Emeritus - Memoar Seorang Pendeta
[No. 288]
Judul : Emeritus - Memoar Seorang Pendeta
Penulis : Ita Siregar
Penerbit : Inspirasi
Cetakan : I, 2011
Tebal : 316 hlm
my rating 4 of 5
“Saya adalah Hamba Tuhan. Status itu melekat dalam diri saya ketika menjadi penatua atau pendeta. Menjadi pendeta adalah pekerjaan mulia yang dikerjakan oleh orang-orang yang baik dan memiliki integritas yang tinggi. Pendeta tidak boleh salah. Keluarga Pendeta harus menjadi contoh. Begitulah idealnya” (hal 34)
Seperti kutipan diatas, begitu sering kita menganggap
seorang pendeta adalah seorang pemimpin umat yang harus hidup suci seperti
malaikat dan menjadi panutan. Sedikit saja ia melakukan kesalahan kita
tidak bisa mentolerirnya padahal pendeta adalah manusia biasa yang memiliki
pergumulan yang sama dengan kita. Walau ia tahu lebih banyak tentang Firman
Tuhan ia tetap bisa berbuat salah dan jatuh dalam doa.
Novel Emeritus karya Ita Siregar ini yang merupakan novel
biografis berdasarkan kisah nyata dari kehidupan seorang Pendeta besar di
Indonesia yang identitasnya disamarkan. Novel ini menceritakan bagaimana seorang pendeta
yang awalnya membaktikan seluruh kehidupannya untuk Tuhan dan gerejanya akhirnya jatuh
dalam dosa yang sangat tabu untuk dilakukan oleh seorang Pendeta.
Emeritus sendiri adalah sebuah status dalam kepemimpinan gereja
yang artinya mirip dengan “pensiun” di dunia kerja. Dalam struktur gereja istilah emeritus diberikan pada pendeta yang
tidak lagi menjabat dalam struktural kepemimpinan gereja karena faktor usia
yang sudah lanjut. Seorang pendeta yang
sudah emeritus memiliki gelar tambahan ‘Em’setelah
gelar kependetaannya sehingga gelarnya menjadi
“Pdt. (em)”.
Namun bukan seperti
itu pendeta yang dikisahkan dalam novel ini. Si Pendeta dalam novel ini menerima status
emeritus bukan karena faktor usia melainkan karena
ia mengundurkan diri dari gereja justru pada saat ia berada dalam puncak
kariernya karena ia merasa gagal
mempertahankan keutuhan keluarganya,
jatuh dalam dosa perzinahan sehingga merasa tak lagi memiliki kelayakan
dan kesanggupan untuk melayani dan memimpin gereja yang dirintisnya bersama teman-temannya.
Seluruh kehidupan si pendeta dalam buku ini terkisahkan dengan jujur,
gamblang, dan apa adanya. Dengan rinci penulis menuturkan pengalaman yang
dialami si pendeta ketika masih kecil,
berpacaran, lahir baru, melayani di sebuah persekutuan kecil di gang Kemiri
Jakarta hingga akhirnya bersama kedua temannya mimpin persekutuan kecil itu dengan
penuh dedikasi sehingga berkembang menjadi gereja besar dengan ribuan umat dan
dirinya menjadi salah satu penatua/pendeta yang disegani.
Dalam novel ini kita akan mendapat gambaran seorang pendeta
bukan sebagai manusia super setengah malaikat melainkan seorang manusia yang
memiliki pergumulan dan sisi gelap dalam kehidupannya. Dalam memimpin gereja ia
seorang organisator yang ulung, 'gila kerja', jujur dan idealis hingga seluruh kehidupannya ia
baktikan pada Tuhan dan gerejanya.
Walau ia berhasil mengembangkan gerejanya dengan luar biasa pesat,
namun di sisi lain kehidupan rumah tangganya terabaikan. Sibuk di gereja membuat waktu untuk keluarganya berkurang, istrinya
merasa terabaikan dan krisis kepercayaan
mulai tumbuh bersamanya, belum lagi ditambah dengan kondisi keuangan yang tidak
mendukung sehingga menimbulkan konflik
yang tak berkesudahan hingga akhirnya rumah tangganya hancur karena istri termasuk
kolega-kolega dalam gerejanya menuduhnya telah berzinah dengan seorang wanita.
Keadaan ini memaskanya untuk mengundurkan diri dari gereja
yang dirintisnya, hal ini membuat kehidupannya semakin terpuruk sehingga
membuat si pendeta menjauh dari Tuhan dan hidup dalam dunia malam berpindah-pindah dari pelukan satu
wanita ke wanita lainnya.
Novel ini menarik untuk disimak karena dengan jujur novel
ini mengisahkan sisi terang dan sisi gelap seorang pendeta secara apa adanya. Di
novel ini kita akan diajak melihat pergumulan batin seorang pendeta besar yang sukses namun hidup dalam kesederhanaan, menolong banyak orang dalam kesulitan, namun gagal dalam membangun keluarganya
sendiri.
“Saya sempat diwawancara
suatu majalah dengan tiras terbaik negeri ini yang menganggap saya sosok
pahlawan dalam penanggulangan kasus narkoba. Ya saya mungkin menyelamatkan
orang-orang di luar sana. Tetapi saya gagal merawat diri sendiri dan keutuhan
keluarga” (hal 43)
Tak hanya pergumulan dan kisah jatuh bangunnya si pendeta
yang terungkap di novel ini, novel ini juga mengungkap fenomena
bertumbuhnya gerakan kerohanian di Indonesia di tahun 1970-1980an yang diawali
bertumbuhnya gerakan persekutan-persekutuan di kalangan anak muda
“Gerakan ini sangat kuat dan di Jakarta
ratusan persekutuan dibuka. Persekutuan merebak seperti virus. Orang begitu
gemar berkumpul. Berkembangnya persekutuan diikuti dengan munculnya
pemimpin-pemimpin muda. Yeremia Rim, Niko Nyotoraharjo, Daniel Alexander,
adalah nama-nama yang akrab waktu itu. Mereka menyampaikan pesan segar kepada
umat . Kata-kata yang disampaikan menyentak, menyentuh, dan membangun jiwa umat
yang selama ini melakukan ritual ibadah rutin dan cenderung membosankan”
(hal 92)
Tak hanya itu saja, novel
ini juga dengan blak-blakan menyindir kehidupan pemimpin organisasi2 keagamaan yang haus akan uang.
“Kalangan agamawan
punya kesempatan untuk korup juga. Mungkin lebih aman daripada lembaga-lembaga
lain dan publik akan lebih enggan untuk menyelidiki kebenarannya. Puncak
pimpinan merupakan jabatan strategis untuk meraih apa yang diinginkan.
Kekuasaan tidak punya agama. Ia bisa dipakai siapa saja, yang beragama dan
tidak. Semua mempunyai kesempatan yang sama” (hal 204)
Demikianlah novel ini memberikan banyak hal pada pembacanya
untuk dimaknai. Sayangnya ada dua hal
yang bagi saya pribadi agak mengganjal yaitu ketika kisah bergulir saat si
Pendeta terjerumus dalam dunia malam, penulis tampaknya terlalu asik menyuguhkan petualangan si
pendeta dalam dosanya sehingga di bagian ini konflik batin si pendeta tak
tereksplorasi seperti di bab-bab sebelumnya. Di bagian ini
si pendeta seolah telah melupakan Tuhan sama sekali, padahal akan lebih menarik
jika di bagian ini dikisahkan terjadi pergumulan yang hebat dalam batinnya
ketika melakukan sedang melakukan dosa .
Satu hal lagi adalah adalah tidak adanya kata pengantar dari
penulis atau penerbit yang menjelaskan apakah novel ini merupakan fiksi murni
atau berdasarkan kisah nyata dari seorang pendeta besar? Dengan demikian
pembaca yang tidak mengetahui proses kreatif dari lahirnya novel ini akan
bertanya-tanya apakah ini fiksi murni atau adaptasi dari sebuah kisah nyata?
Terlepas dari itu novel ini pastinya akan membangun
kesadaran kita bahwa kehidupan seorang pendeta
itu tidak mudah, ia dituntut untuk mengelola gereja dan menggembalakan
umatnya, namun ia juga harus bisa membangun keutuhan keluarganya. Itu bukan hal yang mudah.
Pendeta adalah manusia yang bisa saja berbuat salah. Pendeta
juga memiliki pergumulannya tersendiri, mungkin selama ini kita langsung
menghakimi atau antipati terhadap seorang pendeta yang jatuh dalam dosa, namun dengan
membaca novel ini kita akan disadarkan bahwa pasti ada sebab dari semua itu dan
sama seperti kita, pendetapun membutuhkan perhatian, dorongan,semangat, dan doa
ketika ia sedang menghadapi masalah pelik atau jatuh dalam dosa.
Kita membutuhkan pendeta untuk membimbing kerohanian kita,
untuk memberi nasehat, penghiburan, dan
mendoakan kita ketika kita sedang dalam pergumulan. Demikian juga dengan pendeta, merekapun
membutuhkan dukungan doa dan perhatian
kita ketika mereka mengalami pergumulan seperti yang yang kita alami.
@htanzil
@htanzil
8 comments:
Penasaran to the max.
Ga ada keterangan sama sekali ya kisah ini fiksi atau kisah nyata? Tapi kalau namanya disamarkan ada kemungkinan kisah nyata kan?
@Desty : sy sudah tanyakan ke penulisnya langsung, dan ini memang diangkat dari kisah nyata seorang pendeta besar di Indonesia.
Saya jg penasaran siapa sebenarnya si pendeta ini, silahkan baca barangkali dgn membaca buku ini desty bisa menebaknya. :)
aargghh.. pernah ketemu penulis novel ini sekali waktu acara Mbak Sanie di Solo.
Orang yang dihormati karena jabatan atau gelar kadang malah menyimpan beban berat karena gelar itu sendiri, kayaknya ya Oom.
buku novelnya bisa dibeli dimana?
Resensinya bagus. Senang bisa ikut membaca. Salam.
menarik review nya. Tertarik untuk membaca bukunya.
Yeremia Rim terkenal dengan KKR di stadion utama senayan
Post a Comment