Tuesday, August 05, 2014

Produsen Ontbijt Walanda Bandoeng by Sudarsono Katam

[No.338]
Judul : Produsen Ontbijt Walanda Bandoeng
Penulis : Sudarsono Katam
Penerbit : Khazanah Bahari
Cetakan : II, Juli 2014
Tebal : 161 hlm
ISBN : 978-602-97719-4-7


Sejarah kota tidak hanya bisa ditelusuri melalui buku-buku literatur atau bangunan-bangunan kunonya saja, dari kulinernya pun kita bisa melihat bagaimana sebuah kota berkembang dari masa ke masa menyertai gerak dinamika kehidupan masyarakat kota tersebut. Buku ini mencoba mengungkap sejarah kecil (petite histoire) perkembangan kota Bandung melalui menu-menu sarapan (ontbijt) tempo doeloe di masa Hindia Belanda ketika orang-orang Belanda tinggal menetap dikota Bandung.

Seperti halnya kebiasaan orang-orang Eropa, maka walaupun orang-orang Belanda sudah lama menetap di kota Bandung mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan sarapan ala Eropa setiap paginya yaitu mengudap susu dan roti. Kebiasaan ini juga ternyata menular juga kepada para Menak Bandung, pegawai pemerintahan, dan orang-orang yang bergaul akrab dengan orang-orang Belanda.

Menurut buku Bandung Awal Revolusi 1945-1946, karya John Smail (Komunitas Bambu 2013) penduduk Eropa yang tinggal di Bandung pada tahun 1930an sebanyak 20.000 orang atau sekitar 12 persen dari total penduduk kota Bandung yang saat itu berjumlah 167.000 orang. Sedangkan menurut buku 
Statistisch Zakboekje voor Nederlandsch-Indie terbitan tahun 1939 penduduk Eropa di Bandung pada tahun 1930 sebanyak 19.700 orang.

Karenanya untuk memenuhi kebutuhan sarapan sektiar 20 ribu orang-orang Eropa /Belanda di masa itu berdirilah berbagai produsen beragam jenis menu sarapan (ontbijt) di kota Bandung. Penulis mencatat ada 22 produsen ontbijt yang berada di Kota Bandung.

Begitu termasyurnya para produsen ontbijt di kota Bandung sehingga ada yang menjadi pemasok resmi untuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Ratu Belanda berupa kue khas kerajaan yang diberi nama Koningin Emmataart dan Wilhelminataart. Diantara para produsen ontbijt di masa Hindia Belanda  ternyata ada juga yang  hingga kini masih berproduksi memperkaya ragam jenis kuliner khas Bandung. Buku ini mengungkapkan pada pembacanya bagaimana dan apa saja menu-menu onbijt yang pernah ada di kota Bandung, produsen-produsen mana saja yang hingga kini masih berproduksi?, dan tidak ketinggalan juga napak tilas bekas bangunan produsen yang sudah lama tutup.

Buku ini dibagi dalam empat bagian besar, yaitu Menu 'Ontbijt', Produsen Roti dan Kue, Produsen Isi Roti, Produsen Minuman Sarapan. Pada bagian 'Menu Ontbijt' dijelaskan berbagai macam menu sarapan pagi di masa itu antara lain roti-rotian (roti tawar, roti kadet, roti krenten, dll), ontbijtkoek, kentang, havermout, nasi olahan, dll. sedangkan untuk isi rotinya sendiri antara lain roomboter, keju, pindakaas (selai kacang), palmsuiker (gula merah), telur, daging olahan, dll. Untuk minuman onbijt terdapat susu murni, susu kental manis, susu tanpa lemak, susu tepung, kopi, cacao, teh, dll. Semua menu-menu di atas diberi keterangan detail mengenai bahan, dan penyajiannya.

Di bagian Produsen Roti dan Kue terungkap bahwa Pemerintah Hindia Belanda memberikan konsesi kepada para  produsen roti dan kue di kota Bandung untuk membuat makanan sesuai dengan standar kualitas makanan orang Belanda.  Produsen roti dan kue di kota Bandung tidak hanya didirikan oleh orang Belanda saja seperti , Merbaboe, Maison Bogerijen, Maison Vogelpoel, Lux Vincet, Valkenet,dll, namun ada juga yang didirikian oleh orang-orang Tionghoa seperti Jap Tek Ho, Khoe Pek Goan, Tan Kim Liang, dll, baik dalam skala besar maupun menengah.

Salah satu produsen ontbijt yang terbesar dan terkenal adalah Pabrik roti Valkenet, pabrik roti tersebut tidak hanya terkenal di Bandung saja, melainkan di seluruh Hindia Belanda karena merupakan pabrik roti yang paling modern di Hindia Belanda. Pabrik Valkenet di masa itu telah menggunakan pemanggang listrik dengan sistem rantai berjalan. Biskuit, kue kering, roti Valkenet didistribusikan ke seluruh Hindia Belanda sehingga pabrik ini memiliki cabang di kota-kota besar Hindia Belanda bahkan untuk menjalin kerjasama dengan Belanda, pabrik ini membuka cabang di 's-Gravenhage Belanda.



Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958 tentang  Pengambil alihan modal dan badan usaha milik orang Belanda, maka banyak toko dan produsen roti di kota Bandung berpindah kepemilikan dari orang Belanda kepada kaum pribumi antara lain  Maison Bogerijen (Braga Permai), dan Het Snoephuis (Sumber Hidangan) yang hingga kini masih terus berproduksi di tempat yang sama.

(Maison Bogerijen / Braga Permai dulu dan sekarang)

Sedangkan untuk Produsen isi roti di kota Bandung yang hingga kini masih ada antara lain  Roomboter dan keju yang diproduksi oleh Bandoengsche Melk Centrale (BMC) di jl. Aceh ,  produsen daging olahan Schroder's Food Trading Company yang kini menjadi pabrik & toko Daging Badrananya di jalan Merdeka, dan Peternakan ayam dan Telur Missouri yang kini terletak di jalan Patuha - bandung.

Bagaimana dengan produsen Minuman Sarapan? Hampir seluruh minuman sarapan orang Belanda di Kota Bandung diproduksi di Bandung dan sekitarnya, antara lain susu yang diproduksi oleh Bandoengsche Melk Central (BMC). Juga ada produsen kopi Aroma yang kini menjadi incaran para wisatawan penikmat kopi yang bertandang ke Bandung. Hingga kini  kopi Aroma masih diproduksi di lokasi yang sama dengan mesin-mesin kuno dan dikemas dalam kemasan tempo doeloe yang menjadi ciri khasnya.

Di bagian ini juga terungkap tentang produsen air mineral, ternyata air mineral juga sudah dikonsumsi oleh penduduk Bandung di jaman Hindia Belanda. Pada 1923 didirikan Pabrik Air mineral Malabar di Jl. Naripan 61 yang kini bekas bangunannya ditempati oleh Toko Buku Rohani Kalam Hidup. Selain pabrik air mineral Malabar, ada juga pabrik air mineral Preanger, Buddha, dan Nova.

Selain ke empat bagian di atas, buku yang dilengkapi oleh foto-foto ini juga menyertakan 10 buah lampiran untuk melangkapi dan memberi detail dari hal-hal yang perlu disampaikan secara khusus antara lain lampiran mengenai; nasib bangunan dan metamorfosis produsen ontbijt, Jejak Langkah pendiri Indische Partij, KAR Bosscha, dan tentang kebun Gandum di zaman kolonial di kawasan Pangalengan yang saat itu  menjadi menjadi salah satu sentra penghasil Gandum di Hindia Belanda.

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik dalam memahami sejarah kota melalui menu sarapan orang-orang Belanda di kota Bandung. Penulis mengungkapkannya dengan detail, walau ada beberapa data yang tampaknya kurang lengkap namun sebagai buku yang pertama kali membahas mengenai produsen makanan sarapan orang-orang Belanda di Bandung apa yang telah tersaji di buku ini sangatlah bermanfaat.

Buku ini bermanfaat bagi siapa saja yang gandrung akan buku-buku tentang sejarah masa lampau terlebih bagi mereka penggemar buku-buku sejarah kota Bandung. Walau mungkin dianggap hal yang sepele, produsen menu onbijt di Bandung telah menjadi sejarah kecil (petite histoire) perkembangan kota Bandung. Saya sependapat dengan penulis buku ini yang mengatakan bahwa buku ini dimaksudkan untuk menambah dan melengkapi literatur-literatur sejarah Kota Bandung. Bukan bagi pengamat sejarah kota saja, melainkan bagi siapa saja yang mencintai kota Bandung karena dengan bertambahnya informasi tentang Kota Bandung diharapkan warga Bandung semakin mencintai kotanya dengan cara melestarikan kotanya.

@htanzil

http://klasikfanda.blogspot.com/2013/11/history-reading-challenge-2014-sail-to.html