Judul : Ciri Perancangan Kota Bandung
Penulis : Djefry W. Dana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, 1990
Tebal : 143 hlm
Menceritakan kota Bandung yang saat ini berusia 101 tahun seakan tak ada habisnya, ada banyak sisi-sisi menarik dari sebuah kota yang sempat dijuluki Parijs van Java di tahun 1930-an ini. Kini julukan itu tinggal kenangan karena Bandung semakin tidak mirip dengan Paris dan dan kini sudah bermertamorfosis dari kota indah bergaya Eropa menjadi kota wisata Belanja dan kuliner yang selalu macet di setiap akhir pekan.
Sebutan bisa berubah namun ciri khas kota Bandung dengan karakter visual khas berupa bangunan-bangunan tuanya yang artistik dan memiliki nilai arsitektur tinggi tetap menjadi salah satu icon Bandung yang masih bisa kita nikmati hingga kini. Walaupun sebagian dari bangunan-bangunan tua itu sudah sudah berganti wajah namun hingga kini masih banyak bangunan-bangunan tua yang masih tegak berdiri dengan anggunnya. Bandung Heritage, sebuah paguyuban yang dibentuk untuk melestarikan bangunan-bangunan tua dan budaya Bandung mencatat ada 100 bangunan tua yang kini dijadikan cagar budaya untuk dijaga kelekstariannya.
Menurut Djefry W Dana, seorang arsitektur ITB yang mendalami bidang Perancangan Kota dalam bukunya yang terbit 11 tahun yang lampau berjudul Ciri Perancangan Kota Bandung (Gramedia, 1990) menyatakan bahwa Bandung adalah kota yang pada awalnya direncanakan dengan baik, terutama pada perwujudan ruang kota maupun bentuk-bentuk bangunan yang menarik sehingga tidak mengherankan kalau Bandung merupakan suatu ‘Intelegent City’ yang dapat dipakai sebagai laboratorium bagi para arsitek maupun perancang kota.
Dalam buku Ciri Perancangan Kota Bandung ini penulis mengajak pembacanya menikmati serta memahami maksud yang terkandung dibalik keindahan visual bangunan-bangunan tua dan topografi kota Bandung sehingga melalui buku ini pembaca diharapkan dapat menciptakan suatu pemahaman mengenai arti perancangan sebuah kota.
Dua bab pertama buku ini membahas mengenai mengenai pemahaman, fungi, penampilan wajah, dan identitas kota secara umum yang kemudian dilanjutkan dengan sejarah kota Bandung mulai dari kisah legenda Sangkuriang yang menjadi cikal bakal terbentuknya danau Bandung, asal mula terbentuknya daratan Bandung secara geologis, hingga berdirinya kota Bandung atas perintah Gubernur Jenderal Herman William Daendels pada tanggal 25 Mei 1810.
Di bab selanjutnya barulah secara berturut-turut dibahas ciri khas perancangan kota Bandung melalui penelaahan bangunan-bangunan tua yang hingga kini masih tegak berdiri. Di sini penulis antara lain membahas bangunan-bangunan tua yang sengaja dibangun lebih mundur (set back) daripada bangunan di sekitarnya agar dapat memberikan keleluasaan kepada pengamatnya untuk menikmati keindahan bangunan secara menyeluruh.Misalnya Gedung Sate, gedung Biofarma - Pasteur
Gedung Bio Farma di Jln. Pasteur
Buku ini juga membahas kekhasan bangunan-bangunan yang berada di persimpangan jalan dan sudut jalan, termasuk bangunan kembar yang befungsi sebagai penanda atau gerbang sebuah kawasan tertentu. Selain itu dibahas juga aneka perlengkapan kota seperti lampu-lampu hias, pot bunga, air mancur, patung, jam, dan monumen yang didirikan di Bandung untuk mempercantik penampilan wajah kota.
Gd. Bala Keselamatan
(persimpangan Jln Sumatera - Jawa)
Villa Isola karya Prof. CP. Schoemaker
Jl. Dr. Setiabudhi
Jalan sebagai sarana penting untuk mobilisasi penduduk kota juga dibahas dalam buku ini. Keberadaan lorong jalan dengan pohon-pohon di tiap sisinya juga tak luput dari pengamatan penulis termasuk ruang terbuka berupa taman kota yang dirancang secara serius, tidak hanya untuk menciptakan kenyamanan bagi penduduknya melainkan juga sebagai sebuah perwujudan karakter visual khas sebuah kota.
Walau kesemua bahasan dalam buku ini kental dengan nuansa arsitektur dan perencanaan kota namun penulis menyajikannya dalam kalimat-kalimat yang mudah dimengerti oleh pembaca awam sekalipun. Dengan membaca buku ini kita seakan diajak menyusuri jalan-jalan di kota Bandung sambil menikmati keberadaan bangunan-bangunan tua dengan citarasa arsitektur yang tinggi.
Keberadaan foto-foto bangunan yang tajam dengan angle yang pas juga memudahkan pembacanya untuk lebih memahami isi dari tiap bahasannya sambil menikmati keindahan visual dari bangunan, monumen, dan taman di kota Bandung sehingga apa yang mungkin selama ini luput dari pengamatan kita akan terungkap jelas di buku buku setebal 140 halaman ini.
Walau buku ini terbit 11 tahun yang lampau namun buku ini masih sangat relevan dibaca di masa kini karena hampir semua bangunan-bangunan, jalan, dan taman yang dibahas masih ada walau mungkin wajah dan lingkungan sekitarnya sudah ada yang berubah. Jika saat ini kita tidak melihat Bandung sebagai kota yang memiliki karakter visual yang menarik dan khas seperti yang dibahas dalam buku ini maka ada yang salah dalam proses perkembangaan kota ini.
Kota Bandung yang pada awalnya dirancang dan dibangun dengan konsep-konsep yang mengacu pada fungi kenyamanan sebuah kota dengan nilai estetika yang indah kini berubah menjadi kota yang semrawut. Di jam-jam sibuk dan tiap akhir pecan kemacetan terjadi di hampir seluruh ruas jalan utama. Factory outlet , mall, dan hotel-hotel tumbuh cepat bagai jamur di musim hujan sehingga merubah wajah kota menjadi tak lagi indah dan nyaman. Lalu dimana kita bisa melihat wajah kota Bandung yang indah itu? Oh, itu hanya bisa kita lihat di album foto-foto lama dan di buku-buku tentang Bandoeng Tempo Doeloe.
@htanzil
Buku langka ini saya peroleh dari TB Onlen Lawang Buku Beranda
7 comments:
bukunya masih ada gak ya kira"?
iya nih pengen baca ini buku
bagus banget ini buku keliatanya
saya juga sudah baca bukunya.. amat menarik untuk mengkaji arsitektur
keren yah Om, gedung-gedung tua nya
I was very encouraged to find this site.I wanted to thank you for this special read. I definitely savored every little bit of it and I have you bookmarked to check out new stuff you post.
bikin penasaran ya kalo soal beginian pengen beli nih
Post a Comment