Tuesday, July 28, 2015

Kota di Djawa Tempo Doeloe

[No.358]
Judul : Kota di Djawa Tempo Doeloe
Penulis : Olivier Johannes Raap
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan : I, Juni 2015
Tebal : 340 hlm
ISNB : 978-979-91-0887-6

Kartu pos di masa kini bisa dikatakan kurang populer digunakan dan sudah sangat jarang ditemui. Alih-alih mengirim kartu pos untuk mengabarkan bahwa kita berada di sebuah kota  kini kita lebih suka memfoto dan mengirimnya langsung ke orang tertentu atau mengupload-nya di sosial media melalui smarphone kita.

Walau kini sudah jadi barang langka dan dilupakan orang namun kartu pos pernah mengalami masa-masa emas di seluruh pelosok dunia di akhir abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20. Saat itu kartu pos merupakan media korespondensi yang terpenting untuk kalangan yang bisa baca tulis.

Kartu pos generasi pertama di Indonesia lahir pada tahun 1874 oleh pos negara, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Awalnya kartu pos masih berbentuk selembar kartu tanpa gambar/foto. Lembar pertama untuk alamat penerima dengan perangko yang telah tercetak, sedangkan satu sisi lagi digunakan untuk menulis surat/pesan. Kartu pos bergambar sendiri baru terbit pada tahun 1900an. Di awal abad ke 20 gambar atau foto-foto yang ditampilkan tidak hanya berupa pemandangan alam tempat wisata  seperti yang tedapat di kartu-kartu pos modern melainkan menampilkan situasi kota, bangunan, dan khazanah kebudayaan lokal.

Seperti apa kartu-kartu pos di Indonesia tempo doeloe? bersyukur karena berkat ketekunan Olivier Johannes Raap, seorang  kolektor kartu pos lawas kelahiran Belanda, kartu-kartu pos itu tetap terlestarikan dengan baik dan kini bisa dinikmati oleh kita semua lewat beberapa bukunya yang telah terbit.

(Koleksi kartu pos Olivier Johannes Raap)

Setelah menerbitkan dua buku yang menampilkan koleksi kartu2 posnya yaitu Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe (Galang Press, Maret 2013) dan Soeka-Doeka di Djawa Tempo Doeloe (KPG, Oktober 2013) kini Olivier menerbitkan kembali sebuah buku  tentang kartu pos yang secara khusus menampilkan panorama dan  unsur-unsur kota-kota  di Jawa tempo doeloe (1900-an - 1950). Seperti di buku-buku sebelumnya, buku ini juga menyajikan foto-foto kartu pos disertai deskripsi yang detail pada tiap-tiap kartu posnya. Karena sebuah kota merupakan bagian dari catatan sejarah maka di bukunya yang terbaru ini penulis menyertakan data-data sejarah terkait foto dan kondisi terkini dari bangunan atau tempat yang terekam dalam kartu pos-kartu pos tersebut.



Di bukunya ini, penulis membagi kartu-kartu posnya ke dalam 17 bab di mana di masing-masing bab diberi pengantar yang lugas, jernih dan sangat informatif bagi pembacanya


Sebagai sebuah buku yang menyajikan 277 lembar foto kartu pos dari 44 kota di Jawa diantaranya Batavia, Bandung, Surabaya (masing-masing diwakili oleh 20 kartu pos lebih), dll  buku ini dapat mewakili kondisi seperti apa panorama kota-kota di Jawa tempo doeloe.  Deskripsinya yang detail akan apa yang tergambar dalam tiap lembar kartu posnya plus muatan sejarahnya membuat buku ini dapat dikatakan sebagai sebuah buku sejarah populer yang menarik untuk dibaca oleh semua kalangan.



Hal-hal menarik, unik, dan menambah wawasan terungkap dalam buku ini, antara lain Jembatan besi pertama di Jawa di sungai Brantas - Kediri yang dibangun pada tahun 1855 yang hingga kini masih befungsi, pelabuhan Surabaya yang di masa itu diharapkan dalam mengungguli pelabuhan Singapura, gardu ronda yang menyediakan kendi untuk pejalan kaki, dll.  Ketika membahas bangunan kita akan diajak mengenal model-model bangunan tua baik di kota maupun di kampung baik dari segi arsitektur keseluruhan bangunan maupun dari kekhasan atap, bahan bangunan, dll. Di pembahasan mengenai jalan kita akan mengerti asal-usul penamaan jalan, persimpangan jalan, jalan-jalan pertokoan, dan sebagainya.

Dari segi penyajian fotonya karena seluruh halaman buku ini dicetak di atas kertas art paper yang mengkilat maka ratusan foto kartu pos lawas tersaji secara tajam dan sempurna. Ukuran buku yang agak besar dan foto tiap kartu pos yang sedikit besar dibanding kartu pos aslinya juga membuat pembaca bisa lebih detail menikmati foto-fotonya. Sayangnya ada beberapa foto kartu pos yang diperbesar hingga menyeberang halaman sehingga bagian yang terkena lipatan buku menjadi tidak bisa dilihat secara baik.

Akhir kata sebagai sebuah buku yang menyajikan panorama kota-kota di Jawa tempo doeloe plus deksripsinya buku ini akan membawa pembacanya memasuki mesin waktu untuk menyusuri kota-kota di Jawa di akhir abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20. Pemandangan kota yang indah, unsur-unsur pembentuk kota, toponimi, dan sejarah yang terungkap di buku ini tentunya akan menambah wawasan pembacanya akan sejarah dan budaya di tiap-tiap kota baik secara visual maupun naratif.

Melalui buku ini juga kita bisa melihat bagaimana bagian-bagian kota yang ada di buku ini telah hilang tergerus oleh arus modernisasi. Ada kehijauan dan keasrian yang hilang, bangunan-bangunan heritage yang dengan cita rasa arsitektural yang tinggi telah berganti wajah dengan bangunan modern dan sebagainya. Dengan membaca buku ini diharapkan generasi kini bisa lebih mencintai kotanya dengan berkaca dari masa lampau, memelihara unsur-unsur kota yang perlu dilestarikan, menghargai bangunan-bangunan tuanya dan memelihara kotanya agar tetap nyaman dan tertata dengan baik.

Akan sangat baik jika buku ini juga bisa diterbitkan dalam bahasa Inggris agar sejarah kota-kota di Indonesia masa lampau juga dapat dinikmati oleh orang-orang asing yang ingin mengenal kota-kota di Indonesia di masa lampau dengan cara yang menyenangkan.

@htanzil

6 comments:

bzee said...

Kayanya buku ini keren buat koleksi ya. Beberapa kali lihat di toko buku masih belum kesampaian mau beli.

Dhika said...

Aku punya buku ini. . keren

emboyherbal said...

Terimakasih, Semoga Bermanfaat

no name said...

beli dmn mas.....mau juga buat skripsi




Unknown said...

Aku pengin beli, tapi sudah sulit ditemukan

htanzil said...

Coba cari di market palace (Tokped, shopee, dll) atau kontak langsung penerbitnya.