No. 150
Judul : Petualangan Tintin – Si Kuping Belah
Penulis : Herge
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : April 2008
Tebal : 64 hal ; 22cm
Harga : Rp. 40.000,-
Begitu terdengar berita kalau komik Tintin akan dicetak ulang oleh Gramedia, saya langsung bersorak kegirangan!. Bagaimana tidak, komik Tintin merupakan komik favorit saya semasa SMP yang waktu itu masih diterbitkan oleh Penerbit Indira. Komik Tintin yang dilukis dengan garis-garis yang bersih, warna yang cerah, dan cerita yang seru serta lucu membuat saya selalu melahap habis setiap judul seri tintin yang terbit.
Hanya saja, karena waktu itu belum punya uang sendiri, jadi sebagian besar Tintin yang saya baca adalah hasil pinjam di tempat persewaan buku. Saya sendiri hanya punya beberapa judul saja, itupun kini sudah hilang entah kemana dan hanya menyisakan satu judul (Rahasia Racham Merah).
Setiap pergi ke toko buku dan melihat Tintin terbitan Indira rasanya gatal untuk membelinya, namun keinginan itu selalu dikalahkan untuk membeli buku-buku lain, alasan lain karena saya merasa komik Tintin semakin mahal namun kualitas cetaknya semakin menurun. Tampaknya hal itu akibat dari musibah kebakaran di Penerbit Indira beberapa tahun yang lampau. Seluruh master plat Tintin ikut terbakar. Kabarnya agar dapat terbit ulang, Indira melakukan scan dari komik tintin yang telah dicetak. Itulah yang menyebabkan kualitas gambar tintin cetakan tahun 2005 terlihat kurang kinclong.
Bersyukur kini komik Tintin diterbitkan ulang oleh Gramedia yang tampaknya semakin serius menebitkan komik-komik bermutu. Karena kebaikan Gramedia yang rajin memberikan buntelan buku gratis untuk saya dan beberapa book bloger lainnya, saya kini memiliki 2 buah Tintin terbitan Gramedia yaitu Si Kuping Belah dan Tintin di Soviet. Karena saya baru membaca ulang si Kuping Belah, maka saya hanya akan mereview judul tersebut.
Dalam petualangannya kali ini, kita diajak berpetualangan mulai dari rumahnya sendiri di Belgia hingga ke pedalaman Amerika Selatan. Tintin tergugah untuk menyelidiki raibnya patung langka suku Arumbaya yang dipamerkan di museum Etnografi Belgia. Walau esoknya patung itu telah kembali berada di museum namun berkat pengamatan Tintin yang jeli, terbukti bahwa patung tersebut adalah palsu karena patung yang asli memiliki kuping yang belah.
Untuk memperoleh kembali patung tersebut Tintin menyeberang ke Amerika. Belum sampai di tujuan ia terjebak di Las Dopicos, ibukota Republik San Theodoros Amerika Selatan . Tintin terperangkap dalam kemelut revolusi antar penguasa di negara tersebut. Ia nyaris dihukum mati karena dituduh mata-mata dan menjual senjata pada pihak musuh. Hal ini tentu saja menghambat tujuan utamanya untuk memperoleh kembali patung asli suku arumbaya yang hilang.
Seperti biasa petualangan tintin selalu seru, tak terduga, dan dihiasi dengan adegan-adegan lucu yang membuat pembacanya terpingkal-pingkal. Begitupun dengan judul ini, walau tanpa kehadiran Kapten Haddock, dan hanya memunculkan Dupon & Dupont (Thomson & Thompson) di awal cerita, kelucuan petualangan tintin tetaplah terjaga.
Tintin Rasa Baru
Hingga tulisan ini dibuat Gramedia telah menerbitkan 6 buah judul tintin al :
1. Petualangan Tintin Wartawan "Le Petit Vingtieme" di Tanah Sovyet
2. Tintin di Congo
3. Tintin di Amerika
4. Cerutu Sang firaun
5. Lotus Biru
6. Si Kuping Belah
Tampaknya Gramedia menerbitkan judul-judul tersebut berdasarkan kronologis tintin edisi aslinya. Sudah tentu kehadiran Tintin terbitan GPU benar-benar disambut antusias para pecinta Tintin. Menurut sebuah sumber, keenam judul yang baru beredar satu bulan ini, semuanya telah mengalami cetak ulang dan tirasnya naik dari 5000 menjadi 7000 eks per judul. Kabarnya juga Laut Hitam dan Tongkat Ottokar akan terbit di bulan Mei ini.
Lalu apakah yang membedakan Tintin versi Indira dengan versi Gramedia ? Karena saya baru memiliki Tintin versi Gramedia yang berjudul Si Kuping Belah dan Tintin di Tanah Soviet. Maka perbandingan ini berdasarkan dua judul saja.
Secara format ukuran buku, jelas berbeda, jika Tintin terbitan Indira dicetak diatas kErtas HVS dengan ukuran majalah, maka Tintin versi Gramedia dicetak diatas kertas art paper / kunstruk dengan ukuran lebih kecil (15,5x22 cm) dengan tebal 64 halaman, (142 hal u/ tintin di Soviet).
Otomatis dengan mengecilnya ukuran bukunya, maka gambar-gambarnyapun ikut mengecil, hanya saja kini Tintin lebih ‘handy’ dan lebih mudah dibawa masuk kedalam tas dibanding terbitan Indira. Secara psikologis, dengan perubahan ukuran dan penggunaan kertas yang mengkilat membuat harga komik tintin yang dijual seharga Rp. 40.000,- terkesan relatif wajar.
Selain gambar, tentu saja huruf dalam box deskripsi dan huruf di balon percakapan menjadi mengecil. Yang terasa mengganggu adalah font huruf di balon percakapan. Selain kecil-kecil, jenis font yang menggunakan huruf italic membuat semakin sulit membacanya. Mungkin perlu dicarikan jenis huruf yang lain agar lebih ramah mata.
Karena kini Tintin diterjemahkan ulang, maka terlihat perbedaan kalimat dibanding terbitan Indira, terlebih dalam hal nama-nama tokoh-tokohnya. Untuk nama-nama tokoh-tokohnya, Gramedia setia pada nama asli yang tercantum di edisi aslinya yang berbahasa Perancis. Beberapa nama tokoh yang berubah antara lain :
- Snowy = Milo
- Thomson Thompson = Dupond & Dupont
- Calculus = Lakmus
Mungkin awalnya akan terasa mengagetkan dan janggal. Kita yang terlanjur akrab dengan sebutan snowy kini harus terbiasa dengan ‘milo’, begitupun dengan tokoh-tokoh lainnya. Dan yang membuat saya penasaran, adalah bagaimana Gramedia akan menerjemahkan umpatan terkenal kapten Haddock seperti , “Topan Badai!”, bagaimana terjemahan barunya? Kita lihat saja dan tunggu kemunculan Kapten Haddock di seri-seri Tintin yang akan diterbitkan.
Tampaknya seri Tintin dengan tampilan baru ini akan membuat seri petualangan Tintin yang pernah terkenal di indonesia di era 80-90an kembali memikat generasi baru pembacanya. Setelah lama menghilang dan hanya dapat dicari di beberapa tempat dan kios-kios buku bekas, kini Tintin yang telah diterjemahkan kedalam 40 bahasa dunia ini kembali bakal mudah diperoleh di toko-toko buku besar dan siap menjadi idola baru bagi pembaca komik bermutu.
Bisa dibilang Petualangan Tintin adalah tonggak bersejarah dalam dunia komik internasional.
Melalui kisah-kisah petualangan Tintin dan kawan-kawannya, kita bukan hanya diajak keliling dunia, tapi juga dibawa menelusuri sejarah serta politik sejak tahun 1940-an sampai 1980-an. Namun muatan sejarah dan politik itu tidaklah terkesan berat, malah bisa menjadi bacaan anak-anak yang sangat menarik karena disajikan dengan ringan dan selalu diselipi adegan-adegan lucu. Selain itu petualangan Tintin juga mengandung pesan moral yang sangat bermanfaat bagi anak-anak.
@h_tanzil
5 comments:
Memang, saya lihat terbitan barunya lebih kecil, jadi tidak enak dibaca. Kalo saya lebih baik beli buku lamanya, meskipun bekas...
Salam kenal Mas,
Sejak dulu saya tertarik dengan kisah2 Tintin tapi hanya sekedar cerita teman2.. gimana ya supanya bisa baca kisahnya
salam,Demis Egypt
Saya dulu suka nonton film tintin waktu masih kecil, seru. Tapi malah sampai sekarang belum pernah baca bukunya.
Wah, saya nge-fans sekali dengan komik dan film Tintin. Kebetulan saya mengoleksi VCD-nya, walau belum lengkap. Untuk komik, saya hanya baca di perpustakaan, sewaktu masih kecil.
Tetapi terus-terang saya baru tahu, kini komik Tintin dicetak ulang. Terima kasih atas infonya...
Kalo saya ga suka dgn terjemahan gramedia. Kesannya merwka penerjamah yg malas, kata2nya singkat2 tanpa ada penjabaran lebih
Post a Comment