Friday, April 27, 2007

OUT

Judul : Bebas
Judul Asli : Out
Penulis : Natsuo Kirino
Penerjemah : Lulu Wijaya
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 576 hlm ; 20 cm
Harga : Rp 55.000,-


Sadarkah kita bahwa tindak kejahatan, baik yang ringan hingga yang paling keji sekalipun bisa dilakukan oleh siapapun. Ada anggapan bahwa setiap orang memiliki sisi gelap yang bisa muncul dan menguasai pikiran dan tindakan seseorang jika seseorang dalam keadaan terdesak. Tak heran jika kita membaca berita-berita kriminal, kita akan menjuampai bahwa pelaku kejahatan keji juga dilakukan oleh orang-orang biasa yang sehari-harinya dikenal dengan sosok yang santun.

Tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa, dikisahkan dengan menarik dalam novel OUT (Bebas) karya Natsuo Kirino. Yaoi, Masako, Kuniko, Yoshie, mereka adalah ibu rumah tangga biasa. Mereka bekerja sebagai karyawan siht malam di pabrik makanan kotakan (nasi dus plus lauk pauknya). Selain terbelenggu oleh rutinitas pekerjaan yang membosankan, merekapun terkukung oleh kehidupan pribadi masing-masing yang penuh dengan masalah.

Kuniko seorang lajang yang terjerat hutang karena gaya hidupnya yang norak. Yoshie janda beranak dua, hidup serba kekurangan dan tinggal bersama mertuanya yang lumpuh dan cerewet. Yaoi, hidup dengan suami yang penjudi, kasar, suka main perempuan dan selalu menghabiskan uangnya, dan Masako yang walaupun dari segi finansial lebih baik dibanding ketiga temannya namun memiliki kehidupan yang tidak harmonis dengan suami dan anaknya.

Karena beban hidup yang berat dan utang yang menumpuk, Yaoi membunuh suaminya sendiri. Ketika Kenji, suaminya pulang dari berjudi dan menghabiskan seluruh tabungannya, mereka terlibat pertengkaran hebat. Yaoi lupa diri, kemarahannya yang memuncak terlampiaskan dengan mencekik leher suaminya hingga tewas, kemudian ia meminta bantuan pada Masako agar tindakannya ini tidak diketahui oleh siapapun

Entah iblis mana yang membisikkan pada mereka sehingga untuk menghilangkan jejak pembunuhan, Masako dan Yaoi memutuskan untuk mencincang mayat Kenji hingga potongan-potongan agar mudah dibuang ke dalam tempat sampah. Untuk itu Masako segera meminta bantuan Yoshue untuk mencincang mayat Kenji. Dengan pisau seadanya, layaknya memotong ayam mereka memotong-motong mayat Kenji hingga menjadi serpihan-seprihan daging dan memasukkannya ke dalam 15 kantong plastik hitam dan dengan bantuan Kuniko mereka membuangnya ke berbagai tempat. Sedangkan Yaoi tetap tinggal di rumah untuk memainkan peran sebagai ibu rumah tangga yang seolah-olah kehilangan suaminya karena tak pulang-pulang.

Walau semuanya tampak direncanakan dengan rapih, serpihan mayat Kenji akhirnya ditemukan oleh seorang petugas pemeliharaan taman. Walau berupa serpihan tanpa kepala akhirnya polisi berhasil mengidentifikasi bahwa serpihan itu adalah bagian tubuh dari Kenji yang dilaporkan telah hilang. Investigasi polisi akhirnya mengarah pada Satake, pemilik bar dan rumah judi tempat Satake sering berjudi. Kebetulan malam sebelum Kenji menghilang, ia kedapatan beradu fisik dengan Satake yang mengusirnya dari bar karena mengganggu seorang pelacur kesayangan Satake.


Satake akhirnya ditahan selama hampir sebulan, namun karena tak cukup bukti, akhirnya ia dibebaskan. Sekeluar dari penjara Satake kehilangan usahanya. Bar dan pusat judi yang dibangunnya dari nol telah tutup. Karenanya ia bertekad untuk membalas dendam dan mencari siapa sesungguhya pembunuh Kenji yang telah menghancurkan kariernya.

Bagi pecinta kisah-kisah Thriller, novel ini sangat layak untuk dibaca. Novel ini ditulis dengan gaya realisme dan plot yang tajam dan menegangkan. Seluruh karakter tokoh-tokohnya gelap sehingga dari awal hingga akhir pembaca akan diajak merasakan bagaimana sulit dan sesaknya kehidupan para tokoh-tokohnya yang terperangkap dalam kegelapan akibat kehidupan dan perbuatan mereka.

Novel ini memiliki kedalaman dalam mengeksplorasi kehidupan para tokoh-tokohnya. Kehidupan para tokoh baik dari akitifitas keseharian maupun kondisi psikologis mereka sebelum dan setelah peristiwa pembunuhan dan multilasi terungkap secara detail. Tak berlebihan jika novel ini bisa juga digolongkan sebagai novel thriller-psikologis. Detailnya penggarapan karakter ini mengakibatkan alur novel ini bergerak agak lambat, ditambah lagi dengan gaya Natsuo untuk menceritakan kembali sebuah kejadian dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu, hal yang membuat novel ini sensasional adalah proses multilasi mayat Kenji oleh Masako dan Yoshue yang dideskripsikan dengan detail sehingga berpotensi menimbulkan rasa mual bagi pembacanya.

Namun tak ada yang sia-sia dalam pendeskripsiannya. Tampaknya semua ini dimaksudkan untuk menggiring pembaca ‘masuk’ ke dalam kisah yang gelap, memikat, lengkap bersama unsur-unsur kebrutalan di dalamnya. Tak heran beberapa kawan pembaca mengungkapkan bahwa novel ini membuat mereka ikut hanyut dan merasakan depresi seperti yang dialami tokoh-tokohnya. Bahkan di Jepang sendiri novel yang telah menjadi best seller dan terjual sebanyak 300.000 copy ini sempat dikhawatirkan menimbulkan pengaruh buruk bagi para ibu2 di Jepang terhadap suami mereka.

Tidak seperti kisah-kisah thriller umumnya yang membuat kita bertanya-tanya siapa pembunuhnya, pembunuh di novel ini telah kita ketahui sejak awal. Hal ini tak mengurangi kenikmatan membacanya, karena justru akibat yang terjadi setelah pembunuhan dan multilasi itulah yang tersaji secara memikat. Ketegangan, aroma kematian, kekejian, dan cerdiknya para wanita mengelabui polisi, terangkai secara menarik sehingga membuat pembaca penasaran dan menebak-nebak bagaimana akhir dari kisah ini dan sulit sekali melepasan novel ini hingga halaman terakhir.

Seperti judul novel ini “Out” yang diterjemahkan menjadi “Bebas”, semua karakter tokoh dalam novel ini terperangkap dalam masalah mereka. Semua memilki keinginan untuk bebas. Namun apa yang dianggapnya dapat membebaskan mereka dari masalah, justru merupakan perangkap baru bagi mereka.

Dibalik kisahnya yang gelap, brutal dan sensasional ini, novel Out memberikan gambaran yang menyentuh hati tentang tekanan dan ketidakadilan yang mendorong wanita melakukan perbuatan-perbuatan yang ekstrim, sekaligus persahabatan yang memberi mereka kekuatan dalam menghadapi akibatnya.

Dalam canda, seorang kawan yang telah membaca novel ini berkata “Jangan sembarangan menekan seorang wanita, dibalik kelembutannya wanita memiliki kekuatan ekstra untuk melakukan hal-hal yang ekstrim jika dalam keadaan terdesak, apalagi para wanita lebih terbiasa menggunakan pisau dibanding pria!”

Setiap Manusia memang memiliki sisi gelap yang bisa saja muncul dalam keadaan terdesak, karenanya pergunakan selalu akal sehat agar sisi gelap tak menguasai tindakan kita sehingga berakibat merugikan diri sendiri dan orang lain.



*Tentang Pengarang:* (sebagian dikutip dari www.gramedia.com)

Natsuo Kirino lahir tahun 1951 dan tinggal di Jepang. Dia dengan cepat
membangun reputasi di negaranya sebagai penulis kisah misteri dengan
bakat yang langka, yang karya-karyanya berbeda dari genre kisah kriminal
yang biasanya. Ini terbukti saat dia memenangkan tidak hanya
penghargaan Grand Prix untuk Fiksi Kriminal di Jepang-untuk novel Out
pada tahun 1998-tapi juga salah satu penghargaan sastra tertinggi di
negeri itu. Out adalah novel pertama Natsuo Kirino yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dan masuk dalam nominasi Edgar Award


Natsuo Kirino membuat gebrakan baru dalam dunia kesusastraan Jepang dengan Out, novel literary mystery-nya yang kini telah memenangkan beberapa penghargaan dan ditulis dengan realisme plot yang tajam dan penuh ketegangan.

Novel Out pertama kalinya terbit di jepang pada tahun 1997. Dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2003.

Novel Out juga telah diangkat ke layar lebar oleh sutradara Jepang Hideyuki Hirayama dan dirilis pada tahun 2002 yang lalu dan meraih beberapa penghargaan dari lembaga perfileman di Jepang

@h_tanzil

No comments: