Tuesday, June 02, 2009

Lelaki Tua dan Laut

Judul : Lelaki Tua dan Laut
Penulis : Ernest Hemingway
Penerjemah : Yuni Krsitianingsih P
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : 145 hal


Santiago, seorang lelaki tua penangkap ikan di arus teluk Meksiko sudah delapan puluh empat hari melaut namun sialnya selama itu ia tidak berhasil menangkap seekor ikanpun. Awalnya ia ditemani oleh seorang anak laki-laki bernama Manolin. Tetapi setelah empat puluh hari berlalu tanpa seekorpun ikan yang berhasil ditangkap, orang tua anak laki-laki itupun menyuruhnya untuk ikut pada perahu lain.

Walau tak ada yang menemaninya, lelaki tua itu tetap pergi melaut seorang diri, ia percaya bahwa di hari ke delapan puluh lima ia akan mendapatkan keberuntungan. Setelah dengan sabar menunggu, akhirnya keberuntungan itu memang datang, umpannya dimakan juga oleh seekor ikan marlin yang besar. Namun ikan itu tak menyerah begitu saja, alih-alih terseret oleh kail, ikan itu menyeret perahu yang ditumpangi lelaki tua sambil berputar-putar di sekeliling perahunya. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya, dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya dan kesabaran yang luar biasa ia menunggu ikan itu menyerah, naik ke permukaan sehingga ia dapat membunuhnya.

Kesabaran dan keuletannya harus dibayar dengan tangannya yang terluka dan kram karena harus terus menerus memegang tali pancing dan menahannya dengan punggungnya. Setelah berhari-hari menunggu akhirnya ikan itu menyerah dan menyembul ke permukaan , seketika itu juga ditengah kelelahannya lelaki tua itu berhasil mengait ikan besar itu ke pinggir perahu dan membunuhnya dengan besi tajam. Saking besarnya ikan tangkapannya yang panjangnya melebihi melebihi perahunya, lelaki tua itu membiarkan ikan itu tetap berada di air dengan mengikatkannya di sekitar perahunya sambil berlayar menuju pantai.

Sayangnya eforia keberhasilan si lelaki tua setelah berhasil menangkap ikan marlin besar hanyalah sesaat. Tak lama kemudian ikan itu menjadi incaran hiu-hiu yang terus berdatangan untuk menggerogotinya. Kini si lelaki tua kembali harus berjuang untuk membunuh dan mengusir ikan-ikan hiu itu guna menyelamatkan ikan tangkapannya yang telah ia peroleh dengan susah payah dan belum tentu semua orang yang seusianya dapat melakukannya.

Kisah diatas adalah sebuah novella terkenal karya penulis Amerika, Ernest Hemingway yang diberi judul The Old Man and The Sea. Karya ini telah menjadi salah satu karya klasik yang akan terus dibaca dan dimaknai karena pesan yang hendak disampaikannya adalah pesan yang universal yang tak akan hilang tergerus oleh perubahan zaman. The Old Man an the Sea adalah kisah mengenai persahaban dan pelajaran kehidupan yang dramatik dan inpirasional, kisah lelaki tua yang bersahaja yang mengajarkan kita akan kesabaharan, kekuatan hati, serta semangat yang tak pernah menyerah oleh keadaan.

Nilai persahabatan dalam novella ini terdiskripsi antara tokoh si lelaki tua dan ‘murid’ nya, seorang anak lelaki yang bernama Manolin. Walau kisah antara lelaki tua dan Manolin hanya muncul di awal dan di akhir kisah, namun aroma persahabatan akan terasa begitu lekat antara keduanya. Walau Manolin dilarang oleh kedua orang tuanya untuk berlayar karena reputasi Santiago yang buruk dalam hal menangkap ikan, Manolin tak lantas meniggalkan dan meremehkannya. Ia tetap melayani ‘guru’nya dan menyediakan semua keperluannya sebelum dan setelah si lelaki tua berlayar seorang diri.

Keteguhan dan semangat yang pantang menyerah dalam diri Santiago tergambar dengan jelas dalam novella ini. Sekalipun telah 84 hari berlayar dan tak mendapat seekorpun ikan sehingga dijuluki ‘salao’ yang artinya tersial dari yang sial, Santiago tak menyerah atau putus asa. Ia yakin bahwa masih ada keberuntungan yang akan ia peroleh di hari ke 85. Keyakinannya itu diwujudkan dengan berlayar seorang diri, padahal untuk ukuran lelaki setua dia pergi melaut sendiri tanpa ditemani seseorang yang lebih muda dan kuat adalah hal yang sangat berbahaya.

Sifat-sifat heroisme Santiago dan semangat yang tak pernah menyerah terlihat jelas ketika Hemingway mengisahkan dengan detail bagaimana si lelaki tua harus berjuang seorang diri untuk menaklukkan ikan tangkapannya dan juga usaha luar biasanya ketika ia menghalau hiu-hiu yang hendak menggerogoti ikan tangkapannya.

Kisah Santiago, si lelaki tua ini memang sangat-sangat menarik. Hemingway tampaknya berhasil menggambarkan kisah perjuangan si lelaki tua dengan begitu hidup, detail dan dramatis. Pegalaman Hemingway yang juga gemar memancing di laut dan ketrampilan menulisnya yang terasah saat menjadi jurnalis tampaknya turut memberi andil dalam menghidupkan karyanya ini dengan memberikan gambaran secara detail saat si lelaki tua berjuang untuk menaklukkan tangkapannya.

Karya ini juga muncul di saat yang tepat dimana ketika itu masyarakat dunia khususnya Amerika tengah dilanda pesimisme, kegetiran, putus asa, dan ketakutan sebagai akibat dari Perang Dunia II, karenanya kisah Santiago yang hadir dalam sosok yang optimis dan pantang menyerah terhadap tantangan dan keadaan yang dihadapinya ini menginspirasi pembacanya untuk bangkit dari kegetiran dan keputusasaan.

Hal itulah yang turut membeli andil kesuksesan novella ini yang dalamw aktu singkat segera merebut hati pembacanya. Ketika kisah ini pertama kali muncul dalam majalah Life edisi I September 1952, hanya dalam dua hari saja 5.3 juta ekslempar majalah ini ludes terjual. Pada 8 Setember 1952 novella ini diterbitkan dalam bentuk buku oleh pernerbit Charles Scribner’s Sons. Dan karya ini merupakan karya fiksi terakhir yang dihasilkan Hemingway dan diterbitkan sewaktu ia masih hidup.

The Old Man and The Sea memang merupakan mahakarya dari Hemingway yang paling banyak mendapat apresiasi positif dari pembacanya di berbagai Negara, hal ini terbukti dengan diterjemahkannya karya ini ke dalam berbagai bahasa dunia. Berbagai penghargaan telah diraih novella ini, antara lain sebagai pemenang Pulitzer Prize tahun 1953 untuk kategori fiksi. Pada tahun yang sama karya ini juga memperoleh Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters. Dan puncaknya adalah karya ini juga yang mengantar Ernest Hemingway untuk memperoleh perhargaan Nobel Sastra 1954 untuk keahlian luar biasanya pada seni narasi, yang terakhir didemonstrasikan dalam The Old Man and The Sea, dan untuk pengaruh yang telah dihasilkannya atas gaya kontemporer.

Di Indonesia karya ini telah tiga kali diterjemahkan, pertama kali oleh sastrawan senior Sapardi Djoko Damano yang bukunya diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1973. Pada April 2008 penerbit asal Surabaya Selasar Publishing menerbitkan terjemahan The Old Man and The Sea. Kemudian pada Mei 2009 ini karya ini kembali diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Serambi. Bagaimana mungkin copyright untuk novel yang belum habis masa right-nya ini bisa diterbitkan oleh tiga penerbit yang berbeda ?

Berdasarkan informasi yang saya tanyakan langsung pada Penerbit Serambi, dengan tegas Serambi menyatakan bahwa right untuk terjemahan novella ini saat ini dipegang oleh Serambi karena hak right yang sebelumnya diperoleh Pustaka Jaya telah lama habis dan tidak diperpanjang lagi. Lalu bagaimana dengan Selasar Publishing yang akhir-akhir ini rajin menerbitkan karya-karya Hemingway? Silahkan pembaca menyimpulkannya sendiri.

Lalu bagaimana kualitas terjemahan dari ketiga penerbit di atas? Karena saya baru membaca terjemahan Sapardi DD (Pustaka Jaya) dan Yuni Kristianingsih (Serambi) saya rasa kedua-duanya sama baiknya, hanya saja karena ada perbedaan waktu terjemahan lebih dari 30 tahun, maka terjemahan Yuni tampak lebih segar karena menggunakan frasa-frasa yang umum digunakan saat ini.

Satu hal yang menarik di edisi Serambi adalah tampilan covernya yang menggunakan karikatur yang menarik dan lebih berwarna dibanding dua penerbit terdahulu (Pustaka Jaya dan Selasar). Selain itu di edisi Serambi juga menyajikan beberapa buah foto Hemingway dalam berbagai pose yang menarik, antara lain ketika ia bersalaman dengan pemimpin Cuba yang juga sahabatnya, Fidel Castro, dan pose saat ia bersanding dengan ikan marlin tangkapannya.

@h_tanzil

8 comments:

Sinta Nisfuanna said...

wow...gak nyangka nih buku dalem banget. sering liat tapi selalu ragu buat beli, tapi sepertinya buku ini akan jadi sasaran bulan ini. Makasih pak tanzil ^^

inoneter said...

penaaransama ni buku...

Unknown said...

menarik nih sepertinya. terima kasih pak udah sharing.

Latuminggi said...

wah, kmaren dah liat2 nih buku..
thx mas bwt reviewnya.. :D

Nulani Sapiie said...

Selamat ! Anda mngisahkannya dengan sangat sangat asyik, font-nya diganti pula. Lebih enak dibaca, dan pastinya perlu.

Babas said...

cerita tentang lelaki tua dan laut juga pernah di tampilkan di televisi,,, sangat mengharukan dan menambah spirit untuk terus berjuang menghadapi hidup dengan penuh optimis.

Anna Elissa said...

Ini memang buku yang bagus. Akhirnya penerbit Indonesia menerjemahkan karya2 sastra dunia semacam ini. Memang banyak buku2 yang kecil imut2 tapi isinya ternyata "daleeemm". Hehehe.

Keep reading yah Pak! Salam dari sesama kutu buku :)

Dominite Santos Kamberek said...

woooww,, kisah yang hebat ... pasti di sering dalam film EQuilazert,Di aktion olehh aktor D.Wangshinton