Saturday, October 27, 2007

Dong Mu

Judul : Dong Mu
Penulis : Jamal
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : September 2007
Tebal : 240 hlm ; 20 cm
Harga : Rp. 28.000,-

5 Juli 2006, Korea Utara meluncurkan tujuh rudal percobaan. Rudal itu jatuh di perairan antara laut Jepang dan Semenanjung Korea. Seluruh dunia gempar karena khawatir rudal tersebut berhulu ledak nuklir. Insiden internasional ini membuat badan International Atomic Energy Agency (IAEA), salah satu organ PBB untuk urusan energi nuklir yang bermarkas di Wina segera mengambil langkah strategis sesuai tanggung jawabnya sebagai badan yang mengawasi pemanfaatan energi nuklir.

Eero Heiskanen , kepala Departemen of Safeguards IAEA menugasi Herman, staff IAEA asal Indonesia yang bekerja di departemen tersebut, untuk berangkat ke Korea guna menyelidiki ada tidaknya hulu ledak nuklir yang terpasang di rudal percobaan tersebut.

Di Seoul Herman bergabung dengan Kang Jin Sob, counterpart-nya di Korea Atomic Research. Ia juga bertemu dengan kawan lamanya, Prof Rukayadi – mikrobiolog Indonesia yang bekerja dan mengajar di sebuah Universitas di Seoul. Belum lagi Herman dan Kang Jin Sob melakukan tugas resminya tiba-tiba Herman memperoleh informasi kalau Robert Campbell, agen CIA yang sedang menyamar menjadi agen IAEA diculik oleh Kim Song Gi, agen intelejen Korut yang korup. Kim menuntut nyawa Robert Campbell ditukar dengan 50 kg uranium, jumlah yang cukup untuk dipasangkan di dua rudal berhulu ledak nuklir.

Tanpa diduga Kim menginginkan Herman sebagai mediatornya. Karena menyangkut warga negara Amerika maka markas tentara Amerika di Seoul menugaskan Mayor Snyder menyusun misi penusupan ke Korut untuk pembebasan Robert Campbell. Untuk itu Mayor Synder membentuk tiga tim (A,B,C), Herman, Prof Rukayadi, Kang Jin Sob, dan Park Yong Chul, seorang tentara korsel, masuk dalam Tim C yang bertugas untuk mengiriman uranium ke sarang penculik.

Belum lagi operasi yang dipimpin Mayor Synder menjalankan tugasnya, tiba-tiba pihak Pentagon membatalkan rencana operasi tersebut. Pentagon memiliki rencana lain, mereka menginginkan operasi militer besar-besaran dari wilayah Korea Selatan untuk membebaskan Campbell. Tentu saja ini beresiko memancing perang terbuka dan memicu pihak Korut untuk menggunakan rudal nuklirnya. Pihak Korsel sendiri tampaknya keberatan dengan operasi militer ini.

Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di benak Prof Rukayadi. Ia mengusulkan untuk menyusup secara diam-diam ke Korut dan membebaskan Robert Campbell mendahului operasi militer Amerika. Jika mereka berhasil membebaskan Campbell, tentu saja tidak diperlukan lagi operasi militer besar-besaran. Jika tidak berhasil, nyawa mereka taruhannya dan kemungkinan terjadinya perang dan Korut menggunakan rudal nuklirnya semakin terbuka.

Ide gila ini akhirnya dilaksanakan, Herman, Prof Rukayadi, Kang Jin Sob, Park Yong Chu menyusup ke wilayah Korut dengan membawa 25 kg uranium (setengah dari yang dituntut si penculik). Petualangan yang benar-benar berbahaya. Diantara keempat orang ini hanya Park Yong Chu yang berlatar belakang militer dan mahir menggunakan senjata, sementara yang lainnya hanya bermodalkan tekad dan keberanian semata.

Kisah diatas adalah inti cerita dari Dong Mu , novel ke 5 dari novelis produktif – Jamal - , karya-karya sebelumnya yang telah diterbitkan adalah Lousiana-Lousiana (Grasindo,2003), Rakkaustarina (Grasindo,2004), Fetussaga (Grasindo, 2005), Epigram (Gramedia, 2006), dan yang akan segera terbit, novel ke 6-nya yang berjudul : Darul (Bentang Pustaka).

Jamal yang kerap mengambil setting luar negeri di tiap novel-novelnya kini mengajak pembacanya berkelana ke negeri ginseng Korea. Berbeda dengan novel-novel terdahulunya yang kerap berlatar belakang kisah cinta, dan geger budaya tokoh-tokohnya selama hidup di luar negeri, kini Jamal menghadirkan kisah petualangan spionase yang dibalut dengan krisis nuklir di semenajung Korea.

Seperti halnya tokoh Herman, dkk dalam novelnya ini yang nekad melakukan misi berbahaya, Jamal yang dalam kesehariannya mengajar sebagai dosen desain interior di sebuah univeritas swasta di bandung termasuk penulis yang nekad mengarang sebuah cerita tentang krisis nuklir. Sebuah tema yang jauh dari kesehariannya dan jarang atau bahkan tidak pernah disentuh oleh pengarang kita yang lain.

Selain ceritanya yang seru, novel ini banyak menyajikan dialog-dialog yang menambah wawasan pembacanya dalam hal nuklir. Salah satu keistimewaan jamal dalam novel-novelnya adalah menyajikan materi-materi yang tampaknya berat menjadi ringan karena dikemas dalam bentuk dialog antar tokoh-tokohnya. Demikian pula dalam Dong Mu, semua yang ingin disampaikan jamal pada pembacanya dikemas dalam dialog yang ringan dan mudah dipahami.

Dong Mu sendiri adalah frasa dalam bahasa Korea yang bisa berarti Kamerad, atau juga bisa diartiken sebagai teman. Judul yang tepat karena memang novel ini menceritakan pertemanan Herman dengan Prof Rukayadi dan sepak terjangnya dalam membebaskan seorang agen CIA yang diculik atas perintah Dong Mu (Kamerad) Kim Song Gi.

Salah satu yang menarik dalam novel ini adalah materi tentang kebijakan nuklir, baik kebijakan di negara-negara maju pemilik senjata nuklir, juga kebijakan nuklir di engara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam novel ini terungkap bahwa Indonesia sebenarnya memiliki tambang uranium di Kalimantan Barat, namun kita hanya bisa menggalinya untuk kemudian diekspor ke negara maju. Sayangnya ”…petinggi negeri kita dan masyarakat belum melihat nuklir sebagai energi alternatif, karena kita masih punya yang lain seperti gas alam atau panas bumi yang melimpah…..Padahal bila dipakai energi listrik, tidak akan terjadi byar pet seperti yang selama ini terjadi. Energi nuklir itu sangat efisien. “ (hal 32) .

Pembnangunan reaktor nuklir di negara berkembang jika dimanfaatkan untuk tujuan pembangunan memang sangat bermanfaat, namun energi nuklir juga memiliki resiko yang besar jika dikelola dengan serampangan. Untuk itu melalui tokoh Herman dalam makalahnya yang disampaikannya di Konferensi Energi Nulir di Wina Austria terungkap bahwa pembangunan nuklir di negara berkembang memiliki resiko karena umumnya disiplin dan etos kerja yang relatif lemah . Kelemahan ini bagi reaktor nuklir sangat berbahaya karena diperlukan rutinitas dengan disiplin tinggi untuk pengawasan dan pemeriksaan instalasi. (hal 52).

Disinggung pula bahwa negara-negara berkembang yang tidak memiliki energi minyak sangat layak menerima bantuan dan kesempatan dalam mengurangi ketergantungan kepada minyak, dengan demikian utang mereka akan berkurang, dan itu artinya kemakmuran bangsa dan neraga miskin dapat diraih. (hal 53).

Selain tentang kebijakan nuklir dan manfaat pembangunan nuklir di negara-negara berkembang, novel ini mengungkap pula soal diplomasi nuklir, pertikaian politik tingkat dunia sehubungan dengan ambisi pengembangan nuklir, pasar uranium gelap, peta rudal-rudal yang dimiliki Korut, lanskap daerah perbatasan korea utara dan selatan, kritik terhadap kebijakan politik Amerika, dll. Dan yang tak kalah menarik adalah kisah petualangan Herman dan kawan-kawannya menyusup ke Korea Utara. Dalam hal ini jamal menyajikannya dengan seru, lengkap dengan kejutan-kejutan di akhir cerita seperti novel2 spionase umumnya.

Kehadiran tokoh Prof. Rukayadi sebagai sahabat Herman yang bekerja sebagai mikrobiolog juga turut menyemarakkan novel ini, selain sedikit disinggung soal penelitian kandungan berbagai tanaman indonesia yang digunakan sebagai jamu , Prof Rukayadi dengan keahliannya sebagai mikrobiolog juga turut berperan penting dalam operasi penyelamatan Robert Campbell.

Hanya saja awal keterlibatan Porf Rukayadi dalam operasi ini terlihat sedikit dipaksakan. Saat Herman dijemput oleh pihak militer Amerika untuk dibawa ke Yongsan, Herman mendesak agar Prof Rukayadi ikut menemaninya. Hal ini langsung disetujui oleh orang yang menjemput Herman tanpa berkonsultasi dengan atasannya. Sungguh tindakan yang ceroboh bagi sebuah operasi intelejen. Padahal untuk operasi rahasia yang melibatkan CIA, Amerika, dan militer Korea Selatan, rasanya tak mungkin dapat dengan begitu saja melibatkan orang seperti Prof Rukayadi yang jelas-jelas bidang pekerjaannya berbeda dengan urusan operasi ini. Namun untunglah kejanggalan ini kelak tertutupi oleh peran penting Prof Rukayadi dalam menjalankan operasi ini.

Satu lagi yang mungkin terasa kurang digali dalam novel ini adalah dampak lingkungan akibat kebocoran reaktor nuklir dan senjata nuklir. Tampaknya novel ini lebih condong ke arah politik dibanding ke dampak lingkungannya. Jika saja Jamal memberikan diskripsi yang agak detail untuk kerusakan lingkungan akibat kebocoran reaktor nuklir dan dampak lingkungan jika sebuah negara melakukan uji coba rudal berhulu ledak nuklir, tentunya novel ini akan semakin lengkap, sehingga pembaca tidak hanya mengetahui soal kebijakan dan pertikaian nuklir tapi mengetahui juga akibat bagi lingkungan yang rusak dari pemanfaatan energi nuklir yang salah.
Di novel kelimanya ini juga, tampaknya Jamal meninggalkan ciri khasnya di keempat novel terdahulunya. Biasanya Jamal selalu menyelipkan unsur-unsur desain bangunan atau produk dalam tiap novelnya. Di novel DongMu, ciri khas Jamal ini tak muncul, padahal ada yang sedikit bisa diangkat seperti desain lokal/tradisinonal di korea seperti istana, atau mungkin bangunan-bangunan modern yang terdapat di korea dll.

Terlepas dari kekurangan diatas, novel ini secara umum sangat bermanfaat dalam memperluas cakrawala berpikir pembacanya dalam hal kebijakan nuklir . Selain itu melalui tokoh utama dalam novel ini, yaitu Herman sebagai lulusan Fisika Kuantum di Universitas Tokyo yang bekerja sebagai staff IAEA, dan Prof Rukayadi sebagai mikrobiolog yang bekerja dan mengajar di Korea Selatan tentunya akan membangun kesadaran pembacanya bahwa cendekiawan Indonesia ternyata bisa juga berkiprah dan diakui keilmuwannannya di negara-negara maju.

Tokoh Herman dan Prof Rukayadi bukanlah tokoh fikif, mereka benar-benar tokoh riil yang ‘dipinjam’ jamal untuk menghidupkan novelnya ini. Herman adalah karakter dari Suhermanto Duliman yang kini bekerja di Nuclear Safeguards Inspector International Atomic Energy Agency (IAEA) di Wina Austria. Sedangkan Prof Rukayadi, adalah karakter dari Yaya Rukayadi, seorang microbilogist and carponist, dan penerima Seoul Honorary Citizenship, yang kini tinggal dan mengajar di Seoul Korea Selatan.

Apa yang diangkat oleh Jamal dalam novelnya kali ini, baik soal nuklir dan kiprah manusia indonesia di negara maju patutlah dihargai. Tak heran jika novel ini mendapat apresiasi yang baik dari Kusmayanto Kardiman, selaku Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Dalam endorsmentnya Menristek Kusmayanto menulis bahwa : “….buku ini mengasyikan untuk dibaca sampai tamat dan pembaca akan dapat banyak pelajaran dan kebanggan dari kisah kiprah anak-anak Indonesia yang berkarya nyata di luar negeri, khususnya Korea”.

@h_tanzil

1 comment:

Anonymous said...

saya sudah membaca beberapa buku Jamal, dan membaca riview ini membuat saya ingin membaca Dongmu, segera. Thanks pak

Unai