Monday, March 02, 2015

Dari Villa Isola ke Bumi Siliwangi

[No. 351]
Judul : Dari Villa Isola ke Bumi Siliwangi
Penulis : Sudarsono Katam & Lulus Abadi
Penerbit : Pustaka Jaya
Cetakan : I, Januari, 2015
Tebal : 134 hlm
ISBN : 978-979-419-437-9


Villa Isola adalah salah satu bangunan terindah peninggalan era kolonial yang hingga kini masih tegak berdiri dengan megahnya. Di balik kemegahannya, bangunan yang selesai dibangun pada tahun 1933  ini ternyata menyimpan sejarah panjang dan kemisteriusan pemilik pertamanya, D.W. Barrety yang meninggal secara tragis setahun setelah rampungnya villa tersebut.

Sejarah panjang Villa Isola (villa terpencil) sejak awal dibangun hingga kini bernama Bumi Siliwangi plus kisah tragis D.W Barrety ini terdapat dalam buku ini. Secara sistematis penulis memulai buku ini ke dalam delapan bagian, dimulai dari Lokasi Villa Isola di masa Hindia Belanda, lalu tentang Rancang Bangun Villa Isola dimana di bagian ini dibahas segi arsitektural bangunannya yang unik dan mendahului zamannya yaitu gaya Streamline Art Deco dengan elemen art deco (Art Deco dengan lengkungan Streamline) rancangan  CP. Wolff Schoemaker yang membuka jalan bagi A.F Aalbers untuk membuat Savoy Homan sebagai salah satu  karya monumentalnya. Di bagian ini juga secara deskriptif penulis menginformasikan ruangan-ruangan yang ada  di tiap lantainya beserta taman-taman yang mengelilinginya.

Di bagian ketiga, buku ini menyajikan riwayat hidup pemilik Villa Isola, Dominique Willem Berretty (1890-1934) kelahiran Jogyakarta yang merupakan anak dari pasangan ayah berdarah Italia - Perancis dan ibu orang Jawa (Maria Salem). Berretty yang pernah bekerja sebagai jurnalis di Java Bode (1915) ini akhirnya mendirikan perusahaan jasa berita dan telegraf ANETA di Batavia yang membuatnya menjadi seorang milyader dan  raja media yang paling berpengaruh di Hindia Belanda karena kemampuannya memonopoli berita-berita di Hindia Belanda saat itu . Berretty adalah orang yang sangat energik, tidak saja dalam kehidupan bisnisnya , tetapi juga kehidupan pribadinya. Antara tahun 1912-1934 ia enam kali menikah dan mempunyai lima anak.

Gosip-gosip tentang D.W. Berretty yang flamboyan serta gaya hidupnya yang mewah, pergaulannya yang luas dan dikelilingi oleh para wanita cantik membuat dirinya banyak digunjingkan orang. Karenanya di akhir bagian ini penulis mengetangahkan gosip-gosip tentang Berretty. Salah satu gosip yang sempat beredar adalah tentang salah seorang anak perempuannya yang bunuh diri dengan cara gantung diri di salah satu pohon besar di halaman Villa Isola. Sedangkan gosip yang paling sensasional mengatakan bahwa D.W. Berrety menjalin asmara dengan putri Gubernur Jendral B.C. de Jonge. Hubungan ini tidak direstui oleh de Jonge sehingga kelak menghadirkan spekulasi bahwa kematiannya Berrety ada kaitannya dengan hubungan terlarangnya dengan anak sang Gubernur Jenderal,. Dugaan bahwa kematian dalam kecelakaan pesawat sengaja dibuat juga dilandasi dugaan bahwa  Berretty adalah mata-mata Jepang.

Bagian ke empat yang berjudul Villa Isola berisi tentang sejarah pembangunan gedung. Dimulai dari peletakan batu pertama pada tanggal 12 Maret 1933 yang dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Bupati Bandung, Penghulu Bandung, beberapa anggota Volksraad, dan pejabat-pejabat penting lainnya. Dengan waktu yang relatif singkat (Oktober 1932- Maret 1933/ 5 bulan) 700 buruh dikerahkan untuk menyelesaikan  gedung megah Villa Isola dengan luas 12.000 m di lahan seluas 7,5 ha. Namun gedung itu baru diresmikan delapan bulan setelah bangunan selesai, yaitu pada tanggal 18 Desember 1933.

"Sabtu malam tanggal 17 Desember 1933, di Villa Isola diadakan pesta makan malam mewah. Tamu-tamu yang diundang kebanyakan adalah orang-orang yang telah ikut andil dalam pembangunan Villa Isola dan dari media masa.... CP. Schoemaker sebagai arsitek bangunan memandu para tamu untuk berkeliling Villa Isola. Ruang makan, ruang tamu luas, kantor, dan ruangan besar lainnya memberikan kesan megah, membawa ketenangan. Dekorasi dinding dan mahkota Venesia yang indah dipilih dengan cermat sebagai penghias ruang adalah kunci yang memancarkan keramahan yang hangat.

Para tamu berjalan melalui kamar menginap tamu dan taman di atas atap yang bernuansa misterius diterangi obor dari kedua menara di kanan dan kirinya.... Para tamu kemudian memasuki ruang luas yang terdapat di bawah taman atap berada. Di sepanjang dinding ruangan terpajang lukisan yang indah karya pelukis Hindia Belanda dan pelukis asing yang terkenal. Di belakang sofa yang indah tergantung sebuah lukisan besar yang menyajikan panorama Villa Isola dilihat dari bagian timur dataran tinggi. Di sudut ruang terdapat pintu menuju ke sebuah bar yang nyaman." 
(hlm 30-31)

Setelah mendeskirpsikan suasana peletakan batu pertama, malam menjelang peresmian, dan peresmian gedung bagian ini juga menyuguhkan puluhan foto-foto panorama Villa Isola dari udara, eksterior bangunan dari berbagai sudut, interior dalam, dan foto-foto lingkungan dan taman-taman di sekitar bangunan.



Bagian ini ditutup dengan sub bab mengenai akhir nasib Isola paska meninggalnya Berretty. Villa Isola akhirnya dijual dan dimiliki oleh Hotel Homan.  Setelah Jepang mendarat di Pulau Jawa, Villa Isola dijadikan termpat tinggal dan kantor Komandan Divisi Tentara Hindia Belanda. Setelah itu berturut-turut Villa ini berganti fungsi yaitu  dijadikan markas tentara Jepang, kediaman sementara Jenderal Immamura, markas Kenpetai, museum kemenangan Jepang, markas tentara Sekutu, dan terbengkalai rusak parah selama masa revolusi kemerdekaan.

Bagian selanjutnya buku ini mengetengahkan riwayat Villa Isola yang berubah namanya menjadi Bumi Siliwangi setelah dibeli pemerintah (Kementerian P.P. dan K) seharga Rp. 1.500.000,- pada tahun 1954. Villa Isola akhirnya difungsikan sebagai tempat perkuliahan dan perkantoran Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Bandung (sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia/UPI). Pada upacara peresmian dan pembukaan PTPG tanggal 20 Oktober 1954 nama Bumi Siliwangi diresmikan sebagai pengganti nama Villa Isola oleh Mr. Muh. Yamin, menteri P.P dan K saat itu.

Di bagian ini dibahas dan disertakan foto-foto perbaikan dan pembangunan kembali Villa Isola dari yang tadinya hampir mirip puing akibat perang menjadi bangunan yang kembali megah. Walau ada beberapa perubahan untungnya semua dilakukan dengan mempertahankan kondisi aslinya sehingga walau interior dalam banyak berubah namun eksterior bangunan tetap dipertahankan sesuai aslinya kecuali adanya penambahan bangunan baru di bekas taman di atap Villa Isola.

Dua bagian akhir buku ini membahas bagaimana pada tahun 2010 UPI memulai sebuah pekerjaan besar, yaitu menata kembali lingkungan Bumi Siliwangi dengan tujuan untuk  mengembalikan Bumi Siliwangi yang asri seperti ketika masih bernama Villa Isola. Buku ini ditutup dengan bab reflektif berjudul Villa Isola Karya Monumental yang hingga kini tetap menjadi salah satu ikon kota Bandung.

Sebagai tambahan buku ini juga menyajikan galeri beberapa  foto-foto berwarna Villa Isola tahun 2011 jepretan Lulus Abadi yang artistik.



Sebelum buku ini sebenarnya sudah ada buku lain tentang Villa Isola dengan judul yang hampir sama dengan buku ini yaitu Dari Isola ke Bumi Siliwangi - Menyusuri Jejak-jejak PTPG FKIP Unpad, IKIP Bandung Rudini Sirait, dkk (Komodo Books, 2011), namun buku tersebut tidak membahas Villa Isola secara khusus melainkan tentang sejarah panjang PTPG hingga Universitas Pendidikan Indonesia.

Sebagai sebuah buku yang membahas sejarah Villa Isola beserta kisah pemiliknya buku ini bisa dikatakan cukup lengkap.  Sayangnya di buku ini tidak diinformasikan siapa yang memberi nama Bumi Siliwangi setelah gedung ini menjadi bagian dari PTPG padahal nama tersebut merupakan bagian dari sejarah gedung ini. Nama Bumi Siliwangi ini diambil dari soneta Bumi Siliwangi karya  Mr. Muh. Yamin yang dibacakan di akhir pidato peresmian bangunan ini di tahun 1954.

Bumi Siliwangi

Dari bumi indah dan permai
Waktu siang pembukaan raya
Tampak Parahiangan bergunung sungai
Dipagari bukit dataran bertjahaja.
Waktu kelam ditinggalkan matahari
Kemarin malam pernah kemari
Sinar seminar di kaki bumi
Mandi cahaja lampu berseri.
Siang malam meriah melimpah
Bumi Siliwangi landjutan sedjarah
Di tengah alam gembira meriah.
Wahai pemuda harapan bangsa
Menuntut ilmu radjinlah senantiasa
Agar nanti menjuluhi masa 

(Pikiran Rakjat, 21/10/1954)

Selain itu kisah bagaimana Villa Isola di jaman revolusi kemerdekaan hanya dibahas sekilas padahal ada beberapa hal penting yang bisa diinformasikan lebih rinci lagi saat gedung ini dipakai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan untuk menghalau tentara sekutu sehingga nilai kesejarahan gedung ini akan semakin berharga dan dapat diketahui oleh generasi sekarang.

Terlepas dari kekurangannya buku ini bisa dipakai sebagai buku rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah salah satu ikon kota Bandung yang megah dan monumental. Selain itu adanya  ratusan foto-foto lama maupun baru dengan kualitas cetak yang bagus merupakan sebuah usaha yang sangat layak mendapat apresiasi positif karena dengan demikian ratusan foto-foto Villa Isola yang selama ini terserak di berbagai media cetak dan online kini terkumpul dalam sebuah buku yang kaya akan informasi.

@htanzil

2 comments:

doni said...

mantap,,

Unknown said...

Terimakasih infonya http://bit.ly/2OJQQpc