Thursday, January 30, 2014

Memang Jodoh by Marah Rusli

[No.326]
Judul : Memang Jodoh
Penulis : Marah Rusli
Penerbit : Qanita
Cetakan : II, September 2013
Tebal : 536 hlm
ISBN : 978-602-9225-84-6

Marah Rusli (1889-1968), nama sastrawan yang juga disebut sebagai Bapak Roman Modern Indonesia ini sangat dikenal melalui karyanya yang monumental  yaitu novel  Siti Nurbaya (1920). Novel roman ini menjadi salah satu icon sastra Indonesia dan menjadi salah satu bacaan wajib para siswa ketika mempelajari kesuasteraan Indonesia. Saking populernya novel  ini sampai-sampai Siti Nurbaya menjadi idiom yang umum digunanakan masyarakat Indonesia untuk menyatakan pasangan yang dijodohkan orang tuanya secara paksa

Selain Siti Nurbaya karya-karya lainnya yang sudah diterbitkan yaitu La Hami (1952), Anak dan Kemenakan (1956), Gadis yang Malang, terjemahan novel karya Charles Dickens (1922). Selain keempat judul itu ternyata ternyata masih ada karya terakhir Marah Rusli yang masih berupa naskah dan belum pernah diterbitkan yaitu Memang Jodoh

Naskah Memang Jodoh yang merupakan novel autobiografis ini merupakan kado ulang tahun pernikahan ke 50 Marah Rusli dengan  Rd. Ratna Kencana (2 November 1961).  Naskah asli novel ini ditulis dalam huruf Arab Gundul lalu diketik dengan mesin tik manual dan rampung pada 1961.  Naskah ini tersimpan rapih selama puluhan tahun karena memang Marah Rusli sendiri yang mengizinkan naskahnya ini diterbitkan setelah semua tokoh yang ada dalam novelnya inu meningga dunia. Dan untuk itu butuh 50 tahun lamanya sebelum akhirnya di bulan Mei 2013 yang lalu  Memang Jodoh diterbitkan.

 Anak ketiga Marah Rusli, Siti Nur Chairani (85 tahun) dan naskah asli milik ayahnya
[Sumber  foto : http://store.tempo.co]



Seperti  dalam novel Siti Nurbaya, dalam karya terakhirnya ini Marah Rusli kembali menggugat adat Padang dalam hal perjodohan terutama di kalangan kaum bangsawan. Namun kali ini bukan berdasarkan imajinasinya semata tetapi berdasarkan apa yang ia alami sendiri selama 50 tahun pernikahannya dengan istrinya, seorang gadis berdarah bangsawan Sunda. 

Seperti dalam kehidupan aslinya dimana Marah Rusli adalah seorang keturunan bangsawan Padang maka dalam dalam novel inipun dikisahkan seorang pemuda keturunan bangsawan bernama Marah Hamli. Di awal novel dikisahkan Hamli yang baru saja lulus dari Sekolah Rakjat di Bukittinggi. Awalnya ayahnya menginginkan Hamli melanjutkan studi-nya ke negeri Belanda namun kepergian Hamli ini tidak diizinkan oleh ibunya  karena khawatir anak semata wayangnya terpikat oleh gadis barat karena sebenarnya Hamli sudah akan dijodohkan dengan gadis Padang yang sepadan dengan dirinya.

Gagal berangkat ke Belanda, Hamli merantau ke Bogor ditemani neneknya. Di sana ia melanjutkan studinya ke sekolah pertanian di Bogor. Sebelum berangkat Hamli menyadari bahwa dirinya menderita sakit 'pilu' yang menyebabkan dia selalu merasa galau dan rindu akan sesuatu yang tidak dimengertinya.

Tadinya Hamli berharap dengan merantau di Bogor maka penyakit pilunya akan sembuh. Namun ternyata  Hamli tidak juga kunjung sembuh hingga akhirnya ia bertemu dengan Din Wati, gadis Priangan berdarah biru yang menawan hatinya dan menyembuhkan penyakit pilu-nya. Hamli sadar bahwa cintanya terhadap Din Wati akan mendapat tantangan dari keluarganya karena hal itu melanggar adat Padang yang tidak mengizinkan pernikahan beda suku.

Namun hal ini tidak menghalangi Hamli untuk menikah dengan gadis pujaannya. Dengan didukung oleh neneknya dan restu dari ayahnya, apalagi setelah diyakinkan dengan dua buah ramalan bahwa perjodohan mereka sudah ditakdirkan oleh Tuhan Hamli nekad memutuskan untuk melanggar adat. Ia  rela "dibuang" oleh kaum keluarganya demi cintanya pada Din Wati.  

Walau kelak Hamli menikah dengan Din Wati, keluarga-nya di Padang tidak menyerah, demi kehormatan keluarga dan untuk mempertahankan adat Padang segala cara diupayakan keluarganya untuk meruntuhkan pernikahan Hamli dengan Din Wati  mulai dari penggunaan ilmu hitam hingga  memaksa Hamli untuk berpoligami, mengambil istri kedua yang berasal dari suku Padang dimana hal itu adalah sebuah kewajaran dan kehormatan bagi bangsawan Padang.


"..lazim laki-laki kita beristri banyak. Bahkan baik; tanda disukai, dihargai, dan dimuliakan orang..." (hlm 337)

Begitu gencanya usaha yang dilakukan kaum keluarga Hamli di Padang untuk tetap menikahkannya dengan gadis Padang ditambah berbagai kesulian dalam rumah tangga  Hamli yang datang silih berganti membuat Hamli bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah  ini akibat dari perbuatannya yang melanggar adat leluhurnya? Sanggupkah Hamli tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak berpoligami dan mempertahankan pernikahannya dengan istri yang yang dicintainya? 

Lika-liku kehidupan Hamli dan perjodohannya memang sangat menarik untuk disimak. Di novel ini kita tidak hanya disuguhkan sebuah drama pernikahan Hamli dan Din Wati beserta intrik-intrik yang dilakukan keluarganya untuk menghancurkan pernikahan Hamli  namun kita juga diajak menyelami adat Padang yang begitu keras mengatur perjodohan dan pernikahan yang merupakan hak mutlak orang tua. 

"Tetapi di sana, perwakinan itu semata-mata perkara orangtua dan para ninik mamak  yang akan kawin itu serta kaum keluarganya. Anak yang dikawinkan, tak tahu menahu dan tak suka menyuka dalam perkawinannya; melainkan harus menurut dengan buta tuli kermauan orang tuanya, ninik mamaknya, dan kaum keluarganya"

"Keturun bangsawan  tinggi Padang dan menurut aturan Padang dia tak boleh kawin dengan perempuan yang tidak berasal dari Padang. Dan kalau anak itu perempuan lebih sulit lagi. Sedangkan laki-lakinya tidak diizinkan kawin dengan perempuan negeri lain, apalagi perempuannya. Sebab, itu suatu kehinaan yang besar di mata orang Padang" (hlm 155)

Dan bagaimana jika si anak tidak mau menuruti perjodohan yang diatur oleh orang tuanya?

"Anak itu sendiri, tidak boleh membantah, kalau dia tak ingin dibuang dari kaum keluarganya" 
(hlm 155)

Mengapa demikian kerasnya orang Padang mengatur hal-hal yang menyangkut perjodohan, rupanya inilah alasannya. ;

"Bagaimana jadinya negeri Padang, jika  telah ditinggalkan oleh anak-anaknya kelak? Siapa yang akan mengurus negeri dan harta pusaka yang tersimpan itu? Siapa yang akan mengerjakan sawah dan ladang yang terbengkalai? Tidakkah semua itu akan jatuh juga ke tangan orang lain apabila tak ada yang mengurus dan memeliharanya? " 
(hlm 172-173)

"Akan jadi apakah kelak adat istiadat kita, pusaka nenek moyang kita yang kita pegang teguh sejak semula? Niscaya akan lenyaplah ia dari tanah air kita ini karena disanggah oleh yang muda-muda. Dan dengan lenyapnya itu, akan hilangkah pula bangsa kita; 
lebur dalam bangsa campuran" 
(hlm 367) 


 Marah Rusli & Raden Ratna Kencana bersama 9 dari 11 cucunya (1951-52)
(Sumber foto : Memang Jodoh, Qanita, 2013)

Masih banyak hal menarik dalam novel ini yang bisa kita pelajari, lewat tokoh Hamli penulis menyampaikan kritik yang tajam  terhadap adat Padang yang demikian keras dalam menentukan jodoh bagi kaumnya karena baginya hal tersebut  sudah tidak sesuai dengan jaman yang telah berubah. Selain itu kita juga akan melihat bagaimana Hamli begitu teguh dan keras menentang poligami dengan cara yang santun

Tidak hanya adat Padang di novel ini juga kita melihat bagaimana orang Sunda  juga mengatur perjodohan bagi anak-anaknya walau tidak sekeras orang Padang dan bagaimana orang Sunda yang diwakli oleh Din Wati dan saudara-saudaranya melihat Padang itu sebagai  'tanah seberang', sebuah tempat yang menakutkan bagi perempuan Sunda.

Selain itu karena novel ini berdasarkan apa yang dialami oleh penulisnya maka peristiwa meletusnya Gunung Kelud pada 1919 yang menelan ribuan jiwa itu terekam dalam novel ini karena pada saat itu penulis kebetulan sedang tinggal dan bekerja di Blitar bersama istri dan anak-anaknya. Hanya saja ada perbedaan mengenai jumlah korban jiwa. Wikipedia mencatat letusan Gunung Kelud tahun 1919 menelan 5.160 jiwa, sedangkan novel ini menyebutkan angka yang jauh lebih tinggi.


"Sesungguhnya bencana letusan gunung Kelud ini telah meminta korban nyawa kira-kira 30.000 orang: selain rumah dan harta benda, kebun, dan hewan yang telah punah" 
(hlm 434)

Selain pengalaman penulis saat menghadapi bencana alam Gunung Kelud, di bab terakhir sekaligus penutup novel ini dikisahkan pengalaman Hamli saat Belanda dan tentara sekutu melakukan aksi polisionil nya. Di bagian ini tampak jelas kebencian penulis terhadap pasukan NICA yang selalu ditulis dengan "Anjing NICA". Membaca bab penutup novel ini kita akan disuguhkan dengan penjelasan yang detail tentang perjuangan gerilyawan Indonesia dengan pasukan Belanda dimana Hamli ikut berjuang di dalamnya sehingga bab ini terasa lain dibanding bab-bab sebelumnya yang didominasi lika-liku pernikahannya dengan Din Wati. Bagi saya pribadi bab ini menjadi bab antiklimaks dan terasa agak membosankan. 

Namun ada satu hal yang menarik yang saya dapatkan di bab terakhir ini adalah tentang nasib anak-anak yang dimanfaatkan oleh tentara Belanda untuk menjadi mata-mata yang nyaris dibunuh oleh para gerilyawan.

"Di sana Hamli melihat beberapa anak kampung yang ditinggalkan oleh tentara gerilya dibawa ke Bumi Jawa untuk dibunuh di sana. Kesalahan anak-anak kecil ini adalah menunjukkan tempat kediaman tentara gerilya kepada Belanda...... Anak-anak ini melakukan pengkhianatan ini karena dibujuk oleh mata-mata Belanda yang banyak sampai ke Pegunungan Selamat dengan sepotong roti, beberapa batang rokok sigaret dan uang beberapa rupiah.

Karena kasihan akan nasib anak-anak yang belum tahu apa-apa ini, Hamli menyarankan supaya anak-anak ini jangan dibunuh, melainkan dididik di Bumi Jawa menjadi mata-mata gerilya melawan Belanda. Pikiran Hamli ini dibenarkan oleh tentara gerilya dan dituruti"
(hlm 522)

Karena seluruh kisah dalam novel ini diangkat dari pengalaman pribadi penulisnya maka kisah tentang anak-anak tersebut bukanlah imajinasi penulisnya melainkan memang fakta yang ada di masa itu.  

Dari semua kisah yang tertuang dalam novel ini tentunya ada banyak hal yang dapat kita ambil dari novel ini. Dengan setting kehidupan dan adat masyarakat Minang di masa lampau novel ini juga dapat menjadi sumber yang berharga ketika kita ingin memahami bagaimana kultur budaya dan adat Minang yang begitu mengikat dan mempengaruhi kehidupan masyarakatnya di masa lampau dan hingga kini masih terasa jejak-jejaknya walau sudah tergerus arus zaman dan waktu. 

Walau Novel Memang Jodoh ditulis lebih dari 50 tahun yang lampau dengan cita rasa bahasa dan  kosakata lama termasuk pantun, peribahasa, dan beberapa perumpamaan melayu yang disisipkan dalam novel ini namun novel ini masih sangat nyaman dibaca di masa kini bahkan cita rasa bahasa lamanya lah yang membuat novel ini menjadi begitu sesuai dengan setting kisahnya sehingga kita seakan terlempar ke awal abad ke 20

Dan yang juga menjadi keistimewaan novel ini, seperti yang diungkapkan Seno Gumira Ajidarma dalam endorsment-nya jika biasanya kisah sastra berlatar belakang Minang selalu mengetangahkan konflik antara adat dan agama, tidak demikian dengan novel ini  karena yang dipertentangkan adalah konflik antara adat versus kemerdekaan individual. Perjuangan seorang tokoh yang berjuang membebaskan dirinya dari adat yang membelenggu kebebasan individunya dalam mencari dan memilih pasangan hidupnya.

Akhir kata ada banyak hal yang dapat kita petik dari novel ini, namun yang pasti inilah yang menjadi tujuan utama Marah Rusli menulis Memang Jodoh yang diwakili oleh tokoh Marah Hamli dalam pidatonya kepada anak cucu dan keluarganya di hari ulang tahun pernikahannyya

"Niatku semata-mata ingin mengingatkan kepincangan-kepincangan pelaksanaan adat istiadat, yang tak baik lagi dipertahankan, bahkan seharusnya sudah sejak dulu diperbaiki, diganti, sehingga dapat disesuaikan dengan zaman yang telah beralih dan masa yang telah berubah. Agar mereka selamat di tengah arus pergaulan dunia yang luas seperti  kaum-kaum lain yang lebih dulu maju. Semoga penderitaan dalam rumah tangga kami, menjadi peringatan dan penyuluh dalam perkawinan mereka, yang penuh karunia, rahmat, dan nikmat dari Tuhan.Amin!."
(hlm 20-21)


 
@htanzil


                                                               Who is My Santa?


Novel Memang Jodoh ini adalah pemberian my Secret Santa, sebuah ajang tukar kado antara sesama anggota BBI (Blogger Buku Indonesia) dimana seluruh peserta wajib merahasiakan jati dirinya kepada si penerima buku sedangkan si penerima buku juga wajib menebak siapa Santanya berdasarkan riddle/petunjuk yang dikirim sang Santa bersama dengan buku pemberiannya.

Siapa Santa baik hati yang mengirim novel ini padaku? Setelah pusing tujuh keliling dengan riddle yang diberikan akhirnya berhasil juga menebak siapa yang menjadi Santaku ini. Dan postingan kali ini merupakan posting bersama BBI yang menampilkan review buku hadiah dari Santa sekaligus posting tebakan siapa yang menjadi Santa-nya.

Nah sekarang mari kita pecahkan bersama-sama Riddle dari santa-ku




Berdasarkan riddle di atas, pertama-tama yang perlu dicermati adalah kata/kalimat yang bergaris merah yang merupakan petunjuk utamanya. Berikut tafsiran saya atas kata/kalimat bergaris tsb :

2 anak, lajang = berarti santa-ku ini statusnya masih lajang tapi punya 2 anak = karya/buku

Berarti Santa-ku ini seorang penulis buku. dan kata/kalimat bergaris itu adalah judul bukunya

Kenapa selalu aku = Why always Me
Positif, tak ada yang mustahil  = I'mpossible



Nah, kalau kita cari dua judul buku itu di goodreads maka kedua buku itu akan kita temukan, dan inilah cover buku dan nama penulisnya yang sekaligus menjadi Santa-ku kali ini.



Nah, jadi My Secret Santa-ku adalah Mrs.Orinthia Lee, penulis dua buku di atas dan pengelola blog buku Orinthia's Bookshelf

Nah, di kesempatan ini saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk Santaku Orinthia Lee, terima kasih karena sudah memberikan novel Memang Jodoh  yang merupakan harta karun terpendam dalam dunia sastra Indonesia.

Sekali lagi terima kasih ya Orin... 

Keep Reading, writing, and blogging!

@htanzil

 

30 comments:

Dion Yulianto said...

Jadi pengen buku ini juga

htanzil said...

Dion lagi nyari jodoh ya?

Zelie said...

Aku juga pengen baca buku ini.
Tapi aku sejujurnya lebih prefer buku yang baru cetak karena enak aja dipegang dan dibacanya.
Kirain ini buku udah lama terbit, jadi masih mikir-mikir mau baca *ketauan enggak update
Makin pengen baca karena baca ulasan Rahib :)
--
Semoga tebakannya benar, ya, hib!
Riddle Rahib juga susah kok, semoga x-nya enggak bingung ya :P

Fanda Classiclit said...

Eh, beneran Marah Rusli pernah nerbitin terjemahan novel karya Charles Dickens? Yang mana ya?

Aku jadi pengen baca buku ini juga. Ada sisi historisnya juga ya?

astrid said...

akhirnya santa rahib ketebak juga hahahaha....btw buku ini kayaknya keren ya hib, detail banget penggambaran sejarahnya..

htanzil said...

@Zellie : Baru chei, ini cetakan baru walau naskahnya sudah ditulis sejak 50 thn yg lalu.

@Fanda : Judul Indonesia-nya Gadis yg Malang. Aku belum sempat browsing ttg novel dickens yg diterjemahin sama Marah Rusli ini.


@Astrid : lebih tepatnya detail dalam penggambaran adat minang dalam hal perjodohan

Althesia Silvia said...

Lohhh jadi santanya rahib bukan cheii? *masih tetap nganggap santanya rahib adalah chei*

Ila said...

naskah yang melegenda ya, karena ditulis orang yang udah ga ada. jadi makin penasaran pengen baca :3

Dewi said...

Ih Rahib pede banget santa nya Orin.
Aku kan juga udah nulis 2 buku, hib. 1 buku diary, 1 buku resep. *apa sih*

destinugrainy said...

Hasil dari sibuk bolak balik nanya di bajay akhirnya berbuah juga ya, Hib...

Sabrina said...

ah, ternyata anak itu artinya buku hehe...

arynity said...

buku berat, ini masuknya ke history kan bukan hisfic?

alvina vanila said...

itu kenapa komennya rahib ke dion agak jleb ya.. *gagal fokus

daneeollie said...

Untunglah Rahib guglinga sudah di rak yang benar #eh

Abzolutekey said...

Rahib reviewnya keres deh.. selalu..

Aku yg maju mundur mau baca buku ini jd ga ragunlagi buat baca

Orinthia Lee said...

Halo Kak Rahib aka Legolas...

Sebenarnya aku nggak pinter bikin riddle, apalagi memecahkan riddle. Jadi aku mencoba buat yang pendek dan simple. Tapi ternyata udah bikin pusing ya? Temen-temen bajay juga cerita tuh Kak Rahib nanya sana-sini dan alasan di IRF aku ngga nyapa Kak Rahib ya supaya kedoknya ngga kebuka.

Selamat ya udah berhasil menebak siapa aku ^^

htanzil said...

Dear my Santa Mis Orin..

iya, tadinya aku pusing juga mikirin riddle-nya, tadinya aku nyangkanya dua anak itu blog yg Orin miliki...tapi lama2 tau juga jangan2 itu buku karya-mu.

Awalnya susah juga mecahinnya karena aku salah googling, setelah tanya sana-sini di bajay akhirnya ketemu petunjuk kalau aku salah googling.

terus atas bantuan bajayers lainnya aku juga dikasih tau kalau ada yang nge-like komentar-ku di group FB ttg sudah diterimanya kado dari santa. Dan yang nge-like ku itu Orin. :)

Nah dari situ aku googling di goodreads, dan setelah ketemu akun-mu disitulah aku yakin karena dua buku karya Orin itu kl diterjemahkan pas dengan petunjuk di riddle-nya...

dan tertebaklah...hehe

Thx ya Orin, aku suka banget bukunya. Yang aku sesalkan adalah kita gak sempat bertegur sapa waktu di IRF ya... :)

Kubikel Romance said...

akhirnya bisa nebak dengan benar :D

Oky said...

Wah seru ulasan Memang Jodohnya Om Tanzil. Aku cukup puas baca reviewnya saja karena kalo baca aslinya belum tentu aku bisa tahan sama gaya bahasanya.. hehe

Warung Ngruki said...

Thanks For Share..
Jujur, saya baru tau jika Marah Rusli mengarang buku ini..

Thumb Up..

htanzil said...

@okky : gaya bahasanya masih enak dibaca koq, aku jamin pasti generasi muda sekarang juga akan bisa menikmati novel yang ditulis 50 thn yg lalu ini..

GS said...

Waaww.. ini buku yang melegenda ya?

Cara Menyembuhkan Psoriasis said...

artikel yang sangat menarik sob,
salam blogger :)

obat diabetes alami said...

kapan gue punya bukunye
Obat Alami Asam Urat
Obat Darah Tinggi
Obat Segala Jenis Kanker
Obat Herbal Tasikmalaya

Toko Buku Online said...

Toko Buku Online Terlengkap & Terpercaya GarisBuku.com

Unknown said...

Great, i like that, may this one can help: Freight forwarder Indonesia, thank you

Unknown said...

ternyata novel marah rusli, kebanyakan berdasarkan pengalaman pribadi, Freight forwarder Indonesia, kredit motor honda

Unknown said...

ternyata novel marah rusli, kebanyakan berdasarkan pengalaman pribadi, Freight forwarder Indonesia, kredit motor honda

Unknown said...

Terimakasih atas tulisannya..

Unknown said...

You in the fick on the flaying good is the best book