantas dideskripsikan dengan sangat manusiawi seperti dalam kisah-ksiah dalam buku ini? Dalam kehidupan iman Kristen, Yesus sah-sah saja dipersonifikasikan sebagai siapa saja. Dalam pujian, dalam doa, Yesus sering disebut sebagai, Bapa, sahabat, kekasih jiwaku, dll. Sedangkan dalam ranah cerpen rasanya belum ada yang mendeskripsikan Yesus sedekat dan semanusiawi kisah-kisah dalam buku ini. Namun walau Yesus dimanusiakan oleh Anjar, unsur-unsur ketuhanannya masih tetap melekat baik melalui kisahnya maupun melalui obrolan-obrolan antara Kang Je dengan tokoh-tokohnya sehingga kita yang membacanyapun tak lantas merasa bahwa Kang Je adalah manusia biasa. Kita akan tetap merasa bahwa Yesus alias Kang Je adalah Tuhan yang hadir dalam tubuh manusia.
Saya tak akan berkisah mengenai apa-apa saja yang dikisahkan oleh Anjar dalam bukunya ini. Rasanya akan lebih mengasyikan jika kita membaca sendiri dan mencoba merefleksikan berbagai pesan tersembunyi yang terdapat dalam kisah-kisah dalam buku ini.
Buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan refleksi bagi siapa saja. Bukan tak mungkin tiap kisah-kisahnya bisa dijadikan bahan diskusi bagi kelompok-kelompok kecil di gereja-gereja atau persekutan-persekutuan. Kisahnya pendek-pendek saja namun sarat makna dan inspiratif. Karena diangkat dari kejadian sehari-hari, tak sulit untuk memahami seluruh kisah dalam buku ini. Bukan tak mungkin apa yang dikisahkan juga pernah dialami oleh kita.
Di tiap akhir kisah terdapat juga beberapa baris pesan moral yang disampaikan oleh penulisnya. Namun menurut saya pribadi pencantuman pesan moral ini rasanya tak perlu. Biarlah pembaca buku ini menggali dan merefleksikan sendiri apa yang dimaksud dalam tiap kisah-kisahnya. Toh buku ini bukan ditujukan untuk anak-anak. Pencantuman pesan moral saya rasa justru akan membatasi si pembaca merefleksikan kisah-kisah yang ada dalam kehidupannya pribadi.
Terlepas dari hal diatas buku ini sangat layak dibaca dan dimiliki oleh mereka yang ingin mengenal lebih dekat bagaimana Yesus menyikapi semua masalah pribadi dan lingkungan yang kita hadapi. Buku ini mencoba mengajak kita menempatkan sosok Yesus bukan sebagai sosok yang jauh, tak terjangkau, namun sosok yang dekat dengan kita dan mengerti apa yang kita alami karena dia adalah Tuhan bisa hadir kapan saja sebagai sahabat, kakak, ayah, kekasih, tempat kita berkeluh dan berbagi suka dan duka. Selain itu buku ini juga bisa menghibur dan menguatkan iman kita ketika kita mungkin mengalami hal yang sama dengan kisah-kisah di buku ini.
Sekilas tentang Anjar
Anjar Anastasia, atau lebih dikenal dengan Anjar, adalah novelis kelahiran Tanjungkarang-Lampung yang kini bermukim di Bandung. Sebagai novelis, Anjar dikenal produktif melahirkan karya-karyanya. Setidaknya sudah 10 buah karyanya dibukukan, diantaranya : Beraja, biarkan kumencinta (Grasindo,2002), Kidung-senandung cinta untukku (Grasindo,2004), Tiga-menjemput semburat cinta (Grasindo,2005), Apa Kabar Kang Je ? (OBOR, Mei 2007), Teenlit-Karena Aku Sayang (Gramedia,2007), dan yang terbaru , Lelana-jiwa-jiwa yang pulang (Grasindo, Agustus 2007).
Selain menulis novel, Anjar juga sempat menjadi sejumlah editor di sejumlah buku-buku sastra, aktif di berbagai milis sastra dan aktif di berbagai kegiatan sastra di kota kembang Bandung.
Hingga kini Anjar masih menulis cerpen-cerpen Kang Je. Menurutnya minimal 2 buku Kang Je akan terbit kembali. Baginya menulis cerpen Kang Je mengasah sisi relijiusitasnya yang masih terus dipelajari dan dicarinya. Dan apa yang dia cari, tulis, dan bukukan itulah yang akan ia bagikan kepada para pembacanya. Ia ingin banyak berbagi kepada seluruh alam semesta sekaligus rasa syukur terdalamnya bagi Sang Mahacinta.
@h_tanzil
No comments:
Post a Comment