Tuesday, August 18, 2009

Gaul Jadul - Biar Memble Asal Kece

Judul : Gaul Jadul - Biar Memble Asal Kece
Penulis : Q Baihaqi
Penerbit : Gagas Media
Cetakan I, 2009
Tebal : 277 hlm

“Zona 80… masih ada! “, Demikian slogan yang selalu diteriakkan para penonton pada acara zona 80, sebuah program musik plus talkshow di Metro TV yang mencoba mengangkat kembali berbagai musik, penyanyi, gaya hidup, trend, sampai peristiwa-peristiwa yang populer di era 80an. Seperti slogan di atas, walau telah dua dekade terlalui , era 80an masih ada dalam kenangan kita, berbagai peristiwa dan gaya hidup 80an selalu menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan dan dimunculkan kembali dalam berbagai bentuk.

Selain acara TV Zona 80 yang hingga kini masih terus ditayangkan dan digemari oleh penontonnya, di stasiun TV yang sama kini muncul acara “Legendary Album” yang memutar kembali video klip lagu-lagu yang pernah jaya di era 80an. Selain dalam bentuk acara TV, era 80an juga dikenang dalam berbagai cara. Dalam ranah musik tanah air tentunya kita masih ingat group music Club Eighties yang mencoba mempopulerkan kembali langgam gaya tahun 80-an, sayang group ini kini lama tak muncul di panggung musik.

Di ruang cyber, pada tahun 2005 dibuatlah blog lapanpuluhan (http://lapanpuluhan.blogspot.com) yang mencoba memunculkan kembali berbagai peristiwa dan gaya hidup 80an. Blog ini mendapat respon yang sangat baik dari pembacanya, per-harinya blog ini di’klik’ sebanyak 250-500 kali!. Blog ini pula yang mendorong lahirnya sebuah milis di tahun 2006 yang diberi nama milis ‘lapanpuluhan’ yang hingga kini masih eksis dan telah beranggotakan 3861 member.

Kepopuleran blog dan milis 80an dan antusiasme masyarakat akan era 80 an inilah yang akhirnya menarik minat penerbit Gagas Media untuk membukukan tulisan-tulisan yang ada di blog tersebut sehingga terbitlah sebuah buku yang mengangkat berbagai fenomena 80an yang diberinya judul “Gaul Jadul – Biar Memble asal Kece.

Buku Gaul jadul ini dibagi dalam 6 bagian besar berdasarkan kategorinya yaitu : Serial TV, Musik, Dunia Anak-anak, Film, Buku dan Majalah, dan Sukseskan. Masing-masing bab terdiri dari 2 hingga 5 tulisan, sehingga buku setebal 277 halaman ini berisi 19 tulisan plus 6 tulisan pengantar antar bab yang membahas berbagai icon dan gaya hidup 80an.

Di bagian serial TV pembaca akan diajak mengenang film seri TV buatan lokal dan luar negeri yang ditayangkan TVRI di era 80an yaitu drama seri Rumah Masa Depan, Little House on The Praire, The A Team, Isaura, dan Little Missy. Di bagian musik kita diajak untuk melantunkan kembali Madu dan Racun, Kokoro No Tomo, dan mengenal artis-artis JK Records. Berbagai jenis permainan dan jajanan era 80an seperti Game Watch, Kwartet, permen Chelsea, Cocorico, dan lain-lain hadir kembali dalam imajinasi kita ketika kita membaca bagian Dunia Anak-anak di buku ini.

Di bagian film, dibahas mengenai FFI, film-film horror yang dibintangi Suzanna, film Nagabonar, dan film Catatan si Boy yang merupakan icon anak muda 80an. Bagi para kutu buku, buku-buku Lima Sekawan dan Trio Detektif tentunya merupakan bacaan wajib yang tak boleh terlewatkan. Dan di bagian akhir, buku ini juga membahas mengenai program pemerintah di tahun 80an yaitu wajib belajar dan senam SKJ yang musik pengiringnya masih terngiang-ngiang sampai sekarang.

Sama seperti yang tersaji dalam blog-nya, kesemua tulisan di atas tersaji dengan gaya yang nyantai dan diselingi juga dengan celetukan-celetukan lucu dari penulisnya sehingga membuat kita tertawa-tertawa seolah sedang ngobrol santai dengan seorang teman mengenai fenomena 80an. Hal ini pula yang membuat pembaca betah melahap semua tulisan yang ada dalam buku ini dalam sekali duduk saja. Namun walau terkesan nyantai, bahasan dalam buku ini bisa dibilang cukup lengkap dan detail. Tampaknya penulis tidak asal menulis berdasarkan memori semata melainkan melakukan riset yang cukup memadai sebelum membuat tulisan-tulisannnya.

Ketika membahas mengenai film, penulis mengurai lengkap dengan beberapa synopsis, dan keterangan tentang pemain-pemainnya. Ketika membahas mengenai FFI tersaji daftar lengkap susunan pemenang dari tahun 1980-1991 termasuk rekapnya seperti artis-aktor yang pernah mendapat dua piala citra, film-film yang nyaris menyapu bersih piala Citra, dan beberapa keunikan-keunikan lainnya. Di bagian musik ada juga teks lengkap beberapa lagu, sedangkan di bagian akhir buku ini ada pula gambar dan deskripsi gerakan SKJ.

Selain mengaduk-ngaduk kenangan kita akan era 80an, sebagian pembaca juga mungkin akan menemukan hal-hal yang baru diketahuinya , misalnya lagu Madu dan Racun itu sebetulnya diciptakan dan pertama kali dipopulerkan pada tahun 1975-an oleh Vocal Group Prambors dengan judul “Bingung”. Lagu yang diciptakan oleh Sidosa ini lalu dipopulerkan kembali dengan judul baru (Madu & Racun) yang dinyanyikan oleh pengarangnya yang berganti nama menjadi Arie Wibowo bersama groupnya Bill & Board.

Selain itu mungkin tak banyak yang menyadari bahwa seri Trio Detektif itu bukanlah karya sutradara besar Hollywood yang piawai membesut kisah-kisah misteri, Alfred Hitcock. Walau dalam setiap cover bukunya selalu menampilkan logo dan nama Alfred Hircock, namun ia hanya menjadi cameo diseri novel detektif tersebut, sedangkan nama penulisnya yang secara bergantian ditulis oleh empat orang pengarang hanya tertera di halaman dalam novel-novelnya.

Masih banyak hal-hal menarik yang mengaduk-ngaduk kenangan era 80an di buku ini. Lalu apakah semuai isi di buku ini sama dengan apa yang ada di blog lapanpuluhan? Karena media blog dan buku merupakan hal yang berbeda, maka tentunya tak semua tulisan dan materi yang ada dalam buku ini sama persis dengan apa yang ada dalam blog. Tentunya apa yang dalam buku lebih lengkap dan detail dibanding di blog. Bahkan ada beberapa tulisan baru yang tidak akan ditemui di blognya.

Selain itu buku ini juga hanya memuat tulisan-tulisan yang dibuat oleh salah satu kontributor sekaligus pendiri blog ini yaitu Baihaqi. Jadi memang tak semua tulisan di blog lapanpuluhan akan muncul di buku ini seperti serial si Unyil, Oshin, trend fashion, sandiwara radio, dll. Pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak pembaca buku ini yang juga pengunjung blognya adalah : “Kenapa buku ini hanya memuat tulisan-tulisan Baihaqi saja ?”. Sayangnya di buku ini baik penulis maupun penerbit tak memberikan keterangan yang memadai atas pertanyaan ini.

Yang juga patut disayangkan dalam buku ini adalah minimnya penyajian foto-foto, padahal dengan semakin banyaknya foto maka memori pembaca akan lebih tergali lagi. Selain itu buku ini juga tak menyertakan “Kata Pengantar” seperti lazimnya yang terdapat dalam buku-buku kumpulan tulisan. Padahal dalam kata pengantar penulis atau penerbit bisa menjelaskan ‘sejarah’ terbitnya buku ini, darimana sumber tulisannya, mengapa ada beberapa icon 80an yang tidak muncul dalam buku ini, dan lainnya. Semua itu tak dijelaskan sedikitpun dalam buku ini, sehingga pembaca yang tidak mengetahui blog lapanpuluhan tak akan mengetahui kalau buku ini bersumber dari blog tersebut.

Alangkah baiknya juga jika dalam buku ini ada kata pengantar yang ditulis oleh salah satu tokoh 80an atau pengamat kebudayaan yang gaul yang bisa memberikan sedikit tambahan wawasan pada pembacanya mengenai fenomena 80an secara ringan dan nyantai. Sayang semua itu tak ada dalam buku ini.

Terlepas dari hal di atas, buku ini sangat menarik untuk membuka kembali album lama kita di era 80an. Tidak hanya sekedar untuk bernostalgia, tentunya ada banyak hal-hal positif yang bisa diambil dalam buku ini. Dan yang harus diingat, mungkin saja buku ini merupakan satu-satunya buku non fiksi yang membahas berbagai fenomena era 80an di Indonesia secara khusus. Yang pasti, buku ini sangat berjasa karena telah mendokumentasikan dan mengabadikan berbagai hal yang pernah menjadi trend, icon, kebijakan pemerintah, yang pernah terjadi di era 80an.

@h_tanzil

3 comments:

Q said...

trima kasih udah panjang lebar mereview buku ini :D

memang masih banyak kekurangan, dan masih banyak hal yang belum dibahas di buku ini.

mengenai foto. sebenarnya cukup banyak foto yang saya kirim ke penerbit untuk melengkapi buku ini. tapi yang berkuasa penuh ya editor dan penerbit, sehingga cuma segitu saja yang ditampilkan. :(

mengenai kata pengantar. ya, saya sendiri juga merasa ada yang hilang karena tidak ada basa-basi di bagian awal untuk menjelaskan latar belakang penyusunan buku ini. sudah saya tawarkan untuk memberi tambahan kata pengantar, tapi diabaikan oleh editornya :( mungkin karena sudah terlalu mepet dengan jadwal cetak

sekali lagi terima kasih buat masukannya :D

toko buku online said...

boleh juga nih dipajang di toko buku online kami. Distributornya dimana ya?

seno said...

wah nostalgia yang mengasyikan apabila membaca artikel ini??