Saturday, November 03, 2007

Who Am I as A Parent


Judul : Who Am I as a Parent - Curhat Orang Tua
Penulis : Tisna Chandra
Penerbit : Serambi
Cetakan : I, Sept 2007
Tebal : 164 hlm

Menjadi orang tua adalah impian bagi setiap pasangan yang telah menikah. Ada yang mudah memperoleh anak, namun tak jarang ada pasangan yang perlu berusaha keras untuk memperoleh anak. Tak jarang pasangan ini rela mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya asal bisa melahirkan anak yang didambakannya. Namun ketika si buah hati telah hadir di tengah-tengah kita seberapa siapkah kita menjadi orang tua ?

Umumnya semua orang tua pada awalnya selalu merasa tahu, mampu bagaimana menumbuhkan, mengarahkan, dan mendidik anak mereka sendiri. Namun seiring berjalannya waktu dan semakin bertumbuhnya anak-anak kita, banyak persoalan yang timbul hingga akhirnya tak jarang kita merasa gagal dalam membesarkan anak-anak, atau kita merasa anak-anak kita tidak tumbuh sebagaimana yang kita inginkan. Ketika itulah kita baru benar-benar merasakan bahwa membesarkan anak tak semudah yang kita bayangkan.

Menjadi orang tua setelah menikah memang terjadi dengan sendirinya. Walau tak pernah sekolah sebagai orang tua, ketika anak-anak kita lahir tiba-tiba kita mendapat seftifikat sebagai orang tua. Kita langsung mendapat job desciption:”mendidik dan membesarkan anak”. Cukupkah ilmu kita untuk menghandel berbagai persoalan yang kita hadapi dengan anak-anak kita yang terus bertumbuh ? Apakah kita mampu mengatasi masalah dengan anak kita yang kadang muncul diluar prediksi kita?

Buku Who am I as a Parent karya Tisna Chandra, psikolog klinis yang banyak berkecimpung dalam dunia anak, remaja, dan keluarga ini mencoba mengajak kita untuk sedikit mundur untuk merenung, melihat kembali ke belakang siapa sebenarnya diri kita yang saat ini sudah berpredikat sebagai orang tua. Sudah siapkah kita menjadi orang tua, apa bekal yang kita butuhkan selain bekal materi?

Buku ini berisi 5 buah bab yang disusun secara sistematis, yang dimulai dari bab yang membangun kesadaran pembacanya bahwa Tidak ada Sekolah Menjadi Orang Tua. Setiap orang tua pastilah memiliki keinginan untuk membesarkan dan mendidik anak secara sempurna, tapi kenyataannya menjadi orang tua tidaklah sesederhana apa yang kita bayangkan sebelumnya. Kenapa? Karena kita tidak mempunyai pengalaman sebagai orang tua. Pengalaman kita sebelumya adalah menajdi seorang “anak”. Karenanya perlu learning by doing untuk belajar menjadi orang tua.

Di bab kedua yang diberi judul Who Am I, kita diajak melihat bahwa setiap orang berbeda dalam cara berpikir dan mengekspresikan diri. Demikian juga kita sebagai orang tua, masing-masing kita memiliki kekuarangan dan kelebihan dalam membesarkan anak-anak. Mengenali keunikan, kekuarangan dan kelebihan diri adalah langkah awal sebelum mendidik dan membesarkan anak. Demikian juga dengan anak-anak. Anak adalah sesuatu yang unik yang mungkin tidak sama sifatnya dengan kita. Karenanya dengan mengetahui keunikan kita sebagai oarang tua dan keuinikan anak kita, kita bisa tahu cara menghadapi anak-anak kita.

Setelah mengenali diri sendiri dan anak-anak kita, maka orang tua harus mampu melakukan Probing (menggali) dan Matching(mencocokkan/menyesuaikan) dimana kita harus berusaha mengenali dan menggali anak kita lebih dalam lagi. Berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangannya , potensi-potensinya, emosinya, dll dan berusaha mematchingkan, menyesuaikan, mencari tindakan dan pendidikan yang tepat bagi mereka.

Setelah melakukan probing dan matching, kita akan diajak masuk dalam bab selanjutnya yang diberi judul FASE (Fisik, Akademik, Sosial, Emosi), keempat formula tersebut harus kita persiapkan agar menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anak kita. Bagaimana kita bisa menjadi orang tua yang baik jika fisik kita tidak sehat, atau secara akademik kita tak tahu apa-apa sehingga tidak bisa membantu anak-anak kita untuk mengerjakan PR-nya. Orang tua juga harus memiliki relasi sosial yang baik dengan lingkungannya agar bisa menjadi contoh pada anak bagaimana bersosialisasi. Selain itu orang tua juga dituntut untuk mampu mengontrol emosi ketika berhadapan dengan anak-anak, terlebih jika kita sedang menghadapi amsalah dengan anak-anak kita.

Di Bab terakhir pembaca akan disadarkan bahwa setiap orang tua memiliki harapan terhadap anaknya, anak memiliki harapan terhadap dirinya. Apabila harapan orang tua terhadap anaknya, harapan anak terhadap dirinya dan kapasitasnya bersinergi maka harapan itu akan menjadi kekuatan yang dapat mendorong anak untuk mengaktualisasikan kapasitasnya seoptimal mungkin.

Sesuai dengan sub judul buku ini yang dituliskan sebagai “Curhat Orang Tua”. Buku ini memuat puluhan surat curhat para orang tua, termasuk juga curhat anak-anak tentang orang tuanya. Dari curhat-curhat itulah Tisna Chandra mendasari semua pembahasan dalam buku ini. Karenanya semua kasus dan pembahasan dalam buku ini tidaklah mengada-ngada, semuanya sangat dekat dengan keseharian kita. Sangat mungkin apa yang dialami oleh para orang tua melalui curhat-curhatnya di buku ini juga meruapakan masalah yang kita hadapi.

Jalan keluar dan bahasan yang disampaikan oleh Tisna Chandra juga sangat realistis dan praktis. Tisna tak berkutat di landasan-landasan teoritis ilmu psikologis melainkan langsung membahasnya secara praktis, mudah dimengerti dan memberi kita insight akan peran kita sebagai orang tua. Pengalaman Tisna Chandra sebagai psikiater, trainer workshop parenting dan pengasuh rubrik psikologi di tabloid Nakita juga tampaknya membuat contoh-contoh kasus dalam buku ini sangat beragam dan hampir dipastikan mewakili juga kasus-kasus yang sedang dihadapi pembaca buku ini.

Selain contoh kasus, dan pembahasan, buku ini juga menyediakan bahan-bahan untuk refleksi, latihan dan tips yang bisa diisi oleh pembaca guna mempermudah kita untuk membentuk sienrgi yang kuat dan positif dengan anak kita.

Akhirnya buku yang sangat baik untuk dibaca oleh mereka yang telah menjadi orang tua atau mereka yang akan menjadi orang tua ini, pada akhirnya akan mengajak kita merenung. Siapkah kita menjadi orang tua ?, dan apa yang harus kita lakukan untuk menuntun dan membesakan anak-anak kita agar kelak anak-anak kita dapat tumbuh secara sempurna seusai dengan apa yang kita doakan dan impikan selama ini.

@h_tanzil

No comments: