PLAYING "GOD"
[No. 287 ]
Judul : Playing "God"
Penulis : Rully Roesli
Penerbit : Qanita
Cetakan : I, Januari 2012
Tebal : 198 hlm
My Rating 4,5 of 5
Apa jadinya kalau kita diharuskan membuat sebuah keputusan yang berakibat langsung pada hidup dan mati seseorang? Tentunya ini bukan hal yang mudah, bisa saja keputusan yang kita ambil itu salah sehingga hal ini akan terus menghantui kehidupan kita. Hal ini pula yang dialami oleh dr. Rully Roesli, seorang dokter ahli ginjal yang bekerja di Rumah Sakit Khusus ginjal (RSKG) H.A.A. Habibie – Bandung, setiap minggu ia bersama staffnya harus memilih pasien mana yang berhak mendapat jatah pengobatan gratis.
“Setiap Jumat, aku dan
para staff rapat untuk menetukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan
biaya cuci darah. Seperti gladiator di Roma, kami menentukan hidup dan mati
pasien. Yang paling banyak mendapat suaralah yang akan mendapat bantuan. Bila tidak?
Dia mungkin akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan”
Bagi dr. Rully Roesli apa yang dilakukannya bersama para staffnya itu disebut dengan Playing "God” sebuah tindakan yang membuat dirinya bertindak
seolah “Tuhan”. Hal ini pula yang menjadi pergulatan batin dan kegelisahannya
selama ia menjadi dokter, semuanya itu ia tuangkan dalam buku yang ia beri
judul “Playing God”. Sebuah pilihan judul yang cerdas yang pastinya membuat
penasaran pembacanya.
Buku Playing "God" yang ditulis sendiri oleh dokter Roesli
dengan gaya personal ini berisi 21 kisah pengalaman dirinya ketika ia berpraktek sebagai dokter. Ke 21
kisah kontempelatif ini dibagi dalam lima topik utama. Topik pertama
adalah Playing “God” saat seseorang membuat keputusan penting yang bisa
mempengaruhi kehidupan orang lain. Kedua Playing “God”, ketika seseorang
membuat keputusan penting yang bisa mempengaruhi kehidupan dirinya sendiri.
Ketiga, Playing “God”, saat Tuhan telah mengambil kembali hak prerogatif seseorang
untuk mengambil keputusan penting yang bisa mempengaruhi kehidupan orang lain
atau dirinya sendiri. Keempat, Playing “God”, saat kita diajak mengenal sosok
seorang dokter, dan terakhir, Playing “God” saat kita menghadapi akhir
kehidupan.
Buku ini menyuguhkan banyak kisah yang menarik, karena ditulis oleh
seorang dokter maka istilah-istilah medis kedokteran menjadi tak terhindarkan, namun jangan khawatir
semua istilah itu akan dijelaskan dalam kalimat-kalimat sederhana yang mudah
dimengerti oleh siapapun sehingga memperkaya wawasan kita dalam hal medis.
Salah satunya adalah tentang Euthanasia
yang berarti membiarkan seorang pasien meninggal dengan sengaja dimana
tindakan ini diambil pada pasien yang tidak memiliki harapan hidup. Di buku ini
dikemukakan secara rinci definisi beserta kasus-kasus yang terjadi termasuk
euthenesia di Indonesia.
Namun selain Euthenesia ternyata ada pula yang disebut
Euthanasicon, pengertiannya hampir sama namun yang membedakan adalah penyebab
utamanya bukanlah beratnya penyakit melainkan situasi keluarga dan
ekonomi. Jika demikian sebenarnya jenis
euthenesia jenis inilah yang mungkin paling banyak terjadi di Indonesia
“Sebenarnya, banyak
sekali praktik euthanasicon di Indonesia. Berapa ribu pasien yang dibawa pulang
paksa dari rumah sakit, karena kekurangan biaya? Berapa ribu pasien, yang
seharusnya dioperasi jantung tidak melakukannya karena kekurangan dana? Berapa
ribu pasien penderita kanker yang tidak mendapat pengobatan gara-gara tidak ada
biaya… Banyak sekali pasien yang
mengalami etuhanasicon! “(hal 59)
Melihat keadaan ini dokter Rully mencoba mengaitkannya dengan
potensi Zakat yang seharusnya bisa dimaksimalkan pengumpulannya agar dapat membantu
pasien-pasien penyakit kritis agar tidak terjadi lagi praktek euthanasicon.
“Indonesia adalah
negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Asian Development
Bank (ADB) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membuat kajian bahwa potensi
pengumpulan zakat di Indonesia dapat mencapai 217 triliun. Kenyataan dana zakat
yang terkumpul pada 2007 adalah Rp. 850 milyar!
Indonesia telah
memiliki UU No. 17 Tahun 2000 tentang
pengelolaan zakat. Namun faktanya belum mampu mengubah kesadaran masyarakat
mampu untuk berzakat. Berbeda dengan
Malaysia . Meski sama sekali belum memiliki UU yang mangatur masalah zakat,
mereka telah mampu menfaatkan zakat sebagai sumber kesejahteraan masyarakat”
(hal 630)
Dari beberapa tulisan yang ada dalam buku ini terlihat
memang penulis memiliki kepedulian sosial yang sangat tinggi. Tingginya
kedudukan yang ia peroleh dan keahliannya dalam bidang medis tak membuat ia
sombong, penulis bahkan pernah membantu pasiennya yang kurang beruntung untuk
mendapat pengobatan gratis walaupun untuk itu ia harus melakukan
kebohongan-kebohongan kecil yang mungkin saja bisa mengancam reputasinya sebagai seorang dokter jika
sampai ketahuan.
Dari seluruh kisah yang ditulisnya, penulis juga banyak
menyelipkan nilai-nilai religi dalam tiap kisahnya.
Pengetahuan medis tak membuat ia lupa akan kemahakuasaan Tuhan sebagai sang
penyembuh. Dalam kisah berjudul “Apakah Keajaiban itu Ada” terlihat bahwa
penulis mempercayai ada kekuatan adikodrati yang berperan dalam proses
kesembuhan si pasien yang pernah ia alami saat menangani pasien kanker hati
yang sembuh karena doa dari ibunya.
Masih di bagian ini
pula penulis menambahkan bukti ilmiah atas kekuatan doa berupa hasil survey yang
dilakukan oleh British Medical Journal tahun 2001 yang meneliti 3.393 pasien
dengan infeksi aliran darah yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama
diberi obat ditambah intervensi doa dan kelompok kedua diberi obat tanpa
intervensi doa. Hasilnya kelompok pertama mengalami lama demam yang lebih singkat dan tingkat
kematian yang lebih rendah dibanding kelomok pertama.
Selain itu ada juga kisah tentang orang-orang yang berhasil bertahan berkat uluran tangan Tuhan. Mereka adalah orang-orang sakit yang bertekad untuk bertahan walau tanpa bantuan siapapun. Atau ada pula disinggung kisah orang-orang terkenal yang walau dalam tubuh sakitnya dia tetap berprestasi dan mengabdi pada bangsanya. Hal ini tentunya mengajarkan sekaligus membekali kita untuk tidak menyerah dan memiliki semangat untuk sembuh yang tinggi saat kita didera penyakit kronis
Selain itu ada juga kisah tentang orang-orang yang berhasil bertahan berkat uluran tangan Tuhan. Mereka adalah orang-orang sakit yang bertekad untuk bertahan walau tanpa bantuan siapapun. Atau ada pula disinggung kisah orang-orang terkenal yang walau dalam tubuh sakitnya dia tetap berprestasi dan mengabdi pada bangsanya. Hal ini tentunya mengajarkan sekaligus membekali kita untuk tidak menyerah dan memiliki semangat untuk sembuh yang tinggi saat kita didera penyakit kronis
Selain soal medis, perenungan, dan nilai-nial religi buku
ini juga menghadirkan sosok dokter sebagai manusia biasa, di bagian ini akan
terlihat bagaimana sebenarnya seorang dokter mengalami keterbatasan. Dokter juga merasakan kekuatiran dan kebingungan yang sama seperti kita ketika kita
atau orang yang kita sayangi menderita sakit yang parah. Hal ini terungkap dalam salah satu kisahnya ketika penulis berusaha menyembuhkan adik kandungnya sendiri, seniman mbeling Harry Roesli, dimana ia tampak begitu
kecewa karena sebagai dokter ia tak
mampu menyembuhkan adiknya sendiri. Bab ini terlihat sangat personal dan
menjadi kisah yang paling panjang dari seluruh kisah yang ada.
Dengan semua kisah-kisahnya yang inspiratif pada intinya, saya setuju dengan endorsment dari DR. Aam Amiruddin, M.SI yang mengatakan buku ini adalah buku yang
"Sangat inspiratif yang dibingkai dalam logika ilmiah yang mudah dicerna dan dipupuk dengan nilai-nilai spiritual, dan dihiasi kearifan penulis yang tajam"
Tak ada kritik untuk buku ini, bagi saya pribadi kisah-kisah dalam buku ini menyadarkan akan banyak hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan oleh kita bahwa banyak orang, lembaga, bahkan mungkin diri kita sendiri ternyata kerap melakukan atau menjadi korban Playing “God”
"Sangat inspiratif yang dibingkai dalam logika ilmiah yang mudah dicerna dan dipupuk dengan nilai-nilai spiritual, dan dihiasi kearifan penulis yang tajam"
Tak ada kritik untuk buku ini, bagi saya pribadi kisah-kisah dalam buku ini menyadarkan akan banyak hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan oleh kita bahwa banyak orang, lembaga, bahkan mungkin diri kita sendiri ternyata kerap melakukan atau menjadi korban Playing “God”
Pengalaman penulis dalam melakukan Playing “God” bukan tak
mungkin sering juga kita lakukan dalam skala dan jenis yang berbeda-beda. Seperti yang dialami oleh penulis, bisa saja suatu saat kita harus melakukan Playing “God”, karenanya kalaupun kita harus
melakukannya marilah kita ber-Playing "God" dengan dasar kasih-NYA
sehingga apapun yang kita putuskan itu dapat membawa pengaruh yang positif
baik untuk orang lain maupun untuk diri kita sendiri.
Mungkinkah? Tak ada yang
tak mungkin selama kita meminta pertolongan dari TUHAN sang pemberi dan
pengendali kehidupan yang sesungguhnya.
Tentang Penulis
Rully Marsis Amirullah Roesli, atau di dunia medis dikenal dengan nama Prof. DR. dr. Rully MA Roesli, Sp-PD-KGH , 64thn adalah dokter ahli ginjal yang suka menulis. Beliau adalah cucu dari Marah Roesli (alm), sastrawan penulis buku Siti Nurbaya. dokter Rully juga kakak kandung Harry Roesli (alm), musisi mbeling terkenal.
Dokter Rully menempuh pendidikan kedokterannya di Universitas Padjajaran Bandung. Setelah lulus ia melanjutkan spesialisasi pendidikan ilmu penyakit dalam di FK Unpad. Setelah itu mendapat pelatihan untuk menjadi konsultan (ahli) ginjal & Hipertensi di Gronigen Belanda, (1986-1987) dan Universitas Klinik Essen, Jerman (1988). Pendidikan S-3 ditempuhnya di Universitas Antwerpen, Belgia (1992-1996) Dokter Rully juga menyandang gelar Guru Besar (profesor) dalam bidang kedokteran sejak 2006. Sampai saat ini dokter Rully masih tercatat sebagai staf pengajar di FK Unpad dari RS Hasan Sadikin - Bandung.
Selain menulis buku Playing "God", dokter Rully juga menulis buku ini :
Gangguan Ginjal Akut (untuk kalangan kedokteran). Kabarnya, edisi ke-2 buku ini telah terbit Sekarang baru terbit, dicetak oleh PT Trubus dan diedarkan oleh Agung Seta (distributor buku buku kedokteran
(28/02/2012)
@htanzil
Tentang Penulis
Rully Marsis Amirullah Roesli, atau di dunia medis dikenal dengan nama Prof. DR. dr. Rully MA Roesli, Sp-PD-KGH , 64thn adalah dokter ahli ginjal yang suka menulis. Beliau adalah cucu dari Marah Roesli (alm), sastrawan penulis buku Siti Nurbaya. dokter Rully juga kakak kandung Harry Roesli (alm), musisi mbeling terkenal.
Dokter Rully menempuh pendidikan kedokterannya di Universitas Padjajaran Bandung. Setelah lulus ia melanjutkan spesialisasi pendidikan ilmu penyakit dalam di FK Unpad. Setelah itu mendapat pelatihan untuk menjadi konsultan (ahli) ginjal & Hipertensi di Gronigen Belanda, (1986-1987) dan Universitas Klinik Essen, Jerman (1988). Pendidikan S-3 ditempuhnya di Universitas Antwerpen, Belgia (1992-1996) Dokter Rully juga menyandang gelar Guru Besar (profesor) dalam bidang kedokteran sejak 2006. Sampai saat ini dokter Rully masih tercatat sebagai staf pengajar di FK Unpad dari RS Hasan Sadikin - Bandung.
Selain menulis buku Playing "God", dokter Rully juga menulis buku ini :
Gangguan Ginjal Akut (untuk kalangan kedokteran). Kabarnya, edisi ke-2 buku ini telah terbit Sekarang baru terbit, dicetak oleh PT Trubus dan diedarkan oleh Agung Seta (distributor buku buku kedokteran
(28/02/2012)
@htanzil
5 comments:
Wah bagus resensinya. Saya juga suka baca buku.. kunjungi blog baru saya juga ya :)
https://www.dhienarsalam.wordpress.com
Bukunya keliatannya cukup bagus.Aku suka judulnya "Playing God".
saya mnejual beberapa novel dan buku terbitan luar negeri klau ada yg berminat kirim pesan aja ke e-mail saya
yahoo : permadi_deni@rocketmail.com
facebook : deni permadi
bagus gun...
lanjutkan terus...
salam kenal, ditunggu ne kunjungannya^^
evy udah dapat buku ini bulan lalu, tapi belom dibaca. manteb ya bukunya, sampe dapat rating 4,5. semoga bisa ikut baca dan review juga. apalagi momennya lagi heboh2 soal dokter ini rahib.
Post a Comment