Monday, July 10, 2006

Jalang!


Judul : Jalang!
Penulis : Maroeli Simbolon
Editor : Anwar Holid
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : I, Juni 2006
Tebal : xx + 209 hlm
Harga : Rp. 29.000,-

Siapa yang tidak mengenal legenda Ken Arok dengan Keris berdarahnya? Sebuah Keris yang menghantar Ken Arok menjadi Raja Singasari. Keris Mpu Gandring yang dikutuk oleh pembuatnya itu dikenal dengan keris yang haus darah, tujuh nyawa meregang sia-sia tertikam oleh keris terkutuk itu. Keris, tombak, pisau, hingga yang lebih modern –pistol- yang tadinya sekedar alat untuk membela diri tak jarang menjadi alat pembunuh bagi pemiliknya, tak perlu kutukan Mpu Gandring untuk membuat sebuah senjata menjadi haus darah, aura kekerasan yang memancar dari sebuah senjata membuat pemiliknya menjadi lebih beringas dan tak segan-segan menggunakan senjatanya untuk memperoleh apa yang diinginkannya

Novel Jalang! karya Maroeli Simbolon bukan kisah perebuatan kekuasaan seperti Ken Arok, melainkan kisah bagaimana sebuah senjata mampu memunculkan hasrat paling gelap bagi pemiliknya untuk menjadi jagoan, membalas dendam, dan melancarkan serangan yang menghantar pada kematian. Novel ini bertutur mengenai sebuah pistol yang haus akan darah. Di tangan Maroeli, benda mati, sebuah pistol dipersonifikasikan menjadi begitu hidup dan memiliki hasrat membunuh yang liar. Tokoh sentral novel ini adalah sebuah pistol yang terus berpindah-pindah kepemilikan dari satu tangan ke tangan lainnya. Awalnya pistol ini milik sebuah instansi resmi yang berhak menyimpan senjata, sensasi kekerasan pertama yang dirasakan oleh pistol ini bermula ketika seseorang berpakaian seragam membawanya ke medan perang. Pistol ini bekerja tak kenal lelah. Mataku muntah sebutir demi sebutir. Maka, satu demi satu pun terjatuh meregang nyawa dan bersimbah darah oleh kebuasanku. Aku menjilati sepuasnya (hlm 88)

Ketika sosok berseragam itu tewas tertembak peluru musuh ketika berada dalam daerah konflik, pistol tersebut berganti pemilik, ia diambil oleh oleh seseorang yang berpakaian biasa. Berganti pemilik tidak membuat dirinya semakin terkendali, malah pistol tersebut semakin liar memuntahkan peluru-pelurunya. Maka ia jadi kekasihku. Dari sinilah aku terlibat percintaan semakin liar. Dari tangannya aku pindah ke tangan lain, lalu ke tangan baru, lalu ke tangan asing, ah, entah sudah berapa. Aku juga tak pernah menghitung jumlah korbanku. Tentu saja sebelum pindah, aku sudah menjilati korban-korbanku lebih dulu (hlm 89).

Novel ini secara menarik mengisahkan penggalan perjalanan hidup si pistol yang haus darah bersama pemiliknya yang selalu berganti-ganti. Masing-masing pemilik memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Pembaca diajak berpetualang bersama si pistol dan pemiliknya. Di halaman-halaman awal pembaca disuguhkan oleh narasi kekerasan antara seorang wanita dan dua orang yang anggota sindikat (Tonny & Viddy) yang ditugasi oleh bossnya untuk menghabisi nyawa si wantia yang dianggap telah menghianati kelompoknya. Lalu ada juga kisah yang bisa dikatakan mendominasi dan mengikat novel ini yaitu kisah perselingkuhan dengan nafsu yang liar antara Frans dan Helen, sekertarisnya. Padahal Frans telah memiliki Clara, istri yang cantik dan melayaninya dengan baik. Diam-diam Andre, tetangga depan rumah mereka menaruh kekaguman pada Clara dan selalu merekam kegiatan Clara lewat sebuah kamera video dari rumahnya. Lalu ada juga tokoh John, pegawai pabrik yang di-PHK oleh majikannya dan dengan pistol ditangannya berhasil membunuh mantan majikannya. Terseok-seok oleh kemiskinan akibat menganggur dan menghindar dari kejaran polisi, John menjadi pelaku kriminal yang merampok seorang wanita di tempat parkir sebuah plaza.

Yang paling menarik dari novel ini tentu saja personifikasi si pistol itu sendiri. Dalam novel ini Maroeli mendeskripsikan tokoh sentral dalam novel ini sebagai benda mati yang memiliki hasrat dan perasaan. Si pistol digambarkan sebagai sosok anak kegelapan dan malaikat maut yang siap menyambar nyawa siapapun. Aku adalah peri, bidadari, malaikat bermata satu, jin, iblis bertanduk seribu….Aku adalah binatang jalang! Amboi, betapa aku menyukai semua yang penuh birahi dan menyeramkan yang disematkan kepadaku (hlm 83).
Seperti keris Mpu Gandring dikutuk oleh pembuatnya dan selalu haus akan darah, demikian juga tokoh pistol dalam novel ini Ia jalang dan haus darah, setiap dirinya ditodongkan pada calon korbannya, dengan kemampuannya menghasut ia mencoba membujuk pemiliknya untuk segera menarik pelatuk pistolnya dan merasakan sensasi nikmatnya luncuran timah panas menembus tubuh korban. Hampir semua yang pernah memiliki pistol ini terhasut untuk menumpahkan kemarahan, mengumbar dendam, dan melancarkan serangan yang mematikan dari orang-rang yang dibencinya.

Hanya satu yang luput dari hasutannya, ketika pistol ini dibuang oleh John dan ditemukan oleh pemulung sampah, pistol ini tak berhasil membujuk si pemilik barunya untuk memenuhi hasrat membunuhnya. Ketika Pistol ini hendak dibuang, sebuah mobil yang dikendarai Frans menyerempet gerobak sampahnya dan si pemulung terpental bersama pistolnya. Alih-alih menolong si pemulung sampah, Frans malah mengambil pistol itu. Di tangan Frans-lah akhirnya pistol itu berhasil mempengaruhi Frans untuk melampiaskan hasrat jalangnya.

Melalui Novel ini, secara lugas dan berani Maroeli menyajikan cerita yang keras, memacu adrenalin bahkan cenderung kasar, seperti judul novel ini “Jalang!” dan cover buku yang didominasi dengan warna hitam dan lukisan pistol yang memuntahkan pelurunya, novel ini pun sama hitam dan kasarnya dengan citra yang dicoba dibangun oleh desainer cover novel ini. Penulisnya tampaknya berhasil membangun sebuah cerita yang menarik dengan memunculkan sebuah pistol sebagai tokoh sentral, sebuah ide cerita yang orisinil dan menyajikan petualangan yang imajinatif dengan setting kehidupan kaum urban yang memiliki kehidupan yang gelap dan keras dimana penghianatan, dendam seorang korban PHK, kemiskinan, kehancuran rumah tangga akibat perselingkuhan yang liar dan panas terungkap dengan gamblang dalam novel ini.

Walau novel ini sarat dengan deskripsi kekerasan, tentunya bukan berarti novel ini dimaksud untuk memunculkan hasrat gelap dari pembacanya, namun setidaknya novel ini menyadarkan pembacanya bahwa kekerasan dengan mudah akan ditemui dimana-mana dan menyusup dalam tiap sendi-sendi kehidupan masyarakat kaum urban yang tampaknya semakin tak toleran satu dengan yang lainnya.

Sebagai catatan, Jalang! Adalah novel pertama dan terakhir dari Maroeli Simbolon. Selama ini Maroeli dikenal dengan cerpen-cerpennya yang tersebar di berbagai media massa nasional, beberapa telah dibukukan oleh penerbit Jalasutra yaitu, Bara Negeri Donngen (2002), Cinta? Tai Kucing! (2003) dan Sepasang Luka Cinta (2004). Novel Jalang! diselesaikan oleh Maroeli ketika sakit kronis mulai mendera tubuhnya. Karena novel ini terbit setelah penulisnya wafat, bisa dikatakan novel ini adalah novel anumerta (posthumous), sebelumnya novel ini pernah dimuat secara bersambung di harian Sinar Harapan pada Februari-Maret 2005.

Proses kreativitas menulis Maroeli seperti diutarakan Anwar Holid dalam Avant Provos novel ini memang tak lepas dari sakit yang dideritanya. Namun Mareoli adalah penulis yang tangguh dan punya vitalitas yang hanya akan berhenti jika ia harus berhenti. Akhirnya Maroeli Simbolon memang harus berhenti sesuai dengan kehendakNYA. Setelah beberapa bulan bertahan dan berjuang melawan sakit, pada 18 Januari 2006 Maroeli Simbolon meninggal dunia di Jakarta 2 hari setelah ia merayakan ulang tahunnya yang ke 39.

@h_tanzil

4 comments:

Anonymous said...

Ada yang pernah bilang padaku, sebuah pistol kosong tak berpeluru bila diarahkan pada seseorang akan tetap bisa membunuh. Entah takhyul entah bukan.

Seperti yang Bang Tanzil tuliskan, tanpa dikutuk pun pistol adalah alat kekerasan. Bila tidak hati-hati ia bisa memberikan kepercayaan diri yang salah kepada pemiliknya (sama seperti uang yah...).

Tidak janggal kalau Maroeli menggambarkan pistol memiliki hasrat & perasaan.

Keren nih, harus punya bukunya hehehe :)

Anonymous said...

yap!
Buku ini memang mengungkap dengan jelas bagaimana sebush senjata memiliki pengaruh buruk bg pemiliknya.

Jd kebayang mantan wakasad yang simpen senjata di rumahnya....hiiii..serem!!

Anonymous said...

This is very interesting site...
annual travel insurence quotation norton antivirus

doro said...

setelah membaca review kang tanzil saya jadi percaya novel ini dahsyat.
btw, aku baru buka toko buku diskon neh di jakarta
salam,
donny anggoro